Minggu, 30 November 2014

Epidemiologi Bencana



BAB II
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Bencana merupakan kejadian yang tiba-tiba atau musibah yang besar yang menganggu susunan dasar dan fungsi normal dari suatu masyarakat (atau komunitas). Satu kejadian atau serangkaian kejadian yang menimbulkan korban dan atau kerusakan atau kerugian harta benda, infrastruktur, pelayanan-pelayanan yang penting atau sarana kehidupan pada satu skala yang brada diluar kapasitas normal dari komunitas-komunitas yang terlanda untuk mengatasinya.
Bencana kadang kala juga dapat menggambarkan situasi bencana besar dimana pola-pola normal khidupan (atau ekosistim) teah terganggu dan intervensi-intervensi darurat dan luar biasa diperlukan untuk menyelamatkan dan mengamankan kehidupan manusia dan atau lingkungan. Bencana-bencana sering dikategorikan sesuai dengan penyebab-penyebab yang dirasakan dan kecepatan dampak.
Bencana alam merupakan peristiwa luar biasa yang dapat menimbulkan penderitaan luar biasa pula bagi yang mengalaminya. Bencana alam juga tidak hanya menimbulkan luka atau cedera fisik, tetapi juga menimbulkan dampak psikologis atau kejiwaan. Hilangnya harta benda dan nyawa dari orang-orang yang dicintainya, membuat sebagian korban bencana alam mengalami stress atau gangguan kejiwaan. Hal tersebut sangat berbahaya terutama bagi anak-anak yang dapat terganggu perkembangan jiwanya.
Mengingat dampak yang luar biasa terebut, maka penanggulangan bencana alam harus dilakukan dengan menggunakan prinsip dan cara yang tepat. Selain itu, penanggulangan bencana alam juga harus menyeluruh tidak hanya pada saat terjadi bencana tetapi pencegahan sebelum terjadi bencana dan rehabilitas serta rekonstruksi setelah terjadi bencana.



1.2 Rumusan Masalah
Makalah ini membahas prinsip dan metode dasar epidemilogi dalam bencana.
1.3  Tujuan Penulisan
Untuk memenuhi tugas mata kuliah epidemiologi bencana dan dampak, dan agar dapat mengidentifikasi prinsip dan metode dasar epidemilogi dalam bencana
1.4  Manfaat Penulisan
Dapat mengetahui prinsip dan metode dasar epidemilogi dalam bencana, sehingga dapat memberikan penanganan yang tepat.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Bencana, Klasifikasi Bencana dan Peranan Ahli Epidemiologi dalam Bencana
2.1.1. Pengertian :
Bencana suatu malapetaka yang luar biasa, baik yang disebabkan gejala alam maupun hasil perbuatan manusia, dapat merusak tempat tinggal, mengacaukan kehidupan bermasyarakat serta menyebabkan kesakitan dan kematian yang signifikan, dimana melampaui kemampuan kapasitas normal dari populasi yang terkena. Merujuk pada dampak yang besar terhadap kesehatan manusia, Majelis Umum PBB telah mendeklarasikan dekade 90 – an sebagai dekade internasional untuk pengurangan bencana alam dan telah mengajak peran dunia secara global untuk bersama-sama mengurangi efek dari peristiwa-peristiwa buruk ini.
2.1.2. Klasifikasi bencana
Menurut Penyebab :
a.    Alam : co. gempa bumi dan erupsi vulkanik, keadaan cuaca yang berat kekeringan (banjir dan angin taufan)
b.    Perbuatan manusia : co. kecelakaan kimia atau perang.
Menurut Perkiraan :
a.    Dapat diprediksi sebelumnya : banjir, angin taufan,
b.    Tidak dapat diprediksi : gempa bumi.
Menurut Waktu Berlangsungnya :
a.    Singkat saja : angin tornado, gempa bumi
b.    Jangka waktu lama : kekeringan, kecelakaan radiasi.
Menurut Frekuensi :
a.    Sering : angin tornado dan taufan,
b.    Jarang : mencairnya reaktor-reaktor nuklir.
Menurut Dampak :
a.    Terhadap jutaan orang : kelaparan, gempa bumi
b.    Relatif kecil orang : runtuhnya jembatan.

2.1.3. Peran ahli epidemiologi pasca bencana :
Keseluruhan ciri-ciri bencana ini adalah hal-hal yang dirasakan sangat merugikan bagi mereka yang mengalaminya dan mempengaruhi kemampuan suatu masyarakat dalam meresponnya. Para ahli epidemiologi dapat menyediakan tepat pada waktunya, penaksiran tentang problem-problem kesehatan berkaitan dengan suatu bencana sebagai usaha untuk membantu pemberian tindakan penggolongan yang efektif dan tepat, serta untuk mencegah konsekuensi-konsekuensi yang sama pada bencana yang mungkin terjadi di masa depan.

2.2. Sasaran Surveilans Epidemiologi Pasca Bencana
2.2.1. Ruang Lingkup :
1.   Penilaian segera distribusi dan faktor penentu peristiwa-peristiwa kematian, sakit, dan cedera terkait bencana.
2.   Menentukan masalah paling dini dan menyesuaikan dengan tindakan terencana dan tepat.
3.   Memberikan informasi yang dapat dipercaya tentang konsekuensi kesehatan akibat bencana.
4.    Melakukan survei dan penyelidikan
5.    Memberi saran terhadap problem kesehatan yang mungkin meningkat.
6.    Membuat prioritas tindakan yang akan dilakukan
2.2.2. Tujuan :
Tujuan utama dari surveilans epidemiologi adalah untuk mencegah dan mengurangi efek yang merugikan dari bencana itu sendiri seiring dengan usaha untuk mengoptimalkan proses pembuatan keputusan yang berkaitan dengan manajemen pertolongan. Tujuan epidemiologi ini secara mudah didefinisikan dalam lingkungan pengawasan meliputi : pengumpulan data, analisis terhadap data, dan respon terhadap data.
2.2.3. Teknik epidemiologi :
Belakangan ini tehnik-tehnik epidemiologi telah secara efektif diperkenalkan sebagai komponen dasar pada banyak operasi-operasi pertolongan bencana, yaitu :
a.       Mendefenisikan secara cepat problem-problem awal kesehatan dan
perkembangannya
b.      Mengidentifikasi kelompok-kelompok dalam populasi yang cenderung terkena risiko yang merugikan
c.       Mengoptimalkan usaha pertolongan
d.      Mengawasi keefektifan usaha pertolongan dan memberikan anjuran tentang pengurangan konsekuensi-konsekuensi buruk terhadap bencana yang akan datang.
2.3. Pertimbangan – pertimbangan khusus terhadap epidemiologi bencana
Prinsip dasar dari pengawasan epidemiologi terhadap suatu bencana adalah tidak berbeda dengan pengawasan yang diaplikasi pada bidang-bidang yang lain. Lingkaran pengawasan yang terus menerus berubah :
a.   Penilaian sepintas lalu terhadap problem dengan menggunakan tehnik pengumpulan data yang belum sempurna
b.   Penilaian jangka pendek meliputi pembuatan data yang sederhana namun terpercaya sumbernya
c. Melakukan pengawasan terus-menerus untuk mengidentifikasi masalah yang berkelanjutan dan memonitor respon dari intervensi yang dipilih.
d. Membandingkan antara korban dengan yang selamat dan mempelajari apa yang bisa dilakukan dalam mencegah korban manusia pada bencana berikutnya.

Sukses dari investigasi epidemik bencana dapat dilihat dari bagaimana pengumpulan dan penganalisaan data dapat mengidentifikasi strategi-strategi pencegahan, dan bagaimana strategi- strategi ini dapat secara efektif diterapkan oleh pembuat keputusan dalam memberi pertolongan langsung dan menurunkan kesakitan yang terus-menerus terjadi. Usaha-usaha ini membutuhkan koordinasi yang aktif diantara ahli-ahli epidemiologi yang mengumpulkan data dan mengidentifikasi strategi-strategi terhadap masalah dengan para pembuat keputusan yang mengerti data dan strategi tersebut dan menerapkan dalam kebijakan yang diminta.
Bidang metode pengawasan bervariasi tergantung bencana dan ketersediaan waktu serta personil :
a.    Bidang awal penyelidikan mencegah kecelakaan yang berakibat kematian.
b.    Survei ketersediaan perawatan medis, penilaian akan kebutuhan intervensi yang
       spesifik dan kontrol epidemik
c.   Memonitor dampak dari pertolongan yang dilakukan dan menentukan apakah
usaha yang dilakukan memberi dampak terhadap populasi atau apakah suatu strategi baru dibutuhkan atau tidak.
d.  Pengawasan bersifat interaktif yakni sebuah proses bersiklus dimana hasil
     kesehatan sederhana secara konstant dimonitor dan intervensi secara berkelanjutan
     diperkirakan kemampuannya.
Tujuan dan tindakan pertolongan haruslah dapat menolong populasi untuk memulihkan diri secara cepat, seperti sediakala sebelum bencana terjadi sementara bantuan berupa uang diperlukan sebagai jaminan terhadap efek jangka panjang. Pada fase awal pertolongan kebutuhan dasar seperti : air, makanan, pakaian, tempat tinggal dan perawatan medis mesti tersedia. Penilaian epidemiologi, prioritasi kebutuhan dan perencanaan yang tepat dapat memberikan efek keuntungan utama bagi masyarakat dalam usaha untuk kembali kekeadaan normal baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Sebuah obsevasi ulang terhadap beberapa bencana baru-baru ini menunjukkan bahwa konsekuensi bencana terhadap kesehatan, paling berat menimpa masyarakat yang tinggal dinegara-negara berkembang. Contoh, gempa bumi dengan kekuatan 6-7 skala richter, menimbulkan korban jiwa yang besar di Peru (1970), Nicaragua (1972), Guatemala (1976), Tangshan China (1976) dan Armenia (1978). Bencana dengan kekuatan yang sama menimpa California, menyebabkan masalah-masalah kesehatan yang minim, selain kerugian properti. Negara-negara industri terlindungi dari bencana sebab kemampuan mereka dalam memperkirakan adanya badai, membuat kode keamanan penanda gempa, bangunan-bangunan yang anti kebakaran, memanfaatkan jaringan komunikasi dalam menyebarluaskan peringatan akan bencana, menyediakan pelayanan medis, dan menyusun rencana persiapan penduduk dan institusi umum bila terjadi bencana.
2.4. Beberapa masalah epidemiologi dalam surveilans bencana
2.4.1        Pertolongan terhadap kelaparan
Pada tahun 1957, Sayler dan Gordon dalam salah satu reviuw paling awal tentang peran dan penilaian epidemiologi setelah bencana alam, membandingkan bencana dengan epidemi dan menyarakan bahwa bencana dapat dijelaskan dalam kerangka epidemiologi yang berkaitan dengan waktu, tempat dan orang. Konsep ini telah diaplikasikan sejak tahun 1960 untuk membantu operasi internasional secara besar-besaran dalam mengatasi bencana kelaparan akibat perang saudara di Negeria. Para ahli epidemiologi telah mengembangkan survei baru dan metode untuk secara cepat menilai status nutrisi penduduk yang mengungsi, dan usaha pertolongannya sebagai prioritas utama. Selanjutnya memonitor status nutrisi populasi sbg respon atas kualitas dan tipe makanan yang dibagikan. Perkiraaan epidemiologi secara cepat membuktikan ketidak tersediaan secara optimal dari distribusi makanan sementara kondisi kesehatan terus-menerus berubah. Sejak itulah, pengawasan nutrisi dan distribusi makanan menjadi bagian dari usaha pertolongan penanggulangan kelaparan, terhadap penduduk yang mengungsi.


2.4.2    Kontrol Epidemik, Kantor Pengaduan
Para epidemiologis selanjutnya mesti terlibat dalam aspek lain kondisi pasca bencana, yaitu : Antisipasi berkembangnya desas-desus tentang penyebaran / mewabahnya penyakit kolera ataupun typus. Untuk itulah sebuah kantor pengaduan dapat memberikan fungsi yang amat penting dalam memonitor berkembangnya issu-issu yakni dengan menyelidiki yang benar-benar bermanfaat serta kemudian menginformasikan kepada khalayak umum akan bahaya yang mungkin terjadi. Konsep ini amat bermanfaat tidak hanya untuk penduduk terkena musibah dinegara-negara berkembang tetapi juga terhadap lingkungan kota, negara-negara industri.
2.4.3 Surveilans Pencegahan Kematian, Sakit dan Cedera
Masalah kesehatan yang berkaitan dengan bencana besar biasanya lebih luas, tidak hanya ketakutan terhadap penyakit-penyakit wabah yang mungkin terjadi, namun sering diukur berapa jumlah orang yang meninggal, terluka parah atau berapa banyak yang jatuh sakit.
Para ahli epidemiologi mesti mengidentifikasi konsekuensi terhadap kesehatan yang paling berat dan bencana yang masih bisa dicegah dengan suatu tindakan aktif, intervensi yang terarah baik, dan penyusunan kerangka prioritas untuk kemudian melaporkannya pada pengambil keputusan. Proritas-prioritas mungkin berbeda pada masing-masing bencana, para epidemiologis dengan cepat namun tepat membuat suatu perencanaan. Contoh, kebanyakan kematian akibat gempa bumi terjadi sebagai dampak langsung, maka kebanyakan tindakan pencegahan terhadap kematian lebih lanjut adalah berupa perawatan segera mereka yang terluka ataupun segera membebaskan mereka yang terperangkap pada bangunan yang runtuh. Pada saat yang bersamaan, perhatian yang sama harus pula diberikan pada dampak gempa bumi tersebut terhadap kerusakan penampungan makanan dan suplai air, jaringan transportasi dan telekomunikasi serta masalah lain yang berkaitan dengan akses pada layanan kesehatan bagi mereka yang selamat hingga terhindarkan dari kondisi yang buruk.
Contoh tahun 1979 ketika sekitar kurang lebih ± 30.000 rakyat Kamboja tiba sebagai pengungsi di Thailand. Menyelamatkan diri mereka dari perang, tiba di Thailand dengan kondisi kelelahan, kekurangan makanan, cedera dan bahkan terkena infeksi malaria berat. Kematian mereka kemudian diketahui dunia ketiga, dilaporkan setiap hari ada kematian. Akhirnya usaha pertolongan internasional secara besar dilakukan, namun tidak ada informasi tersedia sebelumnya yang digunakan dalam menentukan target operasi. Tujuan pengawasan sesegera mungkin adalah untuk mengidentifikasi pencegahan dini terhadap kematian dan untuk memutuskannya sebagai prioritas utama untuk pertolongan. Tujuan kedua pengawasan adalah untuk memonitor kematian dan kesakitan untuk menyakinkan apakah usaha pertolongan yang dilakukan cukup efektif.
Dalam keadaan data epidemiologi, banyak media menggambarkan bahwa para pengungsi sudah hidup di kompleks kematian, dan diperparah lagi kondisi ini dengan usaha-usaha pertolongan yang gagal karena tidak mampu mencegah kematian secepatnya. Pengawasan epidemiologi secara cepat menyiapkan data-data mengenai angka kematian, mengidentifikasi malaria sebagai penyebab utama kematian, dan perumahsakitan orang, dan kemudian membuat strategi-strategi yang spesifik untuk perawatan malaria, celebral yang agresif, sebagai penyebab utama kematian. Penurunan secara cepat kematian selama minggu pertama dari usaha pertolongan, berkaitan secara langsung dengan penargetan dengan masalah utama yang tepat. Pengumpulan data-data yang sederhana pada angka harian dan dengan penyebab utama kematian dan pengakuan dari rumah sakit, penggunaan bidang survei dasar yang ditargetkan terhadap permintaan pertolongan spesifik, dan persiapan dari pengawasan mingguan yang singkat.
Membuat usaha pertolongan menjadi bersifat responsif (tanggap) terhadap kebutuhan kesehatan yang mendesak dikompleks serta menyediakan informasi yang dapat dipercaya baik untuk organisasi donor maupun untuk pers. Kemudian penggunaan tim epidemiologi untuk mengumpulkan data, mengidentifikasi prioritas, dan monitoring keefektifan usaha yang dilakukan telah menjadi bagian terintegrasi dari banyak usaha pertolongan dan bantuan internasional.
2.4.2        Surveilans Kebutuhan Perawatan Kesehatan.
Pada bencana yang terkait dengan jumlah korban yang cukup banyak dengan cedera yang berat (contoh : ledakan, tornado) ataupun penyakit yang parah (kecelakaan nuklir, epidemi), maka kemampuan untuk mencegah kematian dan menurunkan kesakitan yang berat akan sangat tergantung pada perawatan medis yang tepat dan adekuat (memadai) atau tergantung pada pengiriman korban pada pusat-pusat layanan yang menyediakan perawatan medis yang tepat. Survei yang cepat dengan jumlah korban yang falid membutuhkan perhatian khusus berdasarkan perjalanan kondisi penyakit atau cederanya akan memberikan dampak langsung terhadap respon sehingga dapat ditingkatkan lebih baik, sekali lagi mengidentifikasi kebutuhan dan memonitor efek dari intervensi adalah merupakan fungsi epidemiologi yang sangat penting.
2.4.3    Penelitian untuk menghindari tindakan tidak perlu
Setelah bencana banyak lembaga dan donor yang menawarkan bantuan peralatan dan tenaga untuk usaha-usaha pertolongan yang tidak selalu sesuai dengan kebutuhan. Sebagai contoh : pengiriman obat-obatan yang tidak penting, kadarluarsa ataupun yang tidak berlabel pada daerah-daerah terkena bencana, seringkali justru mengganggu usaha pertolongan sebab menyebabkan beberapa personil terpaksa harus mengidentifikasi bantuan yang relevan dari sekumpulan material yang tidak diperlukan. Vaksin untuk kolera dan demam typus tidak pernah dipakai sesudah bencana, namun selalu saja ditawarkan, hal ini menurut para politisi dan personil lokal berada dalam posisi yang kurang nyaman, namun tepat untuk berkata “tidak“.
Bencana juga sering mempercepat desakan yang bersifat altruistik (bersifat tidak mementingkan orang lain) diantar para profesional kesehatan, sebagai contoh : tidak kurang dari 30.000 dokter dan perawat dari Amerika Serikat, Eropa, Amerika Latin dan Asia bekerja secara sukarela terhadap para pengungsi kamboja pada tahun 1979 – 1980. Kebutuhan dibatasi jumlahnya, hanya orang dengan pengalaman dan keterampilan khusus yang diminta dan usaha seleksi terhadap personil yang tepat sering kali amat sulit, bergantung pada tekanan yang dibebani oleh para pembuat keputusan. Para epidemiologis sering dapat melakukan survei untuk menaksir apakah intervensi yang dilakukan donor secara sukarela dan dengan maksud politik tertentu adalah sesuai dengan kebutuhan.
2.2.4        Analisis Epidemiologi, Konsekuensi Pencegahan Kesehatan pada Bencana Yang Akan Datang
Pada beberapa bencana seperti ; gempa bumi, tornado ataupun angin ribut jumlah kematian atau terluka parah terutama terjadi akibat kejadian bencana itu sendiri. Pada masing-masing pencegahan ini strategi-strategi pencegahan sering direkomendasikan, padahal belum melalui suatu penelitian epidemiologi yang mendalam. Sekarang ini, para ahli epidemiologi telah memfokuskan pada penilaian strategi apa yang terbaik untuk mencegah kesakitan terkait bencana ini. Suatu pertanyaan timbul menurut suatu model kasus-kontrol, mengapa beberapa orang meninggal (kasus) sementara tetangga, anggota keluarga ataupun lainnya selamat (kontrol), faktor-faktor risiko dari kemampuan untuk bertahan (selamat) tergantung pada pengetahuan dan perhatian pada peringatan bencana seperti : peringatan terjadi tornado. Pengambil tindakan yang bersifat menghindari dan ketersediaan perawatan medis, hingga pada masalah-masalah struktural seperti bahan bangunan yang dipakai diarea sering terjadi bencana tersebut.
Analisis-analisis seperti ini setelah terjadinya gempa bumi dan tornado telah menghasilkan informasi-informasi baru yang telah merubah pola pikir tradisional kita tentang pencegahan kematian terkait bencana, contohnya, pada tornado Wichita Falls pada 1979, banyak orang meninggal ketika melarikan diri dari tornado menggunakan mobil, berdasarkan saran yang diberikan layanan cuaca waktu itu, sebuah analisis epidemiologi menentukan bahwa orang-orang yang menggunakan kendaraan bermotor ataupun rumah mobil, memiliki 10 – 80 kali lebih besar risiko kematian atau terluka parah dibanding mereka yang berlindung diruang bawah tanah atau tempat perlindungan yang disediakan pada gedung-gedung besar milik umum. Berdasarkan penemuan ini, maka peringatan dan anjuran secara nasional untuk mencegah kematian akibat tornado telah berubah sejak itu. Demikian pula pada kematian akibat gempa bumi yang langsung dikaitkan dengan praktek-praktek konstruksi mengkonfirmasikan perlunya kode bangunan penanda gempa, dan latihan menyelamatkan diri bila tanda gempa awal telah muncul. Bagaimanapun, bahkan dinegara-negara berkembang, metode konstruksi yang simpel yang secara epidemiologi bersifat melindungi diri dari efek merusak gempa bumi telah tersedia. Masih dibutuhkan studi lebih lanjut untuk mengoreksi peringatan dan anjuran yang konvensional.
2.2.5        Analisis Peringatan dari Usaha Pertolongan
Konsekuensi bencana jangka panjang tidak cukup diperkirakan. Tidak ada evaluasi dibuat 5 atau 10 tahun sesudah bencana untuk menentukan apakah perubahan dalam epidemiologi atau praktik pertolongan, pengarahan ulang dana untuk tujuan jangka panjang atau perubahan dari pola dan kebiasaan membuat bangunan, memiliki pengaruh jangka panjang terhadap respon masyarakat terhadap bencana. Meskipun demikian, kebanyakan masyarakat yang mengalami bencana, lebih peduli terhadap usaha-usaha persiapan dimasa yang akan datang.

 
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Para ahli epidemiologi yang terlibat dalam penafsiran bencana menghadapi sejumlah masalah–masalah spesifik berkaitan dengan lingkungan politik dan perubahan yang cepat dari profil kesehatan, kebutuhan dan kesempatan dalam melakukan suatu intervensi. Data mesti dikumpulkan secara cepat dibawah kondisi amat buruk. Informasi epidemiologi itu kemudian harus diaplikasikan pada proses keputusan agar dalam menentukan suplai pertolongan, peralatan dan personal yang dibutuhkan, bisa lebih efektif. Standarisasi prosedur dalam mengumpulkan data-data bencana perlu dikembangkan karena terkait dengan keputusan operasional dan tindakan yang dilakukan.
Metode epidemiologi yang beraneka ragam telah mendemostrasikan pentingnya hal-hal tertentu, sebelum, selama dan sesudah bencana. Sebelum bencana, energi difokuskan dalam menggambarkan risiko-risiko yang dihadapai penduduk, dan perkiraan persiapan darurat sesuai derajat bencana, fleksibilitas dan pengawasan yang telah ada dan pada pelatihan personil. Selama kejadian, perawatan kesehatan perlu bagi populasi yang terkena dan kebutuhan akan layanan darurat perlu diperkirakan sebelumnya secara cepat dengan tujuan untuk mencegah kematian, cedera ataupun sakit. Pada fase sesudah bencana, monitoring berkelanjutan dan pengawasan terhadap masalah kesehatan yang dihadapi populasi harus dilakukan, demikian pula dengan informasi mengenai keefektifan informasi yang telah dilakukan, biasa diminta. Paska bencana, metode-metode epidemiologi dapat digunakan untuk mengevaluasi keefektifan dari masing-masing program intervensi. Kerjasama pengawasan epidemiologi dengan manajemen bencana telah mengurangi secara dramatis, efek bencana ini pada populasi yang terkena.

3.2. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat dimanfaatkan sebagai pedoman pendukung dalam melakukan surveilans epidemiologi pasca bencana dan dapat dijadikan acuan untuk kegiatan surveilans epidemiologi yang lebih baik lagi kedepannya.


Terima Kasih Anda Telah Membaca Tulisan Ini
Judul: Epidemiologi Bencana
Ditulis Oleh OMG SHOP
Silahkan tinggalkan komentar dan sarannya demi kemajuan blog ini kedepan...., Terima kasih

1 komentar :

Scary Pumpkin 3