BAB
II
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bencana
merupakan kejadian yang tiba-tiba atau musibah yang besar yang menganggu
susunan dasar dan fungsi normal dari suatu masyarakat (atau komunitas). Satu
kejadian atau serangkaian kejadian yang menimbulkan korban dan atau kerusakan
atau kerugian harta benda, infrastruktur, pelayanan-pelayanan yang penting atau
sarana kehidupan pada satu skala yang brada diluar kapasitas normal dari
komunitas-komunitas yang terlanda untuk mengatasinya.
Bencana kadang kala juga dapat
menggambarkan situasi bencana besar dimana pola-pola normal khidupan (atau
ekosistim) teah terganggu dan intervensi-intervensi darurat dan luar biasa
diperlukan untuk menyelamatkan dan mengamankan kehidupan manusia dan atau
lingkungan. Bencana-bencana sering dikategorikan sesuai dengan
penyebab-penyebab yang dirasakan dan kecepatan dampak.
Bencana alam merupakan peristiwa
luar biasa yang dapat menimbulkan penderitaan luar biasa pula bagi yang
mengalaminya. Bencana alam juga tidak hanya menimbulkan luka atau cedera fisik,
tetapi juga menimbulkan dampak psikologis atau kejiwaan. Hilangnya harta benda
dan nyawa dari orang-orang yang dicintainya, membuat sebagian korban bencana
alam mengalami stress atau gangguan kejiwaan. Hal tersebut sangat berbahaya terutama
bagi anak-anak yang dapat terganggu perkembangan jiwanya.
Mengingat dampak yang luar biasa
terebut, maka penanggulangan bencana alam harus dilakukan dengan menggunakan
prinsip dan cara yang tepat. Selain itu, penanggulangan bencana alam juga harus
menyeluruh tidak hanya pada saat terjadi bencana tetapi pencegahan sebelum
terjadi bencana dan rehabilitas serta rekonstruksi setelah terjadi bencana.
1.2 Rumusan Masalah
Makalah ini membahas prinsip
dan metode dasar epidemilogi dalam bencana.
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk memenuhi tugas
mata kuliah epidemiologi bencana dan dampak, dan agar dapat mengidentifikasi
prinsip dan metode dasar epidemilogi dalam bencana
1.4 Manfaat
Penulisan
Dapat mengetahui
prinsip dan metode dasar epidemilogi dalam bencana, sehingga dapat memberikan
penanganan yang tepat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bencana, Klasifikasi Bencana dan Peranan Ahli
Epidemiologi dalam Bencana
2.1.1. Pengertian :
Bencana suatu malapetaka yang luar biasa, baik yang
disebabkan gejala alam maupun hasil perbuatan manusia, dapat merusak tempat
tinggal, mengacaukan kehidupan bermasyarakat serta menyebabkan kesakitan dan
kematian yang signifikan, dimana melampaui kemampuan kapasitas normal dari
populasi yang terkena. Merujuk pada dampak yang besar terhadap kesehatan
manusia, Majelis Umum PBB telah mendeklarasikan dekade 90 – an sebagai dekade
internasional untuk pengurangan bencana alam dan telah mengajak peran dunia
secara global untuk bersama-sama mengurangi efek dari peristiwa-peristiwa buruk
ini.
2.1.2. Klasifikasi bencana
Menurut Penyebab :
a. Alam : co.
gempa bumi dan erupsi vulkanik, keadaan cuaca yang berat kekeringan (banjir dan
angin taufan)
b. Perbuatan manusia : co. kecelakaan kimia atau perang.
Menurut Perkiraan :
a. Dapat diprediksi
sebelumnya : banjir, angin taufan,
b. Tidak dapat
diprediksi : gempa bumi.
Menurut Waktu Berlangsungnya :
a. Singkat saja : angin tornado, gempa bumi
b. Jangka waktu
lama : kekeringan, kecelakaan radiasi.
Menurut Frekuensi :
a. Sering : angin tornado dan taufan,
b. Jarang :
mencairnya reaktor-reaktor nuklir.
Menurut Dampak :
a. Terhadap jutaan
orang : kelaparan, gempa bumi
b. Relatif kecil orang : runtuhnya jembatan.
2.1.3. Peran ahli epidemiologi pasca bencana :
Keseluruhan ciri-ciri bencana ini adalah hal-hal yang
dirasakan sangat merugikan bagi mereka yang mengalaminya dan mempengaruhi
kemampuan suatu masyarakat dalam meresponnya. Para ahli epidemiologi dapat
menyediakan tepat pada waktunya, penaksiran tentang problem-problem kesehatan
berkaitan dengan suatu bencana sebagai usaha untuk membantu pemberian tindakan
penggolongan yang efektif dan tepat, serta untuk mencegah
konsekuensi-konsekuensi yang sama pada bencana yang mungkin terjadi di masa
depan.
2.2. Sasaran
Surveilans Epidemiologi Pasca Bencana
2.2.1. Ruang Lingkup :
1. Penilaian segera distribusi dan faktor penentu peristiwa-peristiwa
kematian, sakit, dan cedera terkait bencana.
2. Menentukan masalah paling dini dan menyesuaikan dengan tindakan terencana
dan tepat.
3. Memberikan informasi yang dapat dipercaya tentang konsekuensi kesehatan
akibat bencana.
4. Melakukan
survei dan penyelidikan
5. Memberi saran terhadap problem kesehatan yang mungkin meningkat.
6. Membuat prioritas tindakan yang akan dilakukan
2.2.2. Tujuan :
Tujuan utama dari surveilans epidemiologi adalah untuk
mencegah dan mengurangi efek yang merugikan dari bencana itu sendiri seiring
dengan usaha untuk mengoptimalkan proses pembuatan keputusan yang berkaitan
dengan manajemen pertolongan. Tujuan
epidemiologi ini secara mudah didefinisikan dalam lingkungan pengawasan
meliputi : pengumpulan data, analisis terhadap data, dan respon terhadap data.
2.2.3. Teknik epidemiologi :
Belakangan ini tehnik-tehnik
epidemiologi telah secara efektif diperkenalkan sebagai komponen dasar pada
banyak operasi-operasi pertolongan bencana, yaitu :
a.
Mendefenisikan secara cepat problem-problem awal kesehatan dan
perkembangannya
b. Mengidentifikasi kelompok-kelompok dalam populasi
yang cenderung terkena risiko yang merugikan
c. Mengoptimalkan
usaha pertolongan
d. Mengawasi keefektifan usaha pertolongan dan
memberikan anjuran tentang pengurangan konsekuensi-konsekuensi buruk terhadap
bencana yang akan datang.
2.3. Pertimbangan – pertimbangan khusus terhadap
epidemiologi bencana
Prinsip dasar dari pengawasan
epidemiologi terhadap suatu bencana adalah tidak berbeda dengan pengawasan yang
diaplikasi pada bidang-bidang yang lain. Lingkaran
pengawasan yang terus menerus berubah :
a. Penilaian sepintas lalu terhadap problem dengan menggunakan tehnik pengumpulan data yang belum sempurna
b. Penilaian jangka pendek meliputi pembuatan data yang sederhana namun terpercaya sumbernya
c. Melakukan pengawasan terus-menerus untuk
mengidentifikasi masalah yang berkelanjutan dan memonitor respon dari
intervensi yang dipilih.
d. Membandingkan antara korban dengan yang selamat dan
mempelajari apa yang bisa dilakukan dalam mencegah korban manusia pada bencana
berikutnya.
Sukses
dari investigasi epidemik bencana dapat dilihat
dari bagaimana pengumpulan dan penganalisaan data dapat mengidentifikasi
strategi-strategi pencegahan, dan bagaimana strategi- strategi ini dapat secara
efektif diterapkan oleh pembuat keputusan dalam memberi pertolongan langsung
dan menurunkan kesakitan yang terus-menerus terjadi. Usaha-usaha ini
membutuhkan koordinasi yang aktif diantara ahli-ahli epidemiologi yang
mengumpulkan data dan mengidentifikasi strategi-strategi terhadap masalah
dengan para pembuat keputusan yang mengerti data dan strategi tersebut dan
menerapkan dalam kebijakan yang diminta.
Bidang
metode pengawasan bervariasi tergantung bencana
dan ketersediaan waktu serta personil :
a.
Bidang awal penyelidikan mencegah kecelakaan yang berakibat kematian.
b.
Survei ketersediaan perawatan medis, penilaian akan kebutuhan intervensi
yang
spesifik dan kontrol epidemik
c. Memonitor dampak dari pertolongan yang dilakukan dan menentukan apakah
usaha yang dilakukan memberi dampak terhadap populasi atau apakah suatu strategi
baru dibutuhkan atau tidak.
d. Pengawasan bersifat interaktif yakni sebuah proses bersiklus dimana hasil
kesehatan sederhana secara konstant dimonitor
dan intervensi secara berkelanjutan
diperkirakan kemampuannya.
Tujuan dan tindakan pertolongan
haruslah dapat menolong populasi untuk memulihkan diri secara cepat, seperti
sediakala sebelum bencana terjadi sementara bantuan berupa uang diperlukan
sebagai jaminan terhadap efek jangka panjang. Pada fase awal pertolongan
kebutuhan dasar seperti : air, makanan, pakaian, tempat tinggal dan perawatan
medis mesti tersedia. Penilaian epidemiologi, prioritasi kebutuhan dan
perencanaan yang tepat dapat memberikan efek keuntungan utama bagi masyarakat
dalam usaha untuk kembali kekeadaan normal baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.
Sebuah obsevasi ulang terhadap
beberapa bencana baru-baru ini menunjukkan bahwa konsekuensi bencana terhadap
kesehatan, paling berat menimpa masyarakat yang tinggal dinegara-negara
berkembang. Contoh, gempa bumi dengan kekuatan 6-7 skala richter, menimbulkan
korban jiwa yang besar di Peru (1970), Nicaragua (1972), Guatemala (1976),
Tangshan China (1976) dan Armenia (1978). Bencana dengan kekuatan yang sama
menimpa California, menyebabkan masalah-masalah kesehatan yang minim, selain
kerugian properti. Negara-negara industri terlindungi dari bencana sebab
kemampuan mereka dalam memperkirakan adanya badai, membuat kode keamanan
penanda gempa, bangunan-bangunan yang anti kebakaran, memanfaatkan jaringan
komunikasi dalam menyebarluaskan peringatan akan bencana, menyediakan pelayanan
medis, dan menyusun rencana persiapan penduduk dan institusi umum bila terjadi
bencana.
2.4. Beberapa masalah epidemiologi dalam surveilans
bencana
2.4.1
Pertolongan terhadap kelaparan
Pada tahun 1957, Sayler dan Gordon dalam salah satu
reviuw paling awal tentang peran dan penilaian epidemiologi setelah bencana
alam, membandingkan bencana dengan epidemi dan menyarakan bahwa bencana dapat
dijelaskan dalam kerangka epidemiologi yang berkaitan dengan waktu, tempat dan
orang. Konsep ini telah diaplikasikan
sejak tahun 1960 untuk membantu operasi internasional secara besar-besaran
dalam mengatasi bencana kelaparan akibat perang saudara di Negeria. Para ahli
epidemiologi telah mengembangkan survei baru dan metode untuk secara cepat
menilai status nutrisi penduduk yang mengungsi, dan usaha pertolongannya
sebagai prioritas utama. Selanjutnya memonitor status nutrisi populasi sbg
respon atas kualitas dan tipe makanan yang dibagikan. Perkiraaan epidemiologi
secara cepat membuktikan ketidak tersediaan secara optimal dari distribusi
makanan sementara kondisi kesehatan terus-menerus berubah. Sejak itulah,
pengawasan nutrisi dan distribusi makanan menjadi bagian dari usaha pertolongan
penanggulangan kelaparan, terhadap penduduk yang mengungsi.
2.4.2 Kontrol Epidemik, Kantor Pengaduan
Para epidemiologis selanjutnya mesti terlibat dalam
aspek lain kondisi pasca bencana, yaitu : Antisipasi berkembangnya desas-desus
tentang penyebaran / mewabahnya penyakit kolera ataupun typus. Untuk itulah
sebuah kantor pengaduan dapat memberikan fungsi yang amat penting dalam
memonitor berkembangnya issu-issu yakni dengan menyelidiki yang benar-benar
bermanfaat serta kemudian menginformasikan kepada khalayak umum akan bahaya
yang mungkin terjadi. Konsep ini amat bermanfaat tidak
hanya untuk penduduk terkena musibah dinegara-negara berkembang tetapi juga
terhadap lingkungan kota, negara-negara industri.
2.4.3 Surveilans Pencegahan Kematian, Sakit dan Cedera
Masalah kesehatan yang berkaitan
dengan bencana besar biasanya lebih luas, tidak hanya ketakutan terhadap
penyakit-penyakit wabah yang mungkin terjadi, namun sering diukur berapa jumlah
orang yang meninggal, terluka parah atau berapa banyak yang jatuh sakit.
Para ahli epidemiologi mesti
mengidentifikasi konsekuensi terhadap kesehatan yang paling berat dan bencana
yang masih bisa dicegah dengan suatu tindakan aktif, intervensi yang terarah
baik, dan penyusunan kerangka prioritas untuk kemudian melaporkannya pada
pengambil keputusan. Proritas-prioritas mungkin berbeda pada masing-masing
bencana, para epidemiologis dengan cepat namun tepat membuat suatu perencanaan.
Contoh, kebanyakan kematian akibat gempa bumi terjadi sebagai dampak langsung,
maka kebanyakan tindakan pencegahan terhadap kematian lebih lanjut adalah
berupa perawatan segera mereka yang terluka ataupun segera membebaskan mereka
yang terperangkap pada bangunan yang runtuh. Pada saat yang bersamaan,
perhatian yang sama harus pula diberikan pada dampak gempa bumi tersebut
terhadap kerusakan penampungan makanan dan suplai air, jaringan transportasi
dan telekomunikasi serta masalah lain yang berkaitan dengan akses pada layanan
kesehatan bagi mereka yang selamat hingga terhindarkan dari kondisi yang buruk.
Contoh tahun 1979 ketika sekitar
kurang lebih ± 30.000 rakyat Kamboja tiba sebagai pengungsi di Thailand.
Menyelamatkan diri mereka dari perang, tiba di Thailand dengan kondisi
kelelahan, kekurangan makanan, cedera dan bahkan terkena infeksi malaria berat.
Kematian mereka kemudian diketahui dunia ketiga, dilaporkan setiap hari ada
kematian. Akhirnya usaha pertolongan internasional secara besar dilakukan,
namun tidak ada informasi tersedia sebelumnya yang digunakan dalam menentukan
target operasi. Tujuan pengawasan sesegera mungkin adalah untuk
mengidentifikasi pencegahan dini terhadap kematian dan untuk memutuskannya
sebagai prioritas utama untuk pertolongan. Tujuan kedua pengawasan adalah untuk
memonitor kematian dan kesakitan untuk menyakinkan apakah usaha pertolongan
yang dilakukan cukup efektif.
Dalam keadaan data epidemiologi,
banyak media menggambarkan bahwa para pengungsi sudah hidup di kompleks
kematian, dan diperparah lagi kondisi ini dengan usaha-usaha pertolongan yang
gagal karena tidak mampu mencegah kematian secepatnya. Pengawasan epidemiologi
secara cepat menyiapkan data-data mengenai angka kematian, mengidentifikasi
malaria sebagai penyebab utama kematian, dan perumahsakitan orang, dan kemudian
membuat strategi-strategi yang spesifik untuk perawatan malaria, celebral yang
agresif, sebagai penyebab utama kematian. Penurunan secara cepat kematian
selama minggu pertama dari usaha pertolongan, berkaitan secara langsung dengan
penargetan dengan masalah utama yang tepat. Pengumpulan data-data yang
sederhana pada angka harian dan dengan penyebab utama kematian dan pengakuan
dari rumah sakit, penggunaan bidang survei dasar yang ditargetkan terhadap
permintaan pertolongan spesifik, dan persiapan dari pengawasan mingguan yang
singkat.
Membuat usaha pertolongan menjadi
bersifat responsif (tanggap) terhadap kebutuhan kesehatan yang mendesak
dikompleks serta menyediakan informasi yang dapat dipercaya baik untuk
organisasi donor maupun untuk pers. Kemudian penggunaan tim epidemiologi untuk
mengumpulkan data, mengidentifikasi prioritas, dan monitoring keefektifan usaha
yang dilakukan telah menjadi bagian terintegrasi dari banyak usaha pertolongan
dan bantuan internasional.
2.4.2
Surveilans Kebutuhan Perawatan Kesehatan.
Pada bencana yang terkait dengan
jumlah korban yang cukup banyak dengan cedera yang berat (contoh : ledakan,
tornado) ataupun penyakit yang parah (kecelakaan nuklir, epidemi), maka
kemampuan untuk mencegah kematian dan menurunkan kesakitan yang berat akan
sangat tergantung pada perawatan medis yang tepat dan adekuat (memadai) atau
tergantung pada pengiriman korban pada pusat-pusat layanan yang menyediakan
perawatan medis yang tepat. Survei yang cepat dengan jumlah korban yang falid
membutuhkan perhatian khusus berdasarkan perjalanan kondisi penyakit atau
cederanya akan memberikan dampak langsung terhadap respon sehingga dapat
ditingkatkan lebih baik, sekali lagi mengidentifikasi kebutuhan dan memonitor
efek dari intervensi adalah merupakan fungsi epidemiologi yang sangat penting.
2.4.3 Penelitian
untuk menghindari tindakan tidak perlu
Setelah bencana banyak lembaga
dan donor yang menawarkan bantuan peralatan dan tenaga untuk usaha-usaha
pertolongan yang tidak selalu sesuai dengan kebutuhan. Sebagai contoh :
pengiriman obat-obatan yang tidak penting, kadarluarsa ataupun yang tidak
berlabel pada daerah-daerah terkena bencana, seringkali justru mengganggu usaha
pertolongan sebab menyebabkan beberapa personil terpaksa harus mengidentifikasi
bantuan yang relevan dari sekumpulan material yang tidak diperlukan. Vaksin
untuk kolera dan demam typus tidak pernah dipakai sesudah bencana, namun selalu
saja ditawarkan, hal ini menurut para politisi dan personil lokal berada dalam
posisi yang kurang nyaman, namun tepat untuk berkata “tidak“.
Bencana juga sering mempercepat
desakan yang bersifat altruistik (bersifat tidak mementingkan orang lain)
diantar para profesional kesehatan, sebagai contoh : tidak kurang dari 30.000
dokter dan perawat dari Amerika Serikat, Eropa, Amerika Latin dan Asia bekerja
secara sukarela terhadap para pengungsi kamboja pada tahun 1979 – 1980.
Kebutuhan dibatasi jumlahnya, hanya orang dengan pengalaman dan keterampilan
khusus yang diminta dan usaha seleksi terhadap personil yang tepat sering kali
amat sulit, bergantung pada tekanan yang dibebani oleh para pembuat keputusan.
Para epidemiologis sering dapat melakukan survei untuk menaksir apakah
intervensi yang dilakukan donor secara sukarela dan dengan maksud politik
tertentu adalah sesuai dengan kebutuhan.
2.2.4
Analisis Epidemiologi, Konsekuensi Pencegahan
Kesehatan pada Bencana Yang Akan Datang
Pada beberapa bencana seperti ;
gempa bumi, tornado ataupun angin ribut jumlah kematian atau terluka parah
terutama terjadi akibat kejadian bencana itu sendiri. Pada masing-masing
pencegahan ini strategi-strategi pencegahan sering direkomendasikan, padahal
belum melalui suatu penelitian epidemiologi yang mendalam. Sekarang ini, para
ahli epidemiologi telah memfokuskan pada penilaian strategi apa yang terbaik
untuk mencegah kesakitan terkait bencana ini. Suatu pertanyaan timbul menurut
suatu model kasus-kontrol, mengapa beberapa orang meninggal (kasus) sementara
tetangga, anggota keluarga ataupun lainnya selamat (kontrol), faktor-faktor
risiko dari kemampuan untuk bertahan (selamat) tergantung pada pengetahuan dan
perhatian pada peringatan bencana seperti : peringatan terjadi tornado.
Pengambil tindakan yang bersifat menghindari dan ketersediaan perawatan medis,
hingga pada masalah-masalah struktural seperti bahan bangunan yang dipakai
diarea sering terjadi bencana tersebut.
Analisis-analisis seperti ini
setelah terjadinya gempa bumi dan tornado telah menghasilkan
informasi-informasi baru yang telah merubah pola pikir tradisional kita tentang
pencegahan kematian terkait bencana, contohnya, pada tornado Wichita Falls pada
1979, banyak orang meninggal ketika melarikan diri dari tornado menggunakan
mobil, berdasarkan saran yang diberikan layanan cuaca waktu itu, sebuah
analisis epidemiologi menentukan bahwa orang-orang yang menggunakan kendaraan
bermotor ataupun rumah mobil, memiliki 10 – 80 kali lebih besar risiko kematian
atau terluka parah dibanding mereka yang berlindung diruang bawah tanah atau
tempat perlindungan yang disediakan pada gedung-gedung besar milik umum.
Berdasarkan penemuan ini, maka peringatan dan anjuran secara nasional untuk
mencegah kematian akibat tornado telah berubah sejak itu. Demikian pula pada
kematian akibat gempa bumi yang langsung dikaitkan dengan praktek-praktek
konstruksi mengkonfirmasikan perlunya kode bangunan penanda gempa, dan latihan
menyelamatkan diri bila tanda gempa awal telah muncul. Bagaimanapun, bahkan
dinegara-negara berkembang, metode konstruksi yang simpel yang secara
epidemiologi bersifat melindungi diri dari efek merusak gempa bumi telah
tersedia. Masih dibutuhkan studi lebih lanjut untuk mengoreksi peringatan dan
anjuran yang konvensional.
2.2.5
Analisis Peringatan dari Usaha Pertolongan
Konsekuensi bencana jangka
panjang tidak cukup diperkirakan. Tidak ada evaluasi dibuat 5 atau 10 tahun
sesudah bencana untuk menentukan apakah perubahan dalam epidemiologi atau
praktik pertolongan, pengarahan ulang dana untuk tujuan jangka panjang atau
perubahan dari pola dan kebiasaan membuat bangunan, memiliki pengaruh jangka
panjang terhadap respon masyarakat terhadap bencana. Meskipun demikian,
kebanyakan masyarakat yang mengalami bencana, lebih peduli terhadap usaha-usaha
persiapan dimasa yang akan datang.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Para ahli epidemiologi yang terlibat dalam penafsiran
bencana menghadapi sejumlah masalah–masalah spesifik berkaitan dengan
lingkungan politik dan perubahan yang cepat dari profil kesehatan, kebutuhan
dan kesempatan dalam melakukan suatu intervensi. Data mesti dikumpulkan secara
cepat dibawah kondisi amat buruk. Informasi epidemiologi itu kemudian harus
diaplikasikan pada proses keputusan agar dalam menentukan suplai pertolongan,
peralatan dan personal yang dibutuhkan, bisa lebih efektif. Standarisasi prosedur dalam mengumpulkan data-data bencana perlu
dikembangkan karena terkait dengan keputusan operasional dan tindakan yang
dilakukan.
Metode epidemiologi yang beraneka
ragam telah mendemostrasikan pentingnya hal-hal tertentu, sebelum, selama dan
sesudah bencana. Sebelum bencana, energi difokuskan dalam menggambarkan
risiko-risiko yang dihadapai penduduk, dan perkiraan persiapan darurat sesuai
derajat bencana, fleksibilitas dan pengawasan yang telah ada dan pada pelatihan
personil. Selama
kejadian, perawatan kesehatan perlu bagi populasi yang terkena dan
kebutuhan akan layanan darurat perlu diperkirakan sebelumnya secara cepat
dengan tujuan untuk mencegah kematian, cedera ataupun sakit. Pada fase sesudah bencana,
monitoring berkelanjutan dan pengawasan terhadap masalah kesehatan yang
dihadapi populasi harus dilakukan, demikian pula dengan informasi mengenai
keefektifan informasi yang telah dilakukan, biasa diminta. Paska bencana,
metode-metode epidemiologi dapat digunakan untuk mengevaluasi keefektifan dari
masing-masing program intervensi. Kerjasama pengawasan epidemiologi dengan
manajemen bencana telah mengurangi secara dramatis, efek bencana ini pada
populasi yang terkena.
3.2. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini
dapat dimanfaatkan sebagai pedoman pendukung dalam melakukan surveilans
epidemiologi pasca bencana dan dapat dijadikan acuan untuk kegiatan surveilans
epidemiologi yang lebih baik lagi kedepannya.
Judul: Epidemiologi Bencana
Ditulis Oleh OMG SHOP
Silahkan tinggalkan komentar dan sarannya demi kemajuan blog ini kedepan...., Terima kasih
Bermanfaat untuk paper informasi bencana
BalasHapus