Senin, 01 Desember 2014

Profil Kesehatan Kota Padang 2012



BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Tujuan Pembangunan Millenium Developmen Goals (MDGs) berkomitmen mewujudkan tujuan MDGs tersebut, sebagai perwujudan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kualitas hidup yang lebih baik. Targetnya adalah tercapainya peningkatan ekonomi global atau tercapainya kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun 2015. Dari 8 (delapan) agenda pencapaian MDGs, 5 (lima) diantaranya merupakan bidang kesehatan, terdiri dari memberantas kemiskinan dan kelaparan (tujuan 1), menurunkan angka kematian anak (tujuan 4), meningkatkan Kesehatan ibu (tujuan 5), :Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan penyakit lainnya (tujuan 6), melestarikan lingkungan hidup, (tujuan7).  
Secara nasional komitmen tersebut dituangkan dalam berbagai dokumen perencanaan nasional, antara lain dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004 – 2009, kemudian dipertegas pada RPJMN 2010–2014 dan Inpres No. 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan.
Pembangunan kesehatan Kota Padang secara umum bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan indikator meningkatnya sumber daya manusia, meningkatnya kualitas hidup masyarakat, memperpanjang umur harapan hidup, meningkatnya kesejahteraan keluarga dan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat. Disamping itu pembangunan bidang kesehatan di arahkan untuk meningkatkan dan memelihara mutu lembaga pelayanan kesehatan melalui pemberdayaan sumberdaya manusia secara berkelanjutan, sarana prasarana dalam bidang medis termasuk ketersediaan obat yang terjangkau oleh masyarakat.
Dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan ada upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Perubahan pemahaman akan konsep sehat dan sakit serta makin kayanya khasanah ilmu pengetahuan dengan informasi tentang determinan penyebab penyakit yang multifaktorial, telah menggeser paradigma pembangunan kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan rehalibitatif. Pentingnya penerapan PARADIGMA SEHAT merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan bangsa yang bersifat proaktif.
 Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi indikator angka harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan, dan status gizi masyarakat. Rencana Strategis Pembangunan Kesehatan Kota Padang Tahun 2009-2014 bertujuan menguraikan langkah terpilih untuk mencapai tujuan tujuan pembangunan Daerah sub sector kesehatan dengan mengacu pada Standar pelayanan Minimal (SPM). Pembangunan Kesehatan Kota Padang disusun untuk mewujudkan visi Kota Padang yaitu, “ Terwujudnya Masyarakat Kota Padang Sehat yang Sehat, Mandiri dan Berkeadilan”.
Profil Kesehatan Kota Padang merupakan salah satu media informasi Pembangunan Kesehatan di Kota Padang yang relatif lengkap, meliputi data tentang derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumberdaya kesehatan, data umum dan data lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan di wilayah Kota Padang. Di samping itu profil ini merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk melaporkan pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal di bidang kesehatan di Kota Padang.
Profil kesehatan ini merupakan bagian dari sistem informasi kesehatan yang masih jauh dari kondisi ideal. Berbagai masalah klasik masih dihadapi dalam penyelenggaraan sistem informasi kesehatan seperti data yang belum satu pintu,  kegiatan pengelolaan data dan informasi yang belum terintegrasi dan terkoordinasi dalam satu mekanisme kerjasama yang baik.
Buku Profil Kesehatan Kota Padang Tahun 2012 ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN.
Bab ini berisi penjelasan tentang latar belakang pembuatan profil dan sistimatika penulisan Profil Dinas Kesehatan.
BAB II. GAMBARAN UMUM.
Bab ini menyajikan gambaran umum tentang uraian tentang letak geografis, administrasi, dan informasi umum lainnya yang berhungan dengan kesehatan, serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap upaya kesehatan seperti kependudukan, prilaku penduduk, perekonomian.
BAB III. SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Bab ini berisi uraian  situasi derajat kesehatan yang meliputi berbagai indikator derajat kesehatan, diantaranya angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat.
BAB IV.SITUASI UPAYA KESEHATAN.
Bab ini menggambarkan  hasil-hasil capaian upaya kesehatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2012 yang meliputi pelayanan kesehatan dasar,  rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit, kesehatan lingkungan dan sanitasi, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan pelayanan kesehatan dalam situasi bencana.Dengan mempedomani indikator SPM dan indikator Indonesia Sehat 2010.
BAB V. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan, dan sumberdaya kesehatan lainnya.
BAB VI.KESIMPULAN
Bab ini merupakan rangkuman dari buku profil ini yang berisi sajian penting tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dan diperbaiki untuk penyusunan rencana kerja kesehatan Kota Padang tahun 2012. Selain keberhasilan bab ini juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dan perlu perhatian untuk tahun yang akan datang.
LAMPIRAN
           
Pada lampiran ini berisi tabel pencapaian program kesehatan Kota Padangdan 79 tabel data kesehatan.






BAB II
GAMBARAN UMUM

1.      Geografi
Letak Kota Padang secara geografis pada bagian pantai Barat Sumatera pada posisi  000 44 ‘ 00‘’- 01’08” 35” Lintang Selatan dan 1000 0505” – 100’34’09” Bujur Timur dengan luas keseluruhan 694,96 Km2.. Secara geogafis Kota Padang merupakan perpaduan dataran rendah dan perbukitan serta aliran sungai dan pulau–pulau.
Selain daratan Pulau Sumatra, Kota Padang memiliki 19 pulau dimana yang terbesar adalah Pulau Bintangur seluas 56,78 ha. Kota Padang mempunyai banyak sungai, yaitu 5 sungai besar dan 16 sungai kecil dengan sungai terpanjang yaitu Batang Kandis sepanjang 20 km. Tingkat Curah  hujan Kota Padang rata rata adalah 414.63 mm perbulan dengan rata rata hari hujan 17 hari perbulan di tahun 2010. Suhu udara cukup tinggi yaitu antara Temperatur 22.2 ºC 32,5 ºC dengan kelembaban udara berkisar 79 83 % (BPS Kota Padang, 2011).

Secara administrasi Pemerintah Kota Padang, yang dipimpin oleh Walikota Drs H Fauzi Bahar, MSi terdiri dari 11 Kecamatan, dengan kecamatan terluas adalah Koto Tangah yang mencapai 232,25 km² dan 104 Kelurahan. Kota Padang ini sebelah utara berbatas dengan Kabupaten Padang Pariaman, sebelah Selatan berbatas dengan Kabupaten Pesisir Selatan, sebelah timur berbatas dengan Kabupaten Solok, sebelah barat berbatas dengan Samudera Indonesia  (BPS Kota Padang, 2011).


2.      Demografi.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kota Padang tahun 2010 + laju pertambahan penduduk, maka jumlah penduduk kota Padang sebanyak 846.731 jiwa yang terdiri dari 421.914 jiwa laki-laki dan 424.817 jiwa perempuan dengan ratio 99,26% yang artinya jumlah penduduk perempuan di Kota Padang 0,74 % lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki laki. Sex Ratio terbesar terdapat di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, yaitu 105,55 %. Hal ini berarti jumlah penduduk laki laki di Kecamatan Bungus Teluk Kabung 5,55 % lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan. Sementara Sex Ratio terkecil terdapat di Kecamatan Padang Utara, yaitu 90,25 % yang artinya penduduk perempuan 7,75 % lebih banyak di bandingkan dengan jumlah penduduk laki laki. Secara keseluruhan penduduk Kota Padang lebih banyak perempuan dibandingkan dengan penduduk laki laki. Untuk jumlah penduduk jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Kota Padang tahun sebelumnya terjadi penambahan penduduk sebanyak 13.169 jiwa.
Gambar. 1.1
Piramida Penduduk Kota Padang Tahun 2011
Sumber : PDA Tahun 2010 + laju PP
Rasio beban ketergantungan (Dependency Ratio) digunakan untuk mengetahui Produktifitas penduduk. Rasio beban ketergantungan adalah angka yang menyatakan perbandingan banyak oarang yang berada pada usia yang tidak produktif (dibawah 15 tahun dan diatas 65 tahun) dibandingkan dengan kelompok usia yang produktif ( 15 – 65 tahun). Angka ini juga menyatakan beratnya tanggungan kelompok usia produktif terhadap usia tidak produktif. Semakin banyak kelompok usia non produktif maka semakin berat beban usia produktif. Pada tahun 2011 ini penduduk Kota Padang paling banyak berumur 20 – 24 tahun.
Komposisi penduduk Kota Padang menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 27 %, yang berusia produktif (15-64 tahun) sebesar 68 % dan yang berusia tua (> 65 tahun) sebesar 4%.  Dengan demikian penduduk Kota Padang yang terbanyak berada pada usia produktif dan yang paling sedikit adalah yang berusia tua.
Secara umum laju pertumbuhan penduduk selama 10 tahun terakhir (tahun 2001 – 2011) adalah sebesar 1,00 % (PDA 2011). Kecamatan yang tinggi laju pertumbuhan penduduknya adalah Kecamatan Padang Barat, Pauh dan Koto Tangah yaitu sebesar 3,00 % sedangkan laju pertambahan penduduk yang paling rendah adalah kecamatan Padang Barat dan Padang Utarayang di tandai dengan pertumbuhan penduduk 0 %  artinya  tidak pertambahan jumlah penduduk di kecamatan ini. Laju pertambahan penduduk sangat berguna untuk memperkirakan jumlah penduduk dimasa yang akan datang, sehingga pemerintah dapat membuat kebijakan pembangunan sesuai keadaan kependudukan.
Menurut PDA 2011 Kecamatan Padang Timur adalah daerah yang paling tinggi kepadatan pendudukya yaitu 9.562/km2 dan daerah terendah tingkat kepadatan penduduknya adalah Bungus Teluk Kabung yaitu 230 km2.                       
Sumber : PDA Tahun 2011
3.      Pendidikan.
                                      Derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan karena pendidikan bisa berpengaruh terhadap prilaku kesehatan seseorang. Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang yang berpendidikan  mempengaruhi keputusan seseorang untuk berprilaku sehat.
Angka buta huruf berkorelasi dengan angka kemiskinan. Sebab, penduduk yang tidak bisa membaca secara tidak langsung mendekatkan mereka pada kebodohan, sedangkan kebodohan itu sendiri mendekatkan mereka pada kemiskinan. Di Kota Padang 99 % penduduk laki – laki melek huruf dan 98,33 penduduk perempuan melek huruf. Penduduk laki laki lebih banyak melek huruf dibanding penduduk perempuan (BPS Kota Padang 2011).
Di Kota Padang berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah terbanyak adalah pada tingkat SMU yaitu 293.039 jiwa, berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki-laki (148.866 jiwa) dibanding perempuan (144.174 jiwa). Sementara penduduk yang tidak pernah mendapatkan pendidikan berjumlah 7.673 jiwa, dimana laki laki berjumlah 2.688 jiwa dan perempuan 4.385 jiwa. Jika dilihat perbandingan jender ternyata perempuan lebih banyak tidak pernah sekolah dibandingkan dengan laki laki, sementara secara keseluruhan jumlah perempuan juga lebih banyak disbanding laki laki. (BPS Kota Padang 2011).

4.      Perekonomian.
Salah satu aspek yang dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan pembangunan adalah keadaan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi akanKondisi perekonomian berkaitan dengan tingkat inflasi, semakin tinggi tingkat inflasi maka semakin mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi. Disamping itu angkatan kerja dan kesempatan kerja sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Survey Angkatan Kerja Nasional  (Sakernas) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja atau punya pekerjaan tapi sementara tidak bekerja dan mengganggur. Sementara yang dimaksud dengan bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan. Pengangguran terbuka adalah seseorang yang sedang mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan usaha, tidak mencari pekerjaan karena tak munkin dapat pekerjaan, termasuk orang yang masih sekolah atau mengurus rumah tangga. Proporsi pengangguran terbuka dari angkatan kerja berguna bagi pemerintah untuk membuka lapangan kerja baru dimasa yang akan datang sehingga secara bertahap kondisi perekonomian membaik dan dampaknya adalah meningkatnya kesejateraan masyarakat.

           
Sumber : PDA Tahun 2011
Pembangunan ekonomi diharapkan dapat mendorong kemajuan di semua sektor, baik fisik maupun mental sehingga bisa mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Kondisi ekonomi salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan masyarakat. 
Kemiskinan menjadi isu yang cukup menyita perhatian berbagai kalangan kesehatan. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terkait dengan daya beli ekonomi. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalampemenuhan kebutuhan terhadap makanan yang sehat sehingga dapat melemahkan daya tahan tubuh yang dapat berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakit penyakit tertentu. Fenomena gizi buruk dan kurang seringkali dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang buruk jika merujuk pada fakta bahwa keterbatasan pemenuhan pangan dapat menyebabkan busung lapar, Kwashiorkor, penyakit kekurangan vitamin seperti Xeropthalmia, Scorbut, dan Beri-beri.
Kemiskinan membuat seseorang tidak mempunyai kemampuan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan yang di ukur dengan pengeluaran. Kota Padang pada tahun 2012 menutut BPLS mempunyai 33.505 Rumah Tangga Miskin (RTM) dengan jumlah jiwa 170.185 jiwa.
                                    Dari segi sosial ekonomi dapat dilihat perkembangan  yang  sangat bervariasi dari tahun ke tahun. Pembangunan ekonomi yang diupayakan diharapkan mampu mendorong kemajuan, baik fisik, sosial, mental dan spiritual di segenap pelosok negeri terutama wilayah yang tergolong daerah tertinggal. Suatu daerah dikategorikan menjadi daerah tertinggal karena beberapa faktor penyebab, yaitu geografis, sumber daya alam, sumber daya manusia, prasarana dan sarana, daerah rawan bencana dan konflik sosial, dan kebijakan pembangunan. Keterbatasan prasarana terhadap berbagai bidang termasuk di dalamnya kesehatan menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial.
Menurut Badan Pusat Statistik, persentase penduduk berumur 10 tahun keatas yang termasuk dalam angkatan kerja pada tahun 2011  sebanyak  47,30 naik disbanding tahun 2011 yaitu 43.14 %. Penduduk Kota Padang yang termasuk angkatan kerja ini  terdiri atas Penduduk yang bekerja sebesar 42,91 % dan Mencari pekerjaan 4,40 %. Untuk penduduk yang bukan angkatan kerja (Sekolah, mengurus rumah tangga, dan lain lain) pada tahun 2011 ini sebanyak 56,86 %, lebih tinggi dibanding tahun 2010 sebesar 55,71%. Angka diatas menunjukan bahwa di Kota Padang penduduk yang bekerja lebih sedikit dari yang tidak bekerja, sehingga beban tanggungan penduduk yang bekerja sangat besar. Di tahun 2011 penduduk Kota Padang yang bekerja menurut lapangan usaha, terbanyak adalah Perdagangan, Hotel dan Restoran sebanyak 31,54 %, diikuti Jasa servis dan kotruksi, berbeda dengan tahun 2010, dimana terbanyak bergerak di bidang jasa jasa/ servis (32,74%), diikuti oleh perdagangan, hotel, dan restoran (27,98%). (BPS Kota Padang, 2011).

 

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


Keberhasilan Pembangunan Kesehatan dapat dilihat dari berbagai indikator yang digunakan untuk memantau derajat kesehatan sekaligus sebagai evaluasi keberhasilan pelaksanaan program. Untuk menilai derajat kesehatan tersebut digunakan beberapa indicator, yaitu Moertalitas (kematian), Status Gisi dan Morbiditas (kesakitan).
Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor          tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan, dan faktor lainnya.
Pada prinsipnya pembangunan kesehatan telah menunjukkan suatu keberhasilan dengan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, walaupun masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Untuk mengidentifikasi masalah dan hambatan tersebut perlu dilakukan analisis situasi dan kecenderungan di masa mendatang.
3.1.            Angka Kematian
3.1.1.      Kasus Kematian Bayi Kota Padang Tahun 2012
Kasus kematian Bayi adalah penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun. Kematian bayi ini dapat dikelompokkan menjadi bayi lahir mati, kematian 0 -7 hari, kematian 8 – 28 hari dan kematian 1- 12 bulan.  Kematian Bayi merupakan indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu banyak upaya kesehatan yang dilakukan dalam rangka menurunkan kejadian kematian bayi. Di Kota Padang pada tahun 2012 bayi lahir hidup berjumlah 16.805 jiwa,   kasus  bayi lahir mati adalah 35 bayi, kasus ini naik jika dibanding tahun 2011 yaitu sebanyak 24 bayi dari 16.590 kelahiran hidup. Jika dilihat berdasarkan jender, maka lebih banyak lahir mati bayi perempuan ( 19 bayi) dibanding bayi laki laki (16 bayi). Pada tahun 2012 kematian  bayi (0 – 7 hari)  berjumlah  46 orang, bayi umur 7 – 28 hari 9 orang dan 1 -12 bulan sebanyak  16 orang.   Jika dibandingkan dengan  tahun 2011 terjadi  penurunan kasus            kematian, dengan rincian kematian sebanyak :  bayi (0 – 7 hari)  berjumlah 44 orang, bayi 7 – 28 hari 14 orang dan 1 -12 bulan sebanyak 23 orang. 
Berbagai faktor dapat menyebabkan  penurunan kematian bayi, diantaranya pemerataan pelayanan kesehatan berikutf asilitasnya. Hal ini disebabkan kematian bayi sangat dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan. Selain itu, perbaikan kondisi ekonomi yang tercermin dengan pendapatan masyarakat yang meningkat juga dapat berkontribusi melalui perbaikan gizi yang berdampak pada daya tahan terhadap infeksi penyakit.

3.1.2.      Kasus Kematian Balita
Kematian Balita adalah penduduk yang mati sebelum berumur 5 (lima) tahun Target MDG`s untuk indicator AKABA di Indonesia sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Untuk kota Padang tidak bisa dikeluarkan Angka Kematian Balita karena jumlah kelahiran kurang dari 1000, untuk itu kota Padang hanya memaparkan kasus kematian Balita saja.         Pada Tahun 2012 lebih banyak terjadi kasus kematian Balita laki laki yaitu sebanyak  60 orang anak dibandingkan anak perempuan hanya sebanyak 57 orang,  dengan total kasus berjumlah 117 balita.
3.1.3.      Kasus Kematian Ibu Kota Padang Tahun 2012
Kematian Ibu  juga menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Kematian ibu menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan.
Kematian Ibu  dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitifitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.
 Kasus kematian maternal tahun 2012 sebanyak 16 orang sedikit naik di banding beberapa tahun terakhir, yaitu tahun 2011 di Kota Padang sebanyak 10 /16.590 kelahiran hidup tahun 2010 sebanyak 15/16.492 kelahiran hidup, tahun 2009 sebanyak 14 orang/16.486 kelahiran hidup.
3.1.4.      Kasus Kematian Perinatal Tahun 2012
Kasus kematian Perinatal pada tahun 2012 sebanyak 46 bayi sedikit naik dibanding tahun 2011 sebanyak 44 bayi, turun dibanding tahun 2010 sebanyak 83/16.492 kelahiran. Kasus kematian Perinatal ini masih cukup tinggi, penyebabnya  antara lain terlambat dalam memberikan penanganan baik pada bayi maupun ibu yang mengalami masalah kesehatan.  Untuk menurunkan kasus ini  telah dilakukan intervensi yang tepat, guna meningkatkan pemantauan dan penurunan kasus kematian tersebut. Diharapkan dengan lebih terpantaunya kasus kematian, maka dapat di ketahui permasalahan kesehatan ibu dan anak yang ada di masyarakat.
3.1.5.      Kematian umum
Untuk tahun 2012 ini terjadi perubahan yang sangat mendasar dari penyebab kematian, dimana pada tahun 2011 penyebab pertama kematian adalah ketuaan sementara pada tahun ini adalah penyakit Jantung dan disusul penyakit Hypertensi. Pada era globalisasi sekarang ini menyebabkan informasi semakin mudah diperoleh, negara berkembang dapat segera meniru kebiasaan negara barat yang dianggap cermin pola hidup modern. Sejumlah perilaku seperti mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) yang mengandung kadar lemak jenuh tinggi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolah raga, dan stress, telah menjadi gaya hidup manusia terutama di perkotaan. Padahal kesemua perilaku tersebut dapat merupakan faktor-faktor penyebab penyakit jantung dan stroke. 10 Penyebab kematian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel  3.1.
 10 Penyebab Kematian terbanyak di Kota Padang Tahun 2011

NO
Penyebab Kematian
JUMLAH
%

1
Jantung
89
19,0

2
Hypertensi
81
17.0

3
Ketuaan / Lansia
73
15.0

4
Stroke
59
13,2

5
Diabetes Militus
52
12.0

6
PJK
32
6,0

7
KLL
27
5,0

8
Ginjal
18
3,0

9
Demam tinggi
17
3.0

10
Aspexia
15
3.0


Total
460
100






            Sumber : Bidang Yankes DKK Padang

3.2.            Angka Kesakitan
Morbiditas dapat diartikan sebagai angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat.
Berdasarkan laporan puskesmas penyakit yang paling banyak di Kota Padang tahun 2012 adalah ISPA, diikuti oleh Penyakit kulit infeksi dan gastritis. Pola 10 penyakit terbanyak tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.2
Sepuluh penyakit Terbanyak di Kota Padang Tahun 2012
NO
PENYAKIT
JUMLAH
%
1
ISPA
108.002
10,2
2
Gastritis
20.519
9,7
3
Penyakit Kulit Infeksi
18.729
8,9
4
Penyakit  Radang Sendi
15.962
7,6
5
Pulpa dan Jaringan lainnya
14.612
6,9
6
Hipertensi
9.037
4,3
7
Diare
8.466
4,0
8
Infeksi Saluran Nafas Bawah
6.751
3,2
9
Kelainan Refraksi
6.704
3,1
10
Penyakit Susunan Syaraf
4.451
2,1

Total
209.933
100
Sumber : Bidang Yankes DKK Padang

3.2.1.      Cakupan Penyakit Menular
Hasil capaian program penyakit menular Tahun 2012 :
a.      Cakupan Penemuan dan penanganan Penderita Acut Flaccid Paralysis.
Polio merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk ke dalam PD3I yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berumur 0-3 tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher dan sakit di tungkai dan lengan. Sedangkan AFP merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas kemudian berakibat pada kelumpuhan.
Kasus AFP di kota Padang menunjukan grafik yang turun naik beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2010 ditemukan 1 kasus Polio di Puskesmas Pagambiran dan 5 kasus Acut Flaccid Paralysis (AFP). Kasus AFP ini terdapat pada 5 Puskesmas, yaitu Padang Pasir, Pemancungan, Nanggalo, Belimbing, dan Pauh. Di tahun 2011  ditemukan 11 kasus AFP (Non Polio) yang tersebar dibeberapa Puskesmas. Ditahun 2012 terjadi 6 kasus AFP yang tersebardi 4 Puskesmas, yaitu Puskesmas Padang Pasir, Seberang Padang, Puskesmas Anak Air dan Puskesmas Ikur Koto. Salah satu penyebab peningkatan penemuan kasus AFP ini adalah semakin baiknya deteksi dini yang dilakukan petugas, baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit.
Untuk 6 kasus AFP ini dilakukan penanganan sesuai protap, yaitu setelah ditemukan kasus di lakukan pelacakan kasus ke rumah penderita. Pasien di identifikasi dan dilakukan pengambilan spesimen. Spesimen tersebut di kirim ke Litbangkes Jakarta melalui Dinas Kesehatan Propinsi Sumatra Barat. Hasil pemeriksaan Litbangkes adalah Negatif (tidak ada virus polio pada spesimen) pada 6 spesimen yang diperiksa.

b.      Prevalensi Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Bersama dengan Malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salahsatu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs.
Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case DetectionRate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut.
Untuk mengukur  keberhasilan pengobatan TB digunakan Angka Keberhasilan pengobatan (SR=Success Rate) yang mengindikasikan persentase pasien baru TB paru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan, baik yang sembuh maupun yang menjalanipengobatan lengkap diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat. Success Ratedapat membantu dalam mengetahui kecenderungan meningkat atau menurunnya penemuanpasien pada wilayah tersebut
Penemuan kasus TB Paru dilakukan melalui penjaringan penderita yang dicurigai / suspek TB Paru yang berobat ke sarana kesehatan. Perkiraan  penderita TB Paru  BTA (+) 1,6/1000 penduduk. Untuk Kota Padang target BTA(+) pada tahun  2012 adalah 1349 suspek. Untuk  penemuan penderita baru TB Paru  BTA (+) tahun 2012 sebanyak 628 orang dan kasus lama (kambuh) 8 orang. Jika di lihat berdasarkan jender, maka lebih banyak penderita TB Paru  BTA (+) laki laki (359 orang) dibandingkan perempuan penderita TB Paru  BTA (+) sebanyak 269 orang. Jika dibandingkan dengan beberapa tahun terakhir terjadi penurunan penemuan penderita, yaitu pada tahun 2012 sebanyak 628 kasus,  2011 (942 orang), 2010 sebanyak 853 kasus dan tahun 2009 sebanyak 748 kasus. Untuk kasus penemuan penderita TB Paru BTA (+), semakin baiknya penjaringan kasus maka akan semakin banyak ditemukan penderita TB Paru BTA (+).
Pada tahun 2012 Puskesmas melakukan pengobatan pada penderita TB Paru BTA (+) sebanyak 678 penderita dan sembuh sebanyak 581 penderita atau sekitar 85 %. Sementara pada tahun 2011 BTA (+) yang diobati di Puskesmas sebanyak 582 penderita dan sembuh sebanyak 81,8 % (507 penderita). Pada tahun 2010 di obati sebanyak 748 penderita dan sembuh sebanyak 534.
Untuk kasus TB Paru kambuh pada tahun 2012 ditemukan sebanyak 8 orang penderita, sementara  ditahun 2011 sebanyak 21 penderita dan tahun 2010 sebanyak 12 penderita. Adapun CDR TB Paru pada tahun 2011 adalah 70,1 % naik jika dibandingkan dengan tahun 2010 ini adalah 62 % dengan  SR 48,6 %.
 Keberhasilan upaya penanggulangan TB diukur dengan kesembuhan penderita. Kesembuhan ini selain dapat mengurangi jumlah penderita, juga mencegah terjadinya penularan. Oleh karena itu, untuk menjamin kesembuhan, obat harus diminum dan penderita diawasi secara ketat oleh keluarga maupun teman sekelilingnya dan jika memungkinkan dipantau oleh petugas kesehatan agar terjamin kepatuhan penderita minum obat (Idris & Siregar, 2000). Dewasa ini upaya penanggulangan TB dirumuskan lewat DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse = pengobatan disertai pengamatan langsung). Pelaksanaan strategi DOTS dilakukan di sarana-sarana Kesehatan Pemerintah dengan Puskesmas sebagai ujung tombak pelaksanaan program. Pengobatan ini dilakukan secara gratis kepada golongan yang tidak mampu.

c.       Persentase Balita dengan Pnemonia ditangani
Pneumonia merupakan infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).
Balita di Kota Padang pada tahun 2012 sebanyak 86.705 orang, untuk jumlah perkiraan Balita terserang Pneumoni sebanyak 8.670 Balita. Temuan Kasus Pneumoni dan diobati pada tahun 2012 sebanyak 340 balita yang terdiri dari 215 Balita laki laki dan 125 Balita perempuan. Jika dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi penurunan penderita Pneumoni, dimana pada tahun 2011 Balita Perkiraan penderita Pnemonia yang berkunjung ke Puskesmas sebanyak 8.672 penderita dan ditemukan kasus Pnemonia Balita di Puskesmas sebanyak 586 kasus, turun jika dibandingkan  2010 sebanyak 819 pasien dan  100 % dapat ditangani. Sementara data dari Rumah sakit tidak didapat. Jika dibandingkan dengan tahun 2009  (732) terjadi peningkatan kasus. Pada tahun 2011 bersadarkan jenis kelamin penderita Pnemonia lebih banyak diderita oleh perempuan sebanyak 294 kasus (50,2 %).

d.      Persentase HIV/AIDS ditangani.
HIV & AIDS disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Penyakit ini ditularkan melalui cairan tubuh penderita yang terjadi melalui proses hubungan seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi secara bergantian, dan penularan dari ibu ke anak dalam kandungan melalui plasenta dan kegiatan menyusui.
Dari data yang ada, kasus HIV dan AIDS  mengalami trend peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2009 kasus HIV dan AIDS sebanyak 51 penderita dan meningkat pada tahun 2010 menjadi 59 kasus. Untuk tahun 2011 ini terdapat 64 kasus baru AIDS, dimana laki laki berjumlah 44 orang dan 20 orang perempuan. Sementara pasien yang meninggal selama tahun 2011 berjumlah 13 orang. Sementara penderita Infeksi Menular Seksual (IMS) berjumlah 7 kasus dan 100 % ditangani.
 Pada tahun 2012 ini ditemukan kasus HIV sebanyak 12 orang dimana 14 orang diantaranya adalah lakik laki. Untuk kasus Aids ditemukan sebanyak 42 orang, dimana pasien laki laki lebih banyak (32 orang) daripada wanita sebanyak 10 orang. Sebagian besar kasus terjadi pada pengguna napza suntikan.

e.        Kasus Diare
                        Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita Diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang            berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam
                                    Penyakit Diare sampai saat ini masih termasuk dalam urutan 10 penyakit terbanyak di Kota Padang. Penyakit diare yang banyak ditemukan adalah gastro enteritis yang disebabkan oleh kuman. Penderita yang berobat ke Puskesmas diobati sesuai dengan prosedur tetap penatalaksanaan kasus diare dengan pengobatan yang rasional.
Pada tahun 2012 dari 846.731 penduduk Kota Padang diperkirakan kasus diare sebanyak 347.985 penderita. Kasus diare yang ditemukan dan ditangani  pada tahun 2012 sebanyak 8.842 kasus, dimana pasien perempuan lebih banyak 4.245 kasus dibanding pasien laki laki 4.597 kasus.  Jika dilihat trend beberapa tahun terakhir maka terjadi penurunan kasus diare, dimana pada tahun 2011 terjadi 12.438 kasus diare, tahun 2010 sebanyak 12.744 kasus dan tahun 2009 terjadi kasus diare sebanyak 17.483 kasus.
Untuk kelompok umur balita terdapat sebanyak 2.531 penderita pada tahun 2012, dimana Balita laki laki lebih banyak (1329 kasus) dibanding   Balita perempuan 1.202 (kasus).

f.       Prevalensi Kusta
Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan Kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan mata.
Pada tahun 2012 ditemukan kasus baru Pausi Basiler (PB) sebanyak 2 dan kasus Multi Basiler 1 orang. Kasus Pause Basiler ini ditemukan di Puskesmas Seberang Padang dan Pagambiran, sementara kasus Multi Basiler di Puskesmas Lubuk Buaya. Kasus ini naik dibanding  tahun 2011 karena  tidak ditemukan penderita kusta baru pada tahun ini. Penemuan penderita kusta baru tahun 2010 sebanyak 1 orang sama dengan tahun 2009 sebanyak 1 kasus, turun  dibanding tahun 2008(2 kasus). Penderita kusta ini terdapat di wilayah kerja Puskesmas Kuranji dengan Kusta MB. Penderita sudah mendapat pengobatan dari Puskesmas Kuranji.

g.      Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) adalah penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus non neonatorum, Tetanus neonatorum, Campak, Polio dan Hepatitis B.

Penyakit Difteri disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menyerang sistem pernafasan bagian atas. Penyakit ini memiliki gejala sakit leher, demam ringan, sakit tekak. Difteri juga kerap ditandai dengan tumbuhnya membran kelabu yang menutupi tonsil serta bagian saluran pernafasan
Pertusis atau batuk rejan adalah infeksi bakteri pada saluran pernafasan yang sangat menular dan menyebabkan batuk yang biasanya diakhiri dengan suara pernafasan dalam bernada tinggi (melengking). Pertusis bisa terjadi pada siapapun tapi 50% ditemukan pada anak berusia kurang dari 4 tahun.
Tetanus Neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ketubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus TN banyak ditemukan di negara berkembang khususnya dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah.
Campak merupakan salah satu penyakit PD3I yang disebabkan oleh virus campak. Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak. Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh sekret orang yang telah terinfeksi.
Polio adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV),masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasukialiran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dankadang kelumpuhan.
Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV) yang menginfeksi hati hominoidae, termasuk manusia, dan menyebabkan peradangan yang disebut hepatitis. Awalnya dikenal sebagai "serum hepatitis", penyakit tersebut telah menyebabkan epidemi di Asia dan Afrika, dan itu adalah endemik di Cina
Pada tahun 2012 penyakit Menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) hanya ditemukan dari jenis penyakit campak yaitu sebanyak 152 kasus. Kasus penyakit Campak terbanyak terdapat di Puskesmas Pauh sebanyak 54 kasus, disusul Puskesmas Air Tawar 21 kasus dan Puskesmas Lubuk Buaya 18 Kasus.
Jika dibandingkan kasus PD3I tahun 2012 dengan tahun 2011 dapat di pilah menurut jenis dan jumlah, berdasarkan jenis penyakit lebih banyak pada tahun 2011 tapi berdasarkan jumlah maka lebih banyak terjadi di tahun 2012. Penemuan kasus penyakit menular yang bisa dicegah dengan imunisasi pada tahun 2011 hanya ditemukan 1 orang penderita difteri di wilayah kerja  Puskesmas Alai. Jika dibandingkan tahun 2010 kasus penyakit menular yang dapat di cegah dengan imunisasi ini jauh menurun seperti adalah Difteri 1 orang ditemukan di Puskesmas Pagambiran, Tetanus Neonatorum 1 orang di Puskemas Nanggalo, Campak 13 orang dibeberapa Puskesmas dengan penderita terbanyak di Puskesmas Lapai (7 penderita), dan Polio 1 orang di Puskesmas Pemancungan. Jumlah total penderita kasus Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi sebanyak 16 penderita.
.
h.      Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur < 15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa.
Pada tahun 2012 terjadi peningkatan kasus DBD, ditemukan 1612 kasus DBD, dimana pasien laki laki lebih banyak (886 kasus) disbanding pasien perempuan (758 kasus). Kasus DBD teringgi ditemukan di Puskesmas Lubuk Buaya (203 kasus), disusul Puskesmas Andalas (162 kasus) dan Puskesmas Belimbing (159 kasus).
 Kejadian kasus DBD ini meningkat beberapa tahun terakhir, dimana tahun 2012 ditemukan 1.626 kasus DBD, meningkat disbanding tahun 2011 di temukan kasus DBD sebanyak 965 kasus, meninggal 6 orang dengan CFR 0,01,  pada tahun 2010 ditemukan sebanyak 1.045 penderita
Untuk mengantisipasi terjadinya penyebaran kasus, maka dilakukan fogging focus yang bertujuan untuk memutus mata rantai penularan. Disamping itu tetap di sarankan pada masyarakat  untuk tetap melakukan PSN di rumah maupun kelurahan masing–masing. Dari jumlah kasus diatas bisa diketahui CFR nya 0,5% dari jumlah kasus, dengan insidens rate nya  145/100.000 penduduk.
Upaya yang dilakukan untuk pencegahan Kasus DBD di Kota Padang antara lain :
1.      Pemberantasan  Sarang Nyamuk  (PSN) DBD
Salah satu kegiatan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena penyakit DBD adalah dengan melakukan PSN DBD secara berkesinambungan pada wilayah kerja Puskesmas masing-masing. Dengan kegiatan ini diharapkan tempat perkembang biakan nyamuk aedes aegypti  bisa dikurangi yang pada akhirnya tidak ada tempat untuk berkembang biak  nyamuk  aedes aegepty.
2.      Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB)
Pemeriksaan Jentik Berkala dilaksanakan oleh Kader secara berkala ke  rumah-rumah penduduk sambil memberikan penyuluhan tentang penyakit DBD dan pencegahannya, yang dikoordinir oleh petugas puskesmas. Agar penyakit DBD ini tidak menimbulkan wabah/KLB maka diharapkan lebih dari 95% rumah yang ada harus bebas dari jentik nyamuk aedes.
Pada tahun 2012 dilakukan PJB pada 104  kelurahan endemis  yang dipantau oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik).  Pemantauan ini diutamakan pada kelurahan endemis DBD.
Kota Padang memiliki 154.573 rumah, dan dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk sebanyak 106.139 rumah. Dari rumah yang diperiksa 84 % (88.694 rumah) diantaranya bebas jentik nyamuk. Persentase rumah yang bebas jentik nyamuk ini sama dengan tahun 2011. Jumlah rumah yang ada di Kota Padang tahun 2012 sebanyak 154.573, dilakukan pemeriksaan pada 106.139 rumah. Dari hasil pemeriksaan  84 % (88.694) bebas jentik nyamuk.
3.        Abatisasi
Abatisasi bertujuan untuk membunuh jentik nyamuk aedes, dengan cara menaburkan abate pada tempat-tempat penampungan air. Abatisasi dilaksanakan pada 60 kelurahan endemis yang dilaksanakan oleh kader yang dikoordinir oleh petugas puskesmas. Disamping itu, pemberian abate juga diberikan pada kelurahan non endemis .
4.         Fogging Focus
Untuk memutus mata rantai penularan DBD pada daerah kasus, dilakukan fogging focus di lokasi tempat tinggal penderita dengan radius 200 meter. Tujuannya adalah untuk memutus rantai penularan dengan membunuh nyamuk dewasa yang telah terinfeksi. Fogging focus pada tahun 2012 dilakukan sebanyak 181 titik, meningkat dibanding   tahun 2010 sebanyak 131 fokus.

i.        Malaria.
Kasus penyakit malaria di  Kota Padang  sampai saat ini  masih ada. Dari hasil diagnosa di Puskesmas lebih banyak banyak ditemui sebagai kasus malaria klinis artinya pada saat pasien berobat ke Puskesmas kondisi demam pasien sudah berkurang  sehingga  tidak dilakukan pemeriksaan darah tebal.
Pada tahun 2012 kasus malaria tanpa pemeriksaan darah ditemukan sebanyak 116 kasus, dimana pasien laki laki lebih banyak (92 kasus) dibanding pasien perempuan (24 kasus). Malaria dengan pemeriksaan darah hanya ditemukan 1 orang yang positif. Jika disbanding dengan tahu 2011 terjadi penurunan kasus malaria di Kota Padang. Pada tahun 2011 penderita Malaria tanpa pemeriksaan sediaan darah berjumlah 413 kasus, sedangkan yang dengan pemeriksaan sediaan darah (positif) 340 kasus. Puskesmas yang paling banyak penderita malaria adalah Puskesmas Bungus sebanyak 68 penderita tanpa pemeriksaan sediaan darah dan 60 dengan pemeriksaan sediaan darah positif.  Penderita yang meninggal karena penyakit malaria ini tidak ada. Jika dibandingkan dengan tahun 2010 terjadi peningkatan kasus yang sangat signifikan, dimana jumlah kasus malaria klinis tahun 2010 sebanyak 245 kasus dan positif malaria 187 penderita. Jika dibandingkan dengan tahun 2009 terjadi penurunan kasus, dimana tahun 2009 malaria klinis sebanyak 320 kasus dan positif malaria 195 penderita.

j.        Filariasis
Survei darah jari untuk filariasis dilakukan sejak tahun 2006 dengan hasil sebagai berikut : tahun 2006, ditemukan 21 kasus positif filarial, tahun 2007 nol kasus, tahun 2008 sebanyak 5 kasus dan tahun 2009 ditemukan 6 kasus. Total kasus sampai tahun 2009 sebanyak 32 kasus. Tahun 2010 tidak dilakukan survey karena adanya pengurangan anggaran, tapi ditemukan 5 orang penderita klinis.Pada tahun 2011 dilakukan lagi survey darah jari pada 6 Kelurahan yang terletak di 4 Puskesmas, dengan sample 500 perlokasi. Dari 3.000 sample yang diperiksa ini, seluruh hasil pemeriksaan labor Negatif.
Setiap tahun dilakukan pengobatan massal filaria pada seluruh kecamatan di Kota Padang. Sebelum dilakukan pengobatan massal telah dilatih kader sebanyak 2.520 orang. Sasaran pengobatan tahun 2012 sebanyak 677.385 orang, capaian 583.942 orang, yang menolak sebanyak 71.773 orang dan dalam masa tunda 21.670 orang.  Jumlah sasaran pengobatan pada tahun 2011 adalah 677.385 penduduk dengan hasil capain sebanyak  531.105 penduduk. Sementara yang ditunda pemberian obatnya sebanyak 169.346 penduduk. Penduduk yang katagori  tunda adalah berusia  kurang dari 2 tahun,  keadaan sakit berat,hamil, menyusui dan gizi buruk serta penderita yang dalam proses pengobatan.
Di tahun 2011 ini tidak ditemukan kasus baru penderita Filariasis, sementara jumlah kasus lama sebanyak 33 penderita. Penderita Filariasis ini lebih banyak perempuan (22 orang) dibanding Paki laki (11 orang). 
Pada tahun 2012 ini ditemukan 1 kasus baru di Puskesmas Pagambiran, sehingga total kasu Filariasis berjumlah 34 orang yang terdiri dari 12 orang laki laki dan 22 orang perempuan.

3.3.            Status Gizi
a.      Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
Berat bayi lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gr. Pada tahun 2012 bayi lahir hidup 16.805, terdiri dari laki laki 8.059 dan perempuan 8.746. Jumlah bayi yang mengalami BBLR pada tahun 2012 sebanyak 94 bayi, dimana bayi perempuan lebih banyak (55 bayi) mengalami BBLR dibanding bayi laki laki (39 bayi). Jika dilihat trend BBLR ini, ada kecendrungan penurunan kasus BBLR setiap tahun. Jumlah bayi yang lahir tahun 2011 sebanyak 10.565 orang, sementara yang mengalami berat bayi lahir rendah sebanyak  142 orang, lebih sedikit dari pada tahun 2010 (159 orang). Bayi yang mengalami BBLR jika tidak diikuti dengan penyakit lain dapat dirawat di Puskesmas tapi bila diikuti dengan penyakit bawaan lainnya maka akan di rujuk ke Rumah sakit.
b.      Balita Dengan Gizi Kurang
Pemantauan Status Gizi Balita dilakukan secara rutin di Posyandu setiap bulan dan secara khusus  1 kali setiap tahun dilakukan secara bersamaan pada bulan Agustus. Hasil PSG tahun 2012 menunjukan Prevalensi Status gizi balita berdasarkan BB/U adalah:  dari 3.223 anak yang ditimbang ditemukan : Gizi lebih 3,97 % , Gizi baik 83,62 %,  Gizi kurang 9,54 % dan Gizi buruk 3,16 %. Sementara dari hasil penimbangan rutin di Posyandu dengan indikator berat badan perumur  menemukan 486 Balita mengalami gizi kurang, jika dibandingkan dengan beberapa tahun terakhir terjadi penurunan kasus balita gizi kurang, dimana tahun 2011 (518), tahun 2010 sebanyak 550 Balita. Balita yang mengalami gizi kurang diberikan penyuluhan pada ibu Balita dan diberikan makanan tambahan berupa biskuit (MP-ASI) serta Susu Formula bagi Balita.
3.3.1.      Balita Dengan Gizi Buruk
            Penanggulangan kasus balita gizi buruk pada tahun 2012 dilakukan dengan pemberian PMT yang pendanaanya melalui dana APBD Kota Padang dan APBD Propinsi Sumatra Barat. PMT yang diberikan berupa pemberian Susu Frisian Flag, Biskuit MP-ASI dan Bubur Susu. Dari jumlah kasus yang dibantu hampir semuanya mengalami kenaikan Berat Badan yang cukup menggembirakan.
            Penanggulangan Balita gizi buruk di Kota Padang  yang memerlukan perawatan dilakukan di Puskesmas Nanggalo sebagai Puskesmas rawatan gizi buruk. Jika memerlukan penanganan khusus karena penyakit penyerta dirujuk ke Rumah Sakit. Balita yang mengalami gizi buruk dengan indikator Berat Badan per tinggi badan (BB/TB) pada tahun 2012 berjumlah 98 orang, yang dirawat berjumlah 10 orang dan meninggal 1 orang. Jika dibanding tahun 2011 terjadi peningkatan kasus gizi buruk,  dimana pada tahun 2011 Balita Gizi buruk berjumlah 64 orang dan 8 orang diantaranya dirawat . Jika dibanding tahun 2010 ada penurunan jumlah kasus Gizi buruk, dimana pada tahun 2011 terdapat gizi buruk sebanyak   100 orang dan 12 Balita gizi buruk dirawat. Pada tahun 2012 ini kasus gizi buruk yang meninggal ada 3 orang, penyebabnya adalah penyakit penyerta yang diderita oleh  Balita tersebut.
            Selama rawat inap Balita gizi buruk diberikan perlakuan sesuai tatalaksana  gizi buruk selama beberapa hari sampai kondisi balita tersebut menjadi gizi kurang atau gizi baik dan selanjutnya dipulangkan untuk dilakukan rawat jalan. Setelah pasien pulang ke rumah tetap dilakukan konsultasi gizi dan  pemantauan oleh tenaga gizi dan dokter Puskesmas masing-masing.
            Balita gizi buruk yang rawat jalan adalah Balita dengan kondisi kurus atau kurus sekali yang tidak mau dirawat inap. Jumlah Balita rawat jalan sebanyak 88  kasus,  baik kasus baru maupun kasus lama. Dalam penanggulanan kasus Balita gizi buruk ini, banyak kendala yang ditemui seperti Ibu Balita yang tidak mau merujuk anaknya ke Puskesmas Nanggalo dengan alasan ekonomi dan lainnya. Oleh sebab itu untuk masa yang akan datang diharapkan partisipasi semua pihak untuk melakukan rujukan pasien gizi buruk.


 


BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN


Upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan.
Situasi Upaya Kesehatan Masyarakat di Kota Padang pada tahun 2012 dapat diuraikan sebagai berikut :

4.1. Pelayanan Kesehatan Dasar

a.       Program Ibu dan anak


PWS KIA bertujuan untuk memantau secara berkesinambungan pelayanan kesehatan ibu hamil, dari mulai ANC sampai persalinannya serta kesehatan  anaknya. Pemantauan yang dilakukan adalah pemantauan K1, K4, Deteksi Resti oleh tenaga kesehatan/masyarakat, Kunjungan Neonatus, Persalinan oleh tenaga kesehatan, dan persalinan yang ditolong dukun.
Target pencapaian program untuk K1 = 95 % dan K4 = 92 %. Pencapaian K1, K4, Kunjungan Neonatus (KN), dan Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (PN) sudah mencapai target, dan mengalami trend peningkatan sejak tahun 2008.  Pada tahun 2008 capaian K1 dan K4 sudah melebihi target, yaitu  K1 = 97.9% dan  K4 = 88%, pada 2009 meningkat lagi menjadi K1= 99,3% dan       K4 = 89,3%, tahun 2010 pencapaian K1=94,8% dan K4= 90.3%., tahun 2011 K1 = 99,8 % dan K4 = 94,0 % dan tahun 2012 pencapaia K1 = 98,6 %, K4 = 92,2 %
Tingginya capaian K1 pada tahun sebelumnya disebabkan antara lain keakuratan dalam pencatatan. Semakin baiknya capaian  K4 ini menggambarkan  adanya jalinan kerja sama yang baik dalam melaksanakan pemantauan wilayah setempat antara Puskesmas dengan Bidan Praktek Swasta (BPS) yang berpraktek di wilayah kerja Puskesmas,sehingga kunjungan  K4 terpantau dan terlaporkan dengan lebih baik. Diharapkan kedepan Puskesmas lebih meningkatkan kualitas forum komunikasi BPS di Puskesmas, sehingga kualitas dan kuantitas pemantauan dan pelaporan dari BPS ke Puskesmas akan semakin lebih baik dan lebih maksimal.
Ibu hamil  (Bumil) tahun 2010 berjumlah 20.094 dan sebanyak  20% (4.019) diantaranya mengalami Resiko Tinggi (Resti). Capaian ini sesuai dengan target yaitu 20 %. Puskesmas yang paling banyak Bumil Resti adalah : Puskesmas Rawang Barat sebanyak 525 Bumil dan yang paling sedikit adalah Puskesmas Pemancungan 85 Bumil. Untuk tahun 2011 ibu hamil berjumlah 19.390 orang dan yang Resti berjumlah 702 Bumil. Pada tahun 2011 ini, Puskesmas yang paling banyak Bumil Restinya adalah Puskesmas Air Dingin (190 Bumil), disusul Puskesmas Lubuk Buaya. Untuk tahun 2012 Bumil Resti yang ditemukan dan ditangani sebanyak 788 Bumil. Puskesmas yng pling banyak Bumil Restinya adalah Puskesmas Nanggalo. Kedepan diharapkan, pembina wilayah lebih meningkatkan kerjasama dengan kader supaya dapat sedini mungkin terdeteksi ibu hamil dengan resiko tinggi di masyarakat, sehingga dapat dilakukan pelayanan yang cepat, tepat dan aman.
Untuk mencegah terjadinya Anemia pada ibu hamil, dilakukan pendistribusian tablet Fe pada ibu hamil selama tiga bulan. Cakupan Fe1 Bumil pada tahun 2012 adalah 98,59% dan untuk Fe3 sebanyak 92,23 %.
Untuk pencegahan terjadinya Tetanus Toksoid pada ibu hamil dilakukan imunisasi TT. CAkupan TT Bumil pada tahun 2012 adalah : TT-1 = 40,4, TT-2 = 29,3, TT-3 = 20,9, TT-4 =  18,7, TT-5 = 10,6 dan TT2+ = 74,7. Cakupan TT Bumil ini hampir sama beberapa tahun terakhir.
 Untuk cakupan TT  Bumil di tahun 2011 sebanyak TT-1 =5.849 (30,12 %), TT-2 = 5.412 (28%), TT-3 = 4.233 (21,8%), TT – 4 = 3.881 (20%), TT -5 = 2.230 (11,5%)  hampir sama tahun 2010 yaitu TT -1 7.101 (35,3%), TT- 2 sebesar 28 %, TT-3 sebesar 21,8 %, TT-4 sebesar 20 % dan TT- 5 hanya 11,5 %.
Sasaran ibu bersalin pada tahun 2012 adalah 18.457 dan melakukan persalinan dengan tenaga kesehatan 92,3 % atau 17.027 Bulin. Sementara  pada tahun 2011 sasaran ibu bersalin berjumlah 18.457 orang, cakupan  persalinan sebanyak 17.184 dan persalinan dengan tenaga kesehatan sebanyak 93,1 %,  angka ini sudah melebihi target (92%). Cakupan persalinan dengan Nakes ini naik jika dibandingkan dengan tahun 2010, dimana tahun 2010  terdapat 19.182 ibu bersalin dan  90,57%  (17.374) diantaranya melakukan persalinan dengan tenaga kesehatan. Untuk  ibu nifas yang mendapat pelayanan kesehatan sebanyak ibu yang persalinannya di tolong oleh tenaga kesehatan.
Cakupan Persalinan yang ditolong oleh Nakes menunjukan trend Peningkatan setiap tahunnya, ini menunjukan  adanya peningkatan kerjasama antara Puskesmas dan BPS dalam pelaksanaan  PWS KIA. Meskipun demikian masih harus tetap dilakukan pembinaan kepada Pengelola program KIA Puskesmas, Pembina Wilayah dan BPS yang ada di Kota Padang.
Pada tahun 2012 Pasangan Usia Subur (PUS) berjumlah 125.233. PUS yang merupakan peserta KB aktif adalah sebanyak 10.969 (82,2%), dan peserta KB baru sebanyak 32.637 (26,1 %). Alat kontrasepsi yang digunakan oleh pserta Aktif adalah : suntik = 46,6 %, Pil = 20,7 %, IUD = 18,2 %, Implan = 6,3 %, MOP = 0,1 %, MOW = 3.8% dan Kondom = 4,2 %. Alat kontrasepsi yang digunakan oleh peserta KB baru adalah : suntik = 55,9 %, Pil = 19,3 %, IUD = 8,8 %, Implan = 4,6 %, MOP = 1,5 %, MOW = 1,4% dan Kondom = 8,5 %.
Penggunaan alat kontrasepsi pada tahun 2012 meningkat dibandingkan tahun 2011. Pasangan usia subur (PUS) pada tahun 2011 berjumlah 131.705. PUS yang merupakan peserta KB baru sebanyak 12.000 PUS sementara total peserta KB aktif sebanyak 17.885 pasangan. Adapun alat kontrasepsi yang di gunakan oleh peserta KB aktif tersebut adalah  suntik = 50 %, Pil =20,53 %, IUD = 14,9 %, Implan = 6,7 %, MOP = 0.09 %, MOW = 3.52 % dan Kondom = 3.78 %. Sementara alat kontrasepsi yang digunakan oleh peserta KB baru adalah : suntik = 47,5 %, pil = 26,4 %, Kondom = 10,0 %, IUD = 5,09 %, MOP= 0,07 %, MOW= 4,86 %, dan implan = 6,2%. 
Bayi lahir hidup tahun 2012 sebanyak 16.805 bayi. Adapun cakupan kunjungan bayi 4 pada tahun ini adalah 81,4 %, dimana kunjungan bayi perempuan (83,6%) lebih banyak daripada bayi laki laki (79,3%). Cakupan kunjungan bayi di tahun 2012 ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2011. Jumlah bayi pada tahun 2011 sebanyak 17.612 dengan cakupan kunjungan bayi sebanyak 13.627 (77,37 %)lebih sedikit dibanding tahun  2010 sebanyak 18,268 orang dengan cakupan kunjungan 90,11% (16.462). Kunjungan bayi berdasarkan jenis kelamin, lebih banyak bayi laki laki dibandingkan bayi perempuan, sementara jumlah bayi laki laki (8.776) lebih banyak dibanding bayi perempuan (8.836).
Untuk kunjungan Neonatus 1 kali  (KN1) pada tahun 2012 adalah 98,59 % dan Kunjungan Neonatus 3 sebanyak 92,26 %. Jika dilihat trend beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan capaian cakupan. Untuk  (KN 1) tahun 2011 sebanyak 16.477, 2010 berjumlah 18.268 dan 82,64% (15.096) melakukan kunjungan Neonatus sementara  Target Cakupan Kunjungan Neonatus (KN) yang hendak dicapai adalah adalah 83%. Puskesmas dengan kunjungan Neonatus tertinggi adalah Puskesmas Bungus (98,49), disusul Puskesmas Ambacang (94,7%). Sementara Puskesmas dengan kunjungan Neonatus terendah adalah Puskesmas Alai (75,29%). Neonatal resti tahun 2010 berjumlah 37 dan 3 diantaranya dirujuk.
Bayi yang mendapat ASI Ekslusif adalah bayi yang mendapat ASI saja sampai berumur 6 bulan. Bayi yang mendapat ASI Ekslusif pada tahun 2012 adalah sebanyak 4.968 atau hanya 62,4. Puskesmas yang tertinggi cakupan ASI Ekslusif adalah Puskesmas Rawang Barat (82,2 %), sementara Puskesmas dengan cakupan terendah adalah Puskesmas Lubuk begalung yaitu 48,8 %. Sementara ditahun 2011  Puskesmas dengan cakupan Asi Ekslusif tertinggi terdapat pada Puskesmas Ambacang yaitu 94,36 % dan Puskesmas yang paling rendah cakupan ASI Ekslusifnya adalah Puskesmas Bungus 39,9 %.
Untuk cakupan imunisasi rutin tahun 2012 adalah sebagai berikut : BCG 82 % (14.027), DPT1+HB1 = 75,1 % (14.321), DPT3+HB3 = 62,1 % (12.816), Polio 3 = 71,07 % (13.687)  dan Campak 64,5 % (12.985). Cakupan imunisasi rutin ini turun jika dibanding tahun 2011. Adapun cakupan Imunisasi bayi tahun 2011 terdiri dari BCG 96,9% (17.061), DPT1+HB1 = 95,3 % (16.784), DPT3+HB3 = 87,4 % (15.399), Polio 3 = 91,2 % (16.062)  dan Campak 88,1 % 15.523. Jika dibandingkan dengan tahun 2010 secara umum ada peningkatan cakupan program dimana pada tahun 2010 hasil cakupannya adalah  BCG = 97%, DPT1 + HB1 = 96,4%, DPT3 + HB3 = 89,4%, Polio3 = 93,27% dan Campak = 91,13%. Tahun 2012  dari 104  kelurahan hanya 76 % (79 kelurahan) yang UCI (Universal Child Immunization) data terlampir. Jika disbanding tahun  2011 ada penurunan capaian UCI karena untuk tahun ini ada perubahan penilaian UCI. Capaian kelurahan UCI di tahun 2011 adalah 95,2 % dari 104 kelurahan yang sudah  UCI (Universal Child Immunization), jadi ada 5 kelurahan yang belum UCI, diharapakan kedepan semua kelurahan sudah UCI.
Pendistribusian Vitamin A dilakukan pada bulan Pebruari dan Agustus. Vitamin A diberikan pada bayi usia 6-12 bulan dan anak Balita 1-5 tahun. Cakupan Vitamin A bayi tahun 2012 sebesar 84%  sudah melebihi target  yaitu 80%, dan untuk Vitamin A Anak Balita sebesar 80,56 % sesuai terget yaitu 80 %.          
Anak usia 6 – 23 bulan dari keluarga miskin di beri makanan pendamping ASI (MP-ASI) berupa susu, biskuit dan bubur susu. Cakupan pemberian MP ASI yang berasal keluarga miskin pada tahun 2012 sebanyak 4.183.
b.      Balita ditimbang :
                          Salah satu cara  pemantauan status gizi Balita dan tingkat partisipasi masyarakat terhadap Posyandu adalah dengan menggunakan indicator SKDN. SKDN  adalah data untuk memantau pertumbuhan balita. SKDN sendiri mempunyai singkatan S = juklah Balita yang ada di wilayah Posyandu, K = Jumlah Balita yang terdaftar dan mempunyai KMS, D = Jumlah Balita yang dating ditimbang bulan ini dan N = Jumlah Balita yang naik berat badannya. Posyandu yang aktuf melakukan kegiatan pada tahun 2012 adalah 864 Posyandu. Adapun strata Posyandu pada tahun   2012 adalah Pertama = 1, Madya = 274, Purnama = 442 dan Mandiri = 147. Dari 86.706 Balita yang ada di Kota Padang, sebanyak 53.866 Balita melakukan penimbangan, 69,68 % diantaranya mengalami kenaikan berat badan dan 0,9 % mengalami gizi kurang. Sementara pada tahun 2011 Posyandu yang aktif melaksanakan penimbangan ada 858 buah. Posyandu menurut Strata pada tahun 2011 adalah yaitu, Pertama = 0, Madya = 306, Purnama = 404 dan Mandiri = 148.  Di kota Padang tahun 2011 mempunyai 86.707 Balita, yang melakukan penimbangan sebanyak 57.278 (66,06 %). Balita yang mengalami kenaikan Berat Badan 36.280 (86%),yang berada dibawah garis merah 518 (0,90%).

c.       Penjaringan Kesehatan Siswa:
Kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Kota Padang tahun 2012 diantaranya adalah melakukan skrining pada anak baru masuk sekolah dan  melakukan penyuluhan kesehatan. Anak Sekolah Dasar (SD) dan setingkat pada tahun 2012 berjumlah 93.502 siswa terdiri dari 48.654 laki laki dan 44.848 perempuan. Murid SD yang mendapat pelayanan standar laki laki 97,6% dan pertempuan 95,9%. Murid SD kelas 1 pada tahun 2012 berjumlah 16.072 siswa. Untuk Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD kelas 1 ini pada tahun 2012 mencapai 92,8 %, dimana siswa laki laki 91,6 % dan perempuan 94,2 %. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD ini sedikit meningkat dibanding tahun 2011, dimana pada tahun 2011 Murid SD berjumlah 16.770 siswa yang terdiri dari 8.800 laki laki dan 7.970 perempuan. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat pada tahun 2011 laki laki banyak 93 % dan perempuan sebanyak 94,1 %. Dan cakupan pelayanan kesehatan sesuai standar siswa SD ini adalah laki laki sebanayak 83,2 % dan perempuan 85,2 %.
Sementara pada tahun 2010 data belum terpisah menurut jenis kelamin tapi terbagi atas  anak Pra sekolah = 79,71%, siswa SD/MI = 92,7% dan siswa SMP/SMA = 89,64%. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya ada sedikit peningkatan, dimana pada tahun 2009 cakupan skrening anak Pra sekolah = 64,5%, siswa SD/MI = 92,25% dan siswa SMP/SMA = 89,39%.
            Untuk Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah kegiatannya lebih banyak bersifat Promotif dan Preventif. Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah. Kota Padang tahun 2012 memiliki 421 SD/MI, 69,6 %  (293 SD/MI) diantaranya melakukan sikat gigi masal. Dari 93.502 murid SD/MI dilakukan pemeriksaan terhadap 26.281 siswa. Berdasarkan hasil pemeriksaan ini 3.383 siswa perlu mendapat perawatan dan 64,1 % mendapat perawatan. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya terjadi penigkatan jumlah SD/MI yang mendapat pelayanan, dimana pada tahun 2011 dari 420 SD/MI, yang mendapat   pelayanan gigi sebanyak 92 SD/MI. Untuk kegiatan sikat gigi massal  dilakukan oleh 92 SD/MI.  Adapun siswa yang diperiksa tahun ini sebanyak 14.967 siswa, yang memerlukan perawatan sebanyak 2.332 siswa dan yang mendapat perawatan sebanyak 1.283 siswa.

d.      Program Usila:
                                    Pada hakikatya menjadi tua merupaka proses alamiah yang akan dialami oleh sesorang. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran baik dari segi psikis maupun fisik, oleh sebab itu perlu upaya kesehatan agar para usia lanjut (Usila) ini dapat hidup sehat dan mandiri. Progaram upaya kesehatan yang dilakukan antara lain penyuluhan secara berkesimbungan, pemeriksaan kesehatan secara berkala dan melakukan penjaringan Usila resiko tinggi. 
Pada tahun 2012 di Kota Padang terdapat 81.938 orang yang berusia diata 60 tahun, dimana laki laki 42.095 orang dan perempuan 39.843 orang. Usila yang mendapat pelayanan kesehatan untuk laki laki 24,39 % dan perempuan 61,88 %.
Jika dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi peningkatan cakupan pelayanan usila ini. Kota Padang pada tahun 2011 mempunyai Usila sebanyak 82.788 jiwa, terdiri dari 40.566 laki laki dan 42.222 jiwa perempuan. Cakupan Pelayanan terhadap Usila tahun 2011 baik laki laki maupun perempuan sebanyak 17,21 %. Untuk tingkat kemandirian para lansia yang datang ke Posyandu lansia ini terbagi atas tiga, yaitu kelompok pertama dibantu 100% sebanyak 5.056 orang, kelompok kedua sebantu sewaktu waktu sebanyak 1.231 orang, dan kelompok ketiga adalah yang mandiri 100% sebanyak 8.440 orang.  
            Saat ini sudah ada 2010 kelompok lansia meningkat jumlahnya dibanding tahun 2010 yaitu 196 keliompok Lansia, sementara jumlah kader yang ada sebanyak 724 orang. Kelompok lansia ini  bisa memanfaatkan Posyandu Lansia untuk pemeriksaan kesehatan, senam lansia secara berkala dan mendapat penyuluhan kesehatan. Untuk meningkatkan cakupan pelayanan lansia ini  perlu kerjasama  yang baik antara puskesmas, tokoh masyarakat, kader Posyandu  dan lintas terkait. Disamping itu beberapa puskesmas sudah melaksanakan program santun lansia.
           
e.       Program Kesehatan gigi:
            Program Pelayanan kesehatan gigi dilaksanakan berupa pelayanan klinik di Puskesmas, Upaya kesehatan gigi di Masyarakat dan Usaha Kesehatan gigi Sekolah melalui kegiatan UKS. Untuk pelayanan Kesehatan gigi di klinik Puskesmas sudah melebihi target kota Padang (>4% jumlah penduduk). Pelayanan gigi di puskesmas pada tahun 2012 yang berupa tumpatan sebanyak 685, dimana pasien laki laki 336 dan perempuan 349. Sementara untuk pencabutan sebanyak 6.310, dimana pasien perempuan lebih banyak melakukan pencabutan 3.094 dibanding pasien laki laki 2.094. Adapun rasio Tumpatan dan pencabutan adalah 1 : 10. Jika dibandingkan dengan 2011 terjadi peningkatan rasio Tumpatan : pencabutan. Pelayanan gigi pada tahun 2011 terdiri dari Tumpatan gigi tetap sebanyak 1.000 orang, dimana pasien laki- laki berjumlah 491 orang dan 509 pasien perempuan, untuk pencabutan sebanyak 13.409 pasien. Rasio Tumpatan : Pencabutan adalah 1 : 7. Banyaknya kasus pencabutan ini disebabkan oleh indikasi cabut, pasien yang minta dan peralatan untuk perawatan yang belum memadai di Puskesmas. Sementara di  tahun 2010  jumlah pelayanan gigi sebanyak 18.847 kali dimana tumpatan gigi tetap sebanyak 4.947 dan pencabutan gigi tetap sebanyak 13.900, dengan demikian rasio tambal/cabut adalah  1:4.

f.       Pelayanan Kesehatan dengan Kemampuan Gadar :
                                 Puskesmas di Kota Padang tahun 2012 bertambah 2 unit, sehingga Puskesmas dengan pelayanan kesehatan dengan kemampuan Gadar berjumlah 22 buah yang tersebar disemua kecamatan. Puskesmas tersebut ada yang mempunyai rawat inap dan sebagian lagi hanya rawat jalan. Setiap Puskesmas mempunyai kemampuan untuk melakukan pelayanan gawat darurat (Gadar).

g.      Kelurahan terkena KLB
   Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk penyakit endemis adalah suatu peningkatan jumlah kasus yang melebihi keadaan biasa, pada waktu dan daerah tertentu. Sementara untuk penyakit non endemis pengertiannya adalah suatu episode penyakit dan timbulnya penyakit pada dua atau lebih penderita yang berhubungan satu sama lain. Hubungan ini mungkin pada faktor saat timbulnya gejala (onset of illness), faktor tempat (tempat tinggal, tempat makan bersama, sumber makanan), faktor orang (umur, jenis kelamin, pekerjaan dan lainnya).
 Pada tahun 2012 terjadi 2 KLB yaitu Keracunan makanan dan Campak. KLB keracunan ini terjadi di 3 kelurahan dengan jumlah pasien 38 orang Attack rate 0,05 dan meninggal 2 orang CFR 5,26. Untuk KLB Campak menyerang 2 kelurahan dengan jumlah pasien sebanyak 58 orang Attack rate 0,35 dan tidak ada yang meninggal.  Jika disbanding tahun sebelumnya terjadi penurunan kasus KLB ini. Pada tahun 2011 ini Kelurahan yang terkena KLB dan ditangani kurang dari 24 jam ada 4 kelurahan di 4 Puskesmas, yaitu Puskesmas Ulak Karang, Puskesmas Pemancungan, Puskesmas Nanggalo dan Puskesmas Pagambiran. KLB yang terjadi yaitu Campak  jumlah penderitanya 13 orang dan tidak ada meninggal. Attack Rate untuk kasus campak ini adalah 10,83. Tetanus Neonaturum jumlah penderitanya 1 orang dan meninggal dengan Attack Rate : 0,13 dan CFR 100%, Difteri jumlah penderitanya 1 orang dan tidak meninggal dengan Attack Rate : 0,02, dan Polio jumlah penderitanya 1 orang dan meninggal dengan Attack Rate : 0,05 dan CFR : 100%.

h.      Penyuluhan Kesehatan.
            Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan. Penyuluhan Kesehatan dilakukan dengan dua cara, yaitu penyuluhan kelompok dan penyuluhan massa.
 Penyuluhan Kelompok yang dilakukan pada tahun 2012 oleh 22 Puskesmas berjumlah 14.523 dan penyuluhan massa sebanyak 784 kali. Puskesmas yang paling banyak melakukan penyulukan kelompok adalah Puskesmas Lubuk Begalung 1610 dan yang paling sedikit adalah Puskesmas Ikur Koto 65 kali. Untuk penyuluhan massa Puskemas yang paling banyak melakukan adalah Puskesmas Kuranji. Jika dibandingkan dengan Tahun sebelumnya ada penurunan pelaksanaan penyuluhan ini. Pada tahun 2011 ini penyuluhan kelompok  yang lakukan oleh Puskesmas sebanyak : 17.647 kali, dimana Puskesmas terbanyak melakukannya terdapat pada Puskesmas Pemancungan (1.271 kali) dan yang paling sedikit Puskesmas Alai (534 kali). Untuk Penyuluhan Massa dilakukan oleh Puskesmas sebanyak 633 kali, dimana Puskesmas terbanyak melaksakannya adalah Puskesmas Pemancungan sebanyak 60kali dan Puskesmas yang paling sedikit melaksanakannya adalah Puskesmas Pagambiran sebanyak 15 kali.

4.2.Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan
a.      Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra bayar
            Asuransi kesehatan sosial (social health insurance) adalah suatu mekanisme pendanaan pelayanan kesehatan yang semakin banyak digunakan di seluruh dunia karena kehandalan sistem ini menjamin kebutuhan kesehatan rakyat suatu Negara. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra bayar di Kota Padang terdiri dari Askes, Askeskin dan Jamkesda. ASKES merupakan program pemeliharaan kesehatan bagi pegawai negeri sipil dan keluarganya; ASKESKIN adalah Asuransi Kesehatan untuk orang miskin yang pembiayaannya dibebankan pada pemerintah pusat. Askeskin atau JAMKESMAS adalah bentuk belanja bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini dilakukan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. JAMKESDA adalah asuransi untu masyarakat miskin yang pembiayaannya di beban pada pemerintah daerah.
Penduduk kota Padang tahun 2012 sebanyak 846.731 jiwa. Penduduk yang mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra bayar berupa Askes = 104.595 jiwa, Askeski / Jamkesmas = 184.501 dan Jamkesda = 86.940. Jika dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi penguranga untuk Askes, tapi penambahan untu Jamkesmas dan Jamkesda. Asuransi kesehatan pada tahun 2011 adalah sebagai berikut : Askes 111.718 jiwa, Askeskin 185.001 jiwa dan Jamkesda 27.984 jiwa. Total penduduk yang mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra bayar 324.704, artinya hanya 38,55 % penduduk yang mempunyai jaminan kesehatan Pra bayar.
            Masyarakat miskin pada tahun 2012 yang mendapat pelayanan kesehatan di Saranan Kesehatan starata 1 sebanyak 100.887 jiwa dan di Saranan Kesehatan starata 2 sebnayak 18.593 jiwa. Untuk Masyarakat miskin yang mendapat pelayanana kesehatan rawat inap di Sarana  Kesehatan Strata 1 sebanyak 432 jiwa dan yang rawat inap di Strata 2 dan 3 tidsk diketahui datanya Karena setelah pasien tidak mengembalikan surat balasan setelah dirujuk .

b.      Kunjungan Gangguan Jiwa.
           
            Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh. Kesehatan jiwa menurut UU No 23 tahun 1996 tentang kesehatan jiwa sebagai suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan secara selaras dengan keadaan orang lain. Gangguan kesehatan jiwa bukan seperti penyakit lain yang bisa datang secara tiba-tiba tetapi lebih kearah permasalahan yang terakumulasi dan belum dapat diadaptasi atau terpecahkan. Dengan demikian akibat pasti atau sebab yang melatar belakangi timbulnya suatu gangguan.
            Kunjungan Puskesmas tahun 2012 sebanyak 1.434.894 kunjungan, terdiri dari 313.480 kunjungan baru dan 1.121.414 kunjungan lama, sementara yang mengalami gangguan jiwa sebanyak 8.914 kunjungan, artinya 0,006% dari total kunjungan adalah kunjungan dengan gangguan kejiwaan.
           
4.3.Prilaku Hidup Masyarakat      
Rumah tangga Ber-PHBS
            Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalan komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerman) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan masing-masing, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat (www.promosikesehatan.com).
Jumlah Rumah Tangga yang ada  pada tahun 2012 adalah sebanyak 201.500. Rumah tangga yang dilakukan pemantauan PHBS sebanyak 25.293. Berdasarkan hasil pemantauan ini 45,3 % diantaranya sudah melaksanakan PHBS di rumah tangganya. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya terjadi peningkatan persentase keluar yang telah melaksanakan PHBS di rumah tangga. Di tahun 2011 rumah tangga yang di Kta Padang berjumlah 200.081. Jumlah Rumah Tangga  yang dipantau tentang Berprilaku Hidup Bersih dan Sehat sebanyak 21.257  (10.62%) keluarga. Berdasarkan hasil pemantauan keluarga yang melakukan Prilaku Hidup Bersih (PHBS) dan Sehat selama tahun 2011 berjumlah 5.546 (23,15)% rumah.Berdasarkan hasil survey PHBS, Puskesmas Ambacang dengan 840 sample 100% sudah melaksanakan PHBS dan Puskesmas paling sedikit keluarga yang melaksankan PHBS terdapat di Puskesmas Andalas sebesar 6,05 %.

4.4. Kesehatan Lingkungan
a.      Rumah Sehat.
Untuk hidup sehat, kita harus memulai dengan lingkungan yang sehat. Rumah sebagai tempat kita menghabiskan waktu setiap hari memegang peranan penting dalam meciptakan suasana yang sehat dan mempertahankan badan kita tetap fit dan jreng. Rumah yang sehat adalah yang memenuhi standar kesehatan, seperti Sirkulasi Udara Yang Lancar, Kualitas air yang memadai, Penerangan yang cukup dan Sanitasi yang benar
Rumah yang ada di Kota Padang pada tahun 2012 adalah 154.571 rumah. Dilakukan pemeriksaan sehat sebanyak 73.112 (47,3%) rumah dan dinyatakan sehat 54.579 (74%) rumah. Hasil pemeriksaan in tidak terlalu jauh berbeda dari tahun sebelumnya.  Tahun 2011 rumah yang ada di Kota  Padang berjumlah 206.444. Rumah tangga yang diperiksa sebanyak 100.481 (48,8%) dan dari yang diperiksa ditemukan rumah tangga yang sehat berjumlah 73.075 (72,7 %). Angka ini menunjukan masih banyak rumah tangga yang belum sehat, untuk itu perlu dilakukan upaya promotif lebih berdayaguna lagi.
b.      Rumah/Bangunan yang diperiksa Jentik Nyamuk Aedes.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus.   
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan semakin luas daerah penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Sampai saat ini penyakit DBD belum ada vaksin pencegahnya dan obatnyapun juga masih diusahakan. Satu-satunya cara efektif adalah mencegah dan menanggulanginya dengan cara memberantas nyamuk penularnya.
Pemeriksaan jentik nyamuk pada rumah/bangunan tahun 2012 dilakukan sebanyak 106.139 (69%) rumah dari 154.573 rumah. Dari hasil pemeriksaan ini 84 % (88.694) rumah bebas jentik nyamuk. Jika dibandingkan dengan hasil pemeriksaan tahun lalu, maka ada penurunan persentase rumah yang bebas jentik nyamuk, hal ini seiring dengan peningkatan penyakit DBD yang meningkat di tahun 2012. Sementara pada tahun 2011 ini periksaan rumah / bangunan dilakukan pada  92.778 rumah, hasil dari pemeriksaan ini yang dinyatakan rumah bebas jentik nyamuk sebanyak 77.930 (84 %) rumah. Jika dibandingkan dengan tahun 2010  persentase rumah bebas jentik nyamuk lebih banyak di tahun 2011,   dimana rumah yang diperiksa pada tahun 2010 sebanyak 105.158 buah (75,70%) dan rumah/bangunan yang bebas dari jentik aedes sebanyak 84.474 buah (80,33%).

c.       Jenis Sarana Air Bersih yang di gunakan
Air adalah salah satu kebutuhan hidup yang paling penting. Tanpa air berbagai proses kehidupan mustahil dapat berlangsung. Meskipun air termasuk sumberdaya alam yang dapat diperbaiki (renewable resource), namun kenyataan menunjukkan bahwa ketersediaan air tanah tidak pernah bisa bertambah, bahkan cenderung terus menurun baik dan segi kuantitas maupun kua1itasnya.
Pada tahun 2012 dari 201.501 keluarga , dilakukan pemeriksaan air bersih sebanyak 31.917 keluarga. Berdasarkan hasil pemeriksaan, air bersih yang paling banyak digunakan adalah ledeng 15.352, kemudian SGL 28,3 %, SPT 5 % danmata air 2,4 %. Sementara pada tahun 2011 adalah sebagai berikut dari  rumah yang ada 205.664 buah, di lakukan pemeriksaan pada 100.481 rumah. Akses air bersih keluarga berdasarkan hasil pemeriksaan adalah 66,82% menggunakan ledeng, 7,32% menggunakan SPT, 19,98% menggunakan SGL dan lain lainnya sebanyak 5,88 %.
d.      Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar
Sanitasi dasar adalah syarat kesehatan lingkungan minimal yang harus dipunyai oleh setiap keluarga untuk memenuhi keperluan sehari-hari. Ruang lingkup sanitasi dasar yakni sarana penyediaan air bersih, sarana jamban keluarga, sarana pembuangan sampah, dan sarana pembuangan air limbah.
Pada tahun 2012 dari 201.501 Kepala Keluarga  dilakukan pemeriksaan sanitasi dasar sebanyak 22.932, hasilnya adalah sebagai jamban sehat 71,6 %, Pengelolaan sampah sehat 81,9 % dan Limbah sehat 74,7 %.  Sementara pada tahun 2011 terdapat  206.444 Kepala Keluarga. Pemeriksaan kepemilikan sanitasi dasar dilakukan pada 100.481 KK. Berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan untuk kepemilikan jamban sebanyak 73.778 KK (73,4%) dan dinyatakan sehat sebanyak 72,1%. Untuk kepemilikan tempat sampah sebanyak 100.481 KK (79,6%) dan dinyatakan sehat sebanyak 68,7%. Untuk pengelolaan air limbah  jumlah KK yang memiliki jamban sebanyak  KK (49,01%) dan dinyatakan 72.488 dan dinyatakan sehat sebanyak 65,7%.

e.         TPUM Sehat
   Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TPUM) yang diperiksa tahun ini adalah Hotel, Restoran/R.Makan, Pasar dan TPUM lainnya. Pada tahun 2012 Hotel yang ada di Kota sebanyak  Hotel yang ada dikota Padang sebanyak 33 buah, diperiksa sebanyak 12 buah dan dinyatakan sehat sebanyak 11 buah (91,7%). Jumlah Restoran yang ada sebanyak 760 buah, dilakukan pemeriksaan sebanyak 521 buah dan dinyatakan sehat sebanyak 388 buah (74,5%). Sementara pasar berjumlah 17 buah, dilakukan pemeriksaan pada 15 pasar dan dinyatakan sehat hanya 6 pasar (37,5%). Dan TPUM lainnya berjumlah 3.819 buah dilakukan pemeriksaan sebanyak 2.835 dan dinyatakan sehat 1.635buah (57,7%).

f.     Institusi yang dibina Kesehatan lingkungannya
Pada tahun 2012 dilakukan pembinaan kesehatan lingkungan pada sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana ibadah, perkantoran, dan sarana lainnya. Institusi yang dibina kesehatan lingkungannya di tahun 2012 adalah 1.395 sarana , yang terdiri dari 111 sarana pelayanan kesehatan, 551 sarana pendidikan  dan 733 sarana Ibadah. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya terjadi peningkatan jumlah institusi yang di bina kesehatan lingkungannya. Berdasarkan hasil pemeriksaan institusi pada tahun 2011 : sarana kesehatan berjumlah 87 buah, dan dilakukan pembinaan pada 66 sarana (75,86%). Institusi pendidikan berjumlah522 buah, yang dibina 403 (77,2%). Saran Ibadah berjumlah 901 buah dan dilakukan pembinaan pada 730 sarana (81,01%). Total jumlah sarana yang di data sebanyak 1.510 sarana dan yang dibina sebanyak 79,4 %.

                                                                     BAB V

SUMBERDAYA  KESEHATAN


Sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

5.1.       Sarana Kesehatan

a.         Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat atau yang biasa disebut Puskesmas merupakan salah satu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota. Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan tingkat pertama dan terdepan dalam sistem pelayanan kesehatan, harus melakukan upaya kesehatan wajib (basic six) dan beberapa upaya kesehatan pilihan yang disesuikan dengan kondisi, kebutuhan, tuntutan, kemampuan dan inovasi serta kebijakan pemerintah daerah setempat. Puskesmas memiliki fungsi sebagai : 1) pusat pembangunan berwawasan kesehatan; 2) pusat pemberdayaan masyarakat; 3) pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer; dan 4) pusat pelayanan kesehatan perorangan primer.
Jumlah Puskesmas di Kota Padang sampai tahun 2012 sebanyak 22 buah. Puskesmas terbagi atas dua, yaitu Puskesmas Non rawatan 15 buah dan Puskesmas rawatan 7 buah. Untuk mengukur keterjangkauan Puskesmas dengan masyarakat adalah dengan melihat rasio antara Puskesmas per 100.000 penduduk. Rasio Puskesmas per 100.000 penduduk pada tahun 2010 di Kota Padang adalah sebesar 2,33. Untuk lebih meningkatkan  jangkauan pelayanan Puskesmas terhadap masyarakat di wilayah kerjanya, Puskesmas didukung oleh sarana pelayanan kesehatan berupa Puskesmas Pembantu (Pustu) yang berjumlah 62 buah.
b.      Ketersediaan Obat menurut Jenisnya.
   Obat yang tersedia di Puskesmas dan jaringannnya adalah obat obatan untuk pelayanan kesehatan dasar. Secara umum pada tahun 2012 ini, ketersediaan obat obatan sudah mencukupi, namun ada beberapa item obat yang tingkat ketersediaannya masih rendah. Adapun ketersediaan obat yang masih dibawah 50 %, yaitu Infus set Anak (8,48%), Dekstrometorfan tab 15 mg (10,38), Antalgin tablet 500 mg (22,29 %), OAT 2 (36,11%), Garam   Oralit (37,45%), Multivitamin sirup (41,75%) dan Natrium klorida infuse 0,9% steril ( 43,42 %). 

c.       Sarana kesehatan menurut kepemilikan.
                                  Kota Padang sebagai ibu kota Propinsi memiliki jenis sarana kesehatan yang cukup beragam dan kepemilikannya juga beragam.Untuk rumah sakit umum berjumlah 12 buah dengan kepemilikan terdiri dari 1 buah Pemerintah Pusat, 1 buah Pemerintah Kota, 2 buah TNI/POLRI, 1 buah BUMN dan7 buah swasta. Rumah Sakit jiwa sebanyak 2 buah dengan kepemilikan 1 Pemerintah kota dan 1 swasta. Sarana Kesehatan yang seluruhnya di kelola oleh swasta adalah Rumah sakit khusus sebanyak 5 buah, Rumah Sakit Bersalin sebanyak 9 buah, Rumah Bersalin  28 buah,  Balai Pengobata/klinik sebanyak 34 buah,  Apotik sebanyak 131 buah, Toko Obat sebanyak 26buah dan laboratorium 10 buah. Praktek dokter perorangan 366 buah dan praktek pengobatan tradisional 44. Sementara sarana kesehatan yang di kelola oleh pemerintah kota Padang adalah Puskesmas 22 buah, Puskesmas Pembantu 62 buah, Puskesmas Keliling 22 buah, GFK 1 buah dan Poskeskel 29 buah .



d.             Sarana kesehatan menurut kemampuan Labkes dan memiliki 4 spesialis dasar
            Sarana kesehatan yang terdiri dari Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Jiwa Rumah Sakit Khusus dan Puskesmas 100% memiliki Laboratorium Kesehatan. Dan untuk kepemilikan 4 spesialis dasar, dari 12  Rumah Sakit Umum hanya 2 diantaranya tidak memiliki ke 4 spesialis dasar tersebut.

e.         Posyandu menurut Strata
Posyandu merupakan kependekan dari  Pos Pelayanan Terpadu atau Posyandu. Kegiatan di Posyandu merupakan kegiatan nyata yang melibatkan partispasi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan yang telah mendapat pendidikan dan pelatihan dari puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar. Posyandu ini terbagi atas 4 strata ,yaitu Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri.
 Kota Padang pada tahun 2012 mempunyai Posyandu sebanyak 864 buah. Jika dilihat berdasarkan Starata, maka Posyandu Pratama ada 1 karena baru, Posyandu Madya 31,71 %, Posyandu Purnama 51,16 % dan Posyandu Mandiri 17,01 %. Sementara Starata Posyandu pada tahun 2011 adalah Posyandu yang ada berjumlah 855 buah. Strata Posyandu ini bervariasi, yaitu tingkat Pratama sudah tidak ada lagi, tingkat madya 266 buah (31,11%), tingkat Purnama 448 buah (52,40%) dan tingkat mandiri 141 buah (16,49%).  Dilihat dari angka diatas posisi Posyandu terbanyak berada pada tingkat Purnama.



f.          Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM).
Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilakukan dengan menerapkan berbagai pendekatan, termasuk di dalamnya dengan melibatkan potensi masyarakat. Hal ini sejalan dengan konsep pemberdayaan pengembangan masyarakat.
UKBM di antaranya terdiri dari Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeskel) di Desa Siaga dan Tanaman Obat Keluarga (Toga).
Upaya kesehatan bersumber masyarakat tersebar di 104 kelurahan di kota Padang.UKBM yang telah sejak lama dikembangkan dan mengakar dimasyarakat adalah posyandu. Dalam menjalankan fungsinya, posyandu diharapkan dapat melaksanakan 5 program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare. Jumlah Posyandu sampai tahun 2010 berjumlah 855 buah, pada tahun 2011 bertambah 3 Posyandu sehingga total Posyandu sebanyak 858 buah dan pada tahun 2012 Posyandu yang ada berjumlah 864 buah..
Poskeskel merupakan upaya kesehatan bersumberdaya  masyarakat yang dibentuk di kelurahan dalam rangka mendekatkan penyediaan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat kelurahan, dengan kata lain salah satu wujud upaya untuk mempermudah akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Kegiatan utama poskeskel yaitu pengamatan dan kewaspadaan dini (surveilans perilaku berisiko, lingkungan dan masalah kesehatan lainnya), penanganan kegawatdaruratan kesehatan dan kesiapsiagaan terhadap bencanaserta pelayanan kesehatan. Pelayanan yang diberikan poskeskel juga mencakup tempat pertolongan persalinan dan pelayanan KIA. Poskeskel merupakan salah satu indikator sebuah kelurahan disebut Kelurahan Siaga. Pada tahun 2010 Poskeskel berjumlah 19 buah dan bertambah 10 buah sampai tahun 2012, sehingga  Poskeskel di Kota Padang berjumlah 29 buah. Sementara untuk Kelurahan Siaga sudah 100%  (104) merupakan Kelurahan Siaga.

5.2.            Tenaga Kesehatan
a.         Jumlah dan rasio tenaga medis di sarana kesehatan
            Tenaga medis terdiri dari dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi.  Sarana kesehatan terdiri dari Puskesmas dan Rumah Sakit. Puskesmas di kota Padang berjumlah 22 buah. Di Puskesmas tidak ada dokter spesialis, untuk dokter umum berjumlah 58 orang dan dokter gigi 54 orang. Jumlah dokter dimasing masing Puskesmas tidak sama, tergantung jumlah penduduk, kunjungan dan jenis Puskesmas (rawatan/non rawatan). Secara umum masing masing Puskesmas mempunyai dokter lebih dari 3 orang dan dokter gigi 2 sampai 3orang.
            Rumah Sakit yang aktif di Kota Padang berjumlah 26 buah. Dari Data yang masuk Dokter spesialis  berjumlah 270 orang, dokter umum 140 orang dan dokter gigi 13 orang. Jumlah tenaga medis ini tdak bisa dibuatkan rasionya dengan sarana kesehatan karena banyak rumah sakit yang belum memberikan datanya.

b.        Jumlah dan rasio tenaga kesehatan di sarana kesehatan
Jumlah pegawai yang berkerja di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Padang adalah 1147 orang terdiri dari medis, perawat & bidan, farmasi, gizi, teknis medis, sanitasi dan kesehatan masyarakat tersebar di berbagai unit kerja, yaitu Puskesmas (termasuk Pustu &Polindes), Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan Kota.
            Di Puskesmas sekota Padang mempunyai 58 orang dokter umum,  54 dokter dokter gigi, 557 orang perawat & bidan, 55 orang Farmasi, 38 orang gizi, 80 orang tekhnisi medis, 36 orang sanitasi, dan 22 orang kesehatan masyarakat.
            Rumah Sakit mempunyai 437 orang medis, 1.243 orang perawat & bidan, 241 orang Farmasi, 25 orang gizi, 16 orang sanitasi dan 45 orang kesehatan masyarakat. Total tenaga kesehatan yang ada di Rumah Sakit  adalah 2007 orang.
   Dinas Kesehatan kota mempunyai 4 orang tenaga medis, 8 orang perawat & bidan, 4 orang farmasi, 3 orang gizi, 4 orang sanitasi, dan 34 orang kesehatan masyarakat. Total tenaga kesehatan yang ada di Dinas Kesehatan Kota adalah 62 orang.

c.         Jumlah dan rasio tenaga kefarmasian di sarana kesehatan
            Tenaga Farmasi terdiri dari Apoteker, S1 Farmasi, D-III Farmasi, dan Asisten Apoteker. Di seluruh Puskesmas tidak ada tenaga Apoteker dan S1 Farmasi, untuk    D-III Farmasi pada tahun 2012 berjumlah 12 orang dan Asisten Apoteker Kesehatan (AAK) 23 orang. Tenaga Farmasi ini lebih banyak dibandingkan dengan tahun 2010 (D-III Farmasi 6 orang dan Asisten Apoteker sebanyak 49 orang).            Tenaga Farmasi di Rumah Sakit tidak bisa dilakukan penjumlahannya karena banyaknya data Rumah Sakit  yang tidak masuk.

d.        Jumlah dan rasio tenaga gizi disarana kesehatan
Tenaga gizi terdiri dari D-IV/S1 Gizi, D-III Gizi dan D-1 Gizi. Tenaga Gizi di Puskesmas  yang pendidikannya D-1V/S1 Gizi sebanyak 4 orang, D–III Gizi sebanyak 27 orang dan D-1 Gizi sebanyak 3 orang. Total tenaga gizi yang ada di Puskesmas tahun 2012 ini berjumlah 34 orang.
   Tenaga Gizi di Rumah Sakit tidak bisa dilakukan penjumlahannya karena banyaknya data Rumah Sakit  yang tidak masuk.

e.         Jumlah dan rasio tenaga kesehatan masyarakat di sarana kesehatan
                                    Tenaga kesehatan masyarakat terdiri darisarjana kesehatan masyarakat dan D- III kesehatan masyarakat. Tenaga kesehatan masyarakat S1 di Puskesmas tahun 2010 berjumlah 37 orang dan D-III Sanitasi berjumlah 31 orang.  Pada  tahun 2012 berjumlah 49 orang dan D II Sanitasi 29 orang. Jika dilihat total tenaga Kesehatan masyarakat ini, ada penambahan sebanyak 10 orang.   

f.          Jumlah dan rasio tenaga tekhnis medis dan fisioterapis disarana kesehatan
   Tenagateknisi medis terdiri dari analis laboratorium, teknisi elekromedis& P.Rontgen, pranataanestesi dan fisioterapis. Di Puskesmas tenaga yang ada hanya analis laboratorium yang berjunlah 39 orang.

5.3.            Pembiayaan Kesehatan
a.         Persentase Anggaran Kesehatan dalam APBD Kota.
Pembiayaan Kesehatan Kota Padang bersumber dari APBD Kota Padang, APBD Propinsi, APBN dan Hibah luar negeri. Adapun Total Anggaran Kesehatan Kota Padang  pada tahun 2012 adalah Rp 71.194.987.378,48, dengan sumber APBD Kota Padang Rp.69.258.065.778,48, APBD Propinsi Rp 7.481.600, dan APBN Rp.1.969.535000. Sementara Total APBD Kota Padang Rp 1.493.387.005.827,50. Dari anggaran diatas dapat di lihat persentase Anggaran Kesehatan dari Total  APBD Kota Padang adalah 4,6 %. Angka ini masih rendah dari amanat Undang Undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa 10 % APBD Kabupaten/Kota di luar gaji untuk Kesehatan. Jika dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi pengurangan anggaran kesehatan sebesar 0,1 %.  Pembiayaan Kesehatan Kota Padang tahun 2011 bersumber dari APBD Kota sebesar Rp.52.079.768.878,95 , APBD Propinsi sebesar 3.118.479.400,00 , APBN   Rp. 550.025.000,00 dan Pinjaman /Hibah Luar Negeri (PHLN) Rp.15.360.000,00. Total Anggaran Kesehatan Kota Padang berjumlah Rp. 55.763.633.278,95 sementara total APBD Kota Padang adalah Rp 1.185.934.729.633,12. Dari angka diatas terlihat  persentase Anggaran Kesehatan terhadap APBD Kota Padang hanya 4,7 %. Untuk tahun Anggaran 2011, pembiayaan Kesehatan Kota Padang yang bersumber  APBD Kota Padang sebesar Rp. 15.712. 456.800,- , APBD Propinsi Rp2.250.000,- , BLN untuk Polio = Rp. 5.981.875,- .
















                                                                   BAB VI

KESIMPULAN


6.1. Situasi Derajat Kesehatan.

Secara umum pembangunan kesehatan telah menunjukkan suatu keberhasilan dengan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, walaupun masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan yang mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan.
Salah satu Indikator yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan adalah angka kematian. Banyak upaya telah dilakukan agar kasus kematian bayi, Balita, ibu dan kematian kasar bisa ditekan. Kasus kematian pada tahun 2012 sebanyak : Lahir mati = 39 bayi, kematian  bayi 0-12 bulan) = 71/16.844 kelahiran, Kematian Anak Balita (1-4 tahun) = 7 orang, kematian ibu maternal 15/16.805 kelahiran hidup. Secara keseluruhan jika dibandingkan dengan beberapa tahan terakhir terjadi penurunan angka kematian ini. Kematian ibu maternal ini penyebab utamanya adalah Eklampsia, perdarahan dan sepsis, untuk itu di harapkan promkes dan deteksi dini pada ibu hamil lebih di tingkatkan lagi sehingga jika ada ibu hamil resiko tinggi dapat dilakukan penanganan yang tepat. Berdasarkan laporan kematian dari Puskesmas penyebab kematian terbanyak tahun 2012 adalah penyakit Jantung
Angka kesakitan juga di gunakan sebagai indikator derajat kesehatan. Berdasarkan laporan dari Puskesmas, penyakit terbanyak adalah ISPA (43,57%), gastritis (11,25%) dan Penyakit kulit (10,78%).



Penyakit Menular
Situasi cakupan penyakit menular di kota Padang pada tahun 2012 adalah sebagai berikut :
a.         Polio dan AFP
Pada tahun ini di temukan 6 kasus AFP. Pada kasus AFP yang ditemukan ini dilakukan penanganan sesuai protap, yaitu pengambilan sampel & pemeriksaan spesimen, pengobatan serta kunjungan ulang selama 60 hari.
b.        TB - Paru
BTA (+) yang diobati di Puskesmas sebanyak 678 penderita dan sembuh sebanyak 82,75 %. Untuk kasus TB Paru kambuh  ditemukan sebanyak 8 orang
c.       Balita dengan Pnemonia
Kasus Pnemonia Balita ditemukan sebanyak 394 dan 100 % telah mendapat pengobatan di Puskesmas. Jika dibandingkan dengan beberapa tahun terakhir terjadi penurunan kasus yang cukup siknifikan
d.        HIV / AIDS
Trend penyakit menular ini cendrung meningkat setiap tahunnya. Tahun 2012 ini ditemukan 64 kasus, dimana penderita laki laki lebih banyak 51 orang daripada perempuan 33 orang.
e.         Diare
Kasus diare pada tahun 2012 ditemukan sebanyak 8.842 kasus. Untuk kelompok umur Balita terdapat 5.867 kasus.
f.              Kusta.
Pada tahun 2012  ditemukan kasus baru penderita penyakit kusta sebanyak 3 orang. Sementara tahun 2011 tidak ada ditemukan kasus baru.

g.        DBD
Kasus DBD tahun 2012 sebanyak 1.626 kasus, dengan kematia 10 orang CFR = 0,006 % meningkat dibanding tahun 2011 sebanyak 965. Untuk mengantisipasi penyebaran DBD ini dilakukan pemutusan rantai dengan 4 cara : Pemberantasan sarang nyamuk, pemeriksaan Jentik nyamuk berkala, Abatisasi dan Fogging Focus.
h.        Malaria.
Kasus malaria klinis ditemukan sebanyak 116 kasus dan dengan pemeriksaan sediaan darah 1 orang. Jumlah kasus ini turun signifikan dibanding tahun 2011.
i.          Filariasis
Penemuan kasus filariasis baru pada tahun ini ada 1 orang, sementara kasus lama sebanyak 33 orang hingga total kasus filarial pada tahun 2012 adalah 34 orang.
                       
            Status gizi
            Bayi yang lahir hdup pada tahun 2012 ini berjumlah 16.805 bayi. Bayi  lahir dengan berat badan lahir rendah sebanyak 94 bayi, laki laki = 39 bayi dan perempuan 55 bayi. Bayi BBLR ini di beri pelayanan kesehatan sesuai protap yang ada.
            Hasil Pemantauan Status Gizi di Puskesmas tahun 2012 adalah Gizi lebih = 3,97%, Gizi baik = 83,62 %, gizi kurang9,59% dan Gizi buruk 3,16 %. Balita gizi buruk sebanyak 10 orang dirawat di Puskemas Nanggalo. Balita gizi buruk dan kurang ini di beri makanan tambahan berupa : MP ASI, Susu, dan Bubur susu.



6.2. Situasi Upaya Kesehatan.

            Pelayanan Kesehatan Dasar

                        PWS KIA bertujuan untuk memantau secara berkesinambungan pelayanan kesehatan ibu hamil, dari mulai ANC sampai persalinannya serta kesehatan  anaknya.
            Pemantauan yang dilakukan adalah pemantauan K1, K4, Deteksi Resti oleh tenaga kesehatan/masyarakat, Kunjungan Neonatus, Persalinan oleh tenaga kesehatan, dan persalinan yang ditolong dukun.
Pencapaian K1, K4, Kunjungan Neonatus (KN), dan Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (PN) sudah mencapai target, dan mengalami trend peningkatan sejak tahun 2008.
Pasangan Usia Subur (PUS) tahun 2012 berjumlah 125.233 PUS. PUS yang merupakan peserta KB aktif sebanyak 82,2% PUS dan peserta KB baru sebanyak 26,1 % PUS. Peserta KB aktif dan peserta KB baru paling banyak menggunakan alat kontrasepsi berupa suntik.
Bayi yang lahir hidup pada tahun 2012 berjumlah 16.805 dan sebanyak 62,4 memperoleh ASI Ekslusif. Untuk cakupan imunisasi wajib bayi adalah BCG 79,98%, DPT1+HB1 = 75,1 % , DPT3+HB3 = 62,1 %, Polio 3 = 71,07 %  dan Campak 64,5 %. Dan seluruh kelurahan (104 Kel) di kota Padang yang sudah UCI (Universal Child Immunizatiori) 76%.
                      Cakupan bayi yang mendapat Vitamin A bayi 81,1 % dan Vitamin A Balita 80,561%. Balita yang berasal dari keluarga miskin mendapatkan MP-ASI sebanyak 4.183 orang.
                      Salah satu cara untuk melihat keberhasilan Posyandu adalah  dengan menggunakan SKDN. Berdasarkan indikator SKDN tersebut ada empat kriteria yaitu D/S = 62,59%, N/D 69,68%, BGM/D =1,06% dan Gizi kurang sebanyak 0,9%.
            Untuk Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat tahun 2012 ini 92,8 %. Siswa SD/ setingkat yang mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar 96,7 %, dimana siswa laki laki lebih banyak (97,6%) mendapat pelayanan kesehatan dibanding siswa perempuan95,9%.
                                    Pada tahun 2012 Usila di Kota Padang berjumlah 81.938 jiwa,  yang mendapat pelayanan kesehatan 42,62 %. Dilihat berdasarkan jender, maka usila perempuan lebih banyak  (61,88) mendapat pelayana kesehata dibanding usila laki laki (24,39%).
            Pada tahun 2012 ini jumlah pelayanan gigi berupa Tumpatan Gigi tetap sebanyak 685 dan pencabutan gigi tetap sebanyak 6310 dengan demikian rasio tambal/cabut adalah 1 : 10.          
             Pada tahun 2012 ini Kelurahan yang terkena KLB dan ditangani kurang dari 24 jam ada 3 kelurahan di beberapa  Puskesmas.. KLB yang terjadi, yaitu keracunan, dan campak.
            Penyuluhan Kesehatan dilakukan dengan dua cara ,yaitu penyuluhan kelompok dan penyuluhan massa. Pada tahun 2012 ini penyuluhan kelompok dilakukan sebanyak : 14.523 kali dan Penyuluhan Massa dilakukan sebanyak 784 kali.


6.3. Situasi Sumber Daya Kesehatan.
           
            Sarana Kesehatan
Kota Padang sampai tahun 2012 mempunyai sebanyak 22 buah. Puskesmas terbagi atas dua, yaitu Puskesmas Non rawatan 15 buah dan Puskesmas rawatan 7 buah. Untuk lebih mendekatkan lagi Puskesmas dengan masyarakat terdapat 62 buah Puskesmas Pembantu dan 29 buah Poskesdes.
Untuk ketersediaan Obat baik di Puskesmas maupun dijaringannya dipenuhi melalui pengadaan obat dengan dana bersumber dari APBD Kota Padang dan Dana DAK. Obat yang tersedia di Puskesmas dan jaringannnya adalah obat obatan untuk pelayanan kesehatan dasar. Secara umum kebutuhan obat di Puskesmas sudah terpenuhi, hanya beberapa jenis yang tingkat ketersediaanya dibawah 100 %.
           
Tenaga Kesehatan
            Tenaga Kesehatan yang ada di lingkungan Pemko Kota Padang berjumlah 1.147 terdiri dari Medis  = 116 orang, Sarjana medis dan Non Medis = 161 orang, Sarjana Muda Kesehatan dan non Kesehatan = 339 orang, SLTA = 296 orang, SLTP = 4 orang dan pagawai kontrak 163 orang. Tenaga kesehatan ini  tersebar di berbagai unit kerja, yaitu Puskesmas termasuk Pustu & Polindes  dan Dinas Kesehatan Kota.
   Berdasarkan kebutuhan tenaga medis untuk pelayanan kesehatan ini perlu penambahan untuk tenaga medis, perawat dan bidan masih dibutuhkan terutama pada Puskemas rawatan.
           
            Pembiayaan Kesehatan
            Pembiayaan Kesehatan termasuk gaji Kota Padang tahun 2012 bersumber dari APBD Kota Padang, APBD Propinsi, APBN berupa Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), dan Bantuan Luar Negeri(BLN). Anggaran untuk kesehatan tahun 2012 adalah  4,6 %, dari total APBD Kota Padang, masih jauh dari amanat UU No. 36 tahun 2009 yang menyatakan bahwa Anggaran untuk kesehatan 10 % dari total APBD.




Terima Kasih Anda Telah Membaca Tulisan Ini
Judul: Profil Kesehatan Kota Padang 2012
Ditulis Oleh OMG SHOP
Silahkan tinggalkan komentar dan sarannya demi kemajuan blog ini kedepan...., Terima kasih

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Scary Pumpkin 3