MELIHAT SISILAIN DARI PENGUNGSIAN
Sebagai negara yang besar dan terletak pada geografi
berisiko, maka Indonesia sering mengalami kejadian alam gempa bumi, gunung
meletus, banjir dan bencana lain yang dapat menimbulkan gelombang pengungsi.
Beberapa tahun terakhir ini,
Indonesia juga didera
dengan berbagai konflik
soial berkepanjangan dengan menimbulkan gelombang pengungsi yang besar
dan dalam periode waktu pengungsian yang lama.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yg
disebabkan oleh alam atau manusia yg mengakibatkan timbulnya korban &
penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan
sarana prasarana umum, gangguan terhadap tata kehidupan & penghidupan
masyarakat serta pembangunan nasional, sehingga untuk pemulihannya memerlukan
bantuan dari luar.
Bencana terbagi dalam:
- Natural disaster : misalnya gempa bumi, gempa vulkanik, Gelombang Tsunami, gunung meletus
- Man made disaster : misalnya banjir, kebakaran hutan, kerusuhan sosial, pencemaran lingkungan, dll.
Pengungsian adalah peristiwa berpindahnya penduduk
dari suatu tempat ketempat lainnya untuk mengamankan dan menyelamatkan diri
akibat terjadinya suatu peristiwa mendadak seperti bencana dan konflik sosial
maupun sebab lain yang terjadi di
suatu tempat. Terjadinya
pengungsian memerlukan upaya penanggulangan sehingga tidak berdampak
timbulnya kondisi emergensi dengan kematian yang besar.Berdasarkan pengalaman
selama ini, kejadian pengungsian sekelompok orang dalam jumlah yang cukup besar
akan terjadi risiko terhadap status kesehatan masyarakat pengungsi, baik pada
saat melakukan pengungsian,maupun pada saat berada di tempat penampungan
pengungsi. Risiko perubahan status kesehatan akan terjadi sangat cepat, tidak
terduga dan lebih dari itu,adanya penyakit sekunder, terutama penyakit menular
potensi KLB, dapat berisiko jatuhnya korban yang besar.Untuk mempersiapkan
kondisi rawan dengan sikap antisipatif terhadap program pencegahan penyakit,
maka peran surveilans epidemiologi sebagai“evidance base” untuk menetapkan
priotitas program perlu dibangun.
Surveilans penyakir dan faktor resiko pada umumnya
merupakan upaya untuk menyediakan informasi kebutuhan pelayanan kesejatan
dilokasi bencana dan pengungsian sebagai bahan tindakan kesehatan segera.
Informasi dan data yang dikumpulkan berupa jumlah korban meninggal, luka/sakit,
jenis luka, pengobatan yg diperlukan, kebutuhan yg belum dipenuhi, jumlah
korban anak2, dewasa, lansia, dll. Surveilans sangat penting untuk monitoring
dan evaluasi dari sebuah proses, sehingga dapat digunakan untuk menyusun
kebijakan dan rencana program .
Ada 10 tugas utama yang harus di jalankan setelah
keadan darurat terjadi
- Inisial Assessesment,
- Imunisasi Campak,
- Air dan Sanitasi,
- Makanan dan Gizi,
- Tempat Tinggal,
- Pelayanan Kesehatan Darurat,
- Pengendalian Penyakit dan KLB,
- Surveilans Kesehatan Masyarakat,
- SDM
- Koordinasi
Tujuan surveilans:
- Mengurangi jumlah kesakitan, resiko kecacatan dan kematian saat terjadi bencana
- Mencegah atau mengurangi resiko munculnya penyakit menular dan penyebarannya
- Mencegah atau mengurangi resiko dan mengatasi dampak kesehatan lingkungan akibat bencana (misalnya perbaikan sanitasi)
Surveilans berperan dalam:
Saat bencana
à Rapid
Health Assessment (RHA), melihat dampak-dampak apa saja yang ditimbulkan dari
bencana, seperti berapa jumlah korban, barang-barang apa saja yang dibutuhkan,
peralatan apa yang harus disediakan, berapa banyak pengungsi lansia, anak-anak,
seberapa parah tingkat kerusakan, kondisi sanitasi lingkungan dll.
Setelah
bencana à data-data
yang diperoleh dari kejadian bencana harus dapat dianalisis dan dibuat
kesimpulan berupa rencana kerja atau kebijakan, misalnya apa saja yang harus
dilakukan masyarakat untuk kembali dari
pengungsian, rekonstruksi dan rehabilitasi seperti apa yang harus diberikan.
Menentukan
arah respon/ penanggulangan dan menilai keberhasilan respon/ evaluasi
Manajemen
penanggulangan bencana meliputi Fase I à tanggap darurat,
Fase II à fase akut,
dan Fase IIIà recovery
(rehabilitasi dan rekonstruksi). Prinsip dasar penanggulangan bencana adalah
pada tahap PREPAREDNESS atau Kesiapsiagaan sebelum terjadi bencana.
Upaya penanggulangan bencana meliputi
1. Pra-bencana
- Kelembagaan/
koordinasi yg solid
- SDM/ petugas
kesehatan yg terampil secara medik dan sosial (dapat bekerjasama dengan
siapapun)
- Ketersediaan
logistic (bahan, alat, dan obat)
- Ketersediaan
informasi ttg bencana (daerah rawa, beresiko terkena dampak)
- Jaringan
kerja lintas program/ sektor
2. Ketika bencana
à RHA
dilakukan hari H hingga H+3
3. pascabencana:
berdasarkan dari RHA untuk menentukan langkah selanjutnya
- Pengendalian
penyakit menular (ISPA,
diare,DBD,chikungunya, tifoid,dll)
- Pelayanan
kesehatan dasar
- Surveilans
penyakit
- Memperbaiki
kesehatan lingkungan (air bersih, MCK, pengelolaan sampah, sanitasi makanan,
dll)
Membangun
sistem surveilans pada situasi bencana dapat dilakukan dengan:
§ Sistem harus
sederhana
§ Mencakup
yang sangat prioritas
§ Dilakukan
secara aktif & intensif
§ Melibatkan
semua pihak
§ Mengutamakan
unsur kecepatan
§ Didukung
kecepatan respon
Surveilas epidemiologi yang dikembangkan pada
pengungsi pada periode emergensi merupakan Sistem Kewaspadaan Dini KLB penyakit
dan keracunan. Sistem yang akan dikembangkan harus selalu didahului dengan
kajian awal. Kajian awal harus dapat mengidentifikasi prioritas-prioritas penyakit penyebab
kesakitan dan kematian, faktor-faktor yang berpengaruh, serta
program intervensi yang mungkin
dapat dilakukan, terutama penyakit potensial KLB. Prioritas-prioritas
penyakit tersebut nantinya menjadi prioritas upaya perbaikan-perbaikan
kondisi rentan pada
kelompok pengungsi, agar kejadian luar biasa penyakit dan
keracunan dapat ditekan frekuensi
atau beratnya kejadian, atau
bahkan dapat dihindari sama sekali. Prioritas-priotas penyakit penyebab
kesakitan kematian pada pengungsi tersebut
juga menjadi dasar
perumusan terhadap kemungkinan penyelenggaraan surveilans
kesehatan masyarakat dalam
bentuk sistem kewaspdaan dini
KLB dan keracunan.
Model surveilans yang
akan dikembangkan juga perlu menjadi salah satu sasaran kajian awal.
Prioritas-prioritas penyakit penyebab
kesakitan dan kematian
pada pengungsi tersebut, juga menjadi dasar dari prioritas kesiapsiagaan
menghadapi kemungkinan terjadinya kejadian
rawan atau KLB
penyakit menular dan keracunan. Kesiapsiagaan
diarahkan pada kesiapsiagaan
tenaga dan tim penanggulangan gerak cepat, sistem konsultasi ahli, komunikasi, informasi
dan transportasi, serta kesiapsiagaan penanggulangan KLB, baik dalam teknisk
penanggulangan, tim maupun logistic.
Strategi pengembangan surveilans epidemiologi
pengungsi :
- Memprioritaskan pada penyakit-penyakit penyebab kematian dan potensial KLB
- Berorientasi pada tindakan yang cepat, tepat dengan lebih berorientasi pada promosi, pencegahan dandeteksi dini di lapangan
- Memperkuat tim surveilans epidemiologi dengan dengan tenaga professional
- Memperkuat jaringan kerja sama surveilans epidemiologi di lapangan, rujukan dan konsultasi
- Memperkuat sarana manajemen data dengan komputerisasi dan komunikasi elektromedia
- Memperkuat dukungan politis dan pendanaan yang memadai dan terusmenerus untuk penyelenggaraan surveilans yang berkualitas tinggi
Jadi
Surveilans bencana sangat penting, secara garis besar dapat disimpulkan
manfaatnya adalah:
- - Mencari factor resiko di tempat pengungsian: air, sanitasi, kepadatan, kualitas tempat penampungan
- - Mengidentifikasi penyebab utama kesakitan dan kematian sehingga dapat diupayakan pencegahan
- - Mengidentifikasi pengungsi kelompok rentan : anak-anak, lansia, wanita hamil, sehingga lebih memperhatikan kesehatannya.
- - Pendataan pengungsi : jumlah, wilayah, kepadatan, golongan umur, menurut jenis kelamin, dll.
- - Surveilans kematian individu
- - Mengidentifikasi kebutuhan : gizi dan pangan,
- - Survei epidemiologii
Penyakit menular di Pengungsian
Vectors bisa diartikan sebagai arthopoda atau binatang
yang mampu membawa pathogen dari binatang, manusia reservoir, menuju individu
yang lain. Pathogen ini ditransmisikan bila secara mekanik atau secara
transformasi biologis. Penyakit utama yang ditransmisikan oleh vector:
- Anopheles à malaria, filariasis
- Culex à japans encephalitis, filariasis
- Aedes à Yellow fever, dengue fever, filariasis
- Lice à Infeksi kulit
- Fleas à plague
- Rodents à leptospirosis, salmonellosis, rat bite fever.
Kenapa sih bisa tbanyak vector penyakit di
pengungsian?
- 1. Status imu dan penyakit
- 2. Paparan terhadap vector yang bertambah
- 3. Bertambahnya tempa berkembang biak
- 4. Kebersihan tempat pengungsian
- 5. Interruption of vector control measures
- 6. Akses pengobatan dasar terbatas
Manajemen
kesehatan masyarakat dimanfaatkan
untuk menekan kemungkinan
terjadinya penularan dan penyebarluasan penyakit ke orang lain, sehingga angka
kesakitan (insidance rate) dan angka kematian (mortality rate) dapat
diturunkan. Manajemen kesehatan masyarakat lebih menekankan padaupaya
pencegahan penularan dengan cara memutus mata rantai penularan. Cara pertama
adalah dengan melakukan manajemen kasus, baik pengobatan maupun profilaksis.
Cara ini dapat secepatnya membersihkan tubuh penderita dari agen penyakit,
sehingga penderita atau karier tidak lagi menjadi sumber penularan. Cara kedua,
memutus kemungkinan penularan agen penyakit dari penderita ke orang sehat
dengan cara isolasi. Misalnya penderita istirahat dirumah dan tidak usah tidak
masuk sekolah atau kerja selama sakit, terutama penderita yang penularannya ke
orang lain melalui penularan langsung udara, misalnya campak, influenza,
difteri dan sebagainya. Penyakit dengan penularan melalaui nyamuk, seperti
demam dengue, malaria sebaiknya juga beristirahat dirumah selama periode
penularan. Cara ketiga, meningkatkan daya tahan setia porang dengan cara
perbaikan status gizi, sehingga tubuh mampu menahan serangan agen penyakit,
atau memproduksi antibodi dengan cepat. Upaya peningkatan daya tahan tubuh
dapat dilakukan dengan meningkatkan imunitas secara aktif melalui pemberian
imunisasi, misalnya imunisasi campak, difteri,batuk rejan dan sebagainya. Cara
keempat, dengan melakukan perbaikan kondisi lingkungan agar tidak rentan
menjadi sumber penularan penyakit. Carayang
ditempuh adalah dengan
manajemen vektor, seperti
pemberantasan sarang nyamuk pada
demam dengue dan
malaria, manajemen sanitasilingkungan dan makanan dalam
pemberantasan penyakit-penyakit perut, diare,tifus perut dan sebagainya. Cara
lain adalah dengan manajemen perilaku sehat.
Sumber :
- 1. Slide kuliah “SURVEILANS BENCANA” Dr.Bondan (KaDinKes Yogyakarta)
- 2. Slide kuliah “vector control in disaster area” dr. Tri baskoros, M.Sc,PhD.
- 3. “Manajemen Pengungsi Surveilans Epidemiologi Subdirektorat Surveilans Epidemiologi, Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi dan Kesehatan Matra,Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan PenyehatanLingkungan,Departemen KesehatanJakarta, 2003
Judul: surveilan bencana (melihat sisi lain dari pengungsian)
Ditulis Oleh OMG SHOP
Silahkan tinggalkan komentar dan sarannya demi kemajuan blog ini kedepan...., Terima kasih
Tidak ada komentar :
Posting Komentar