Selasa, 02 Desember 2014

epidemiologi DBD



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Indonesia merupakan negara berkembang, dengan angka kematian penyakit menular cukup tinggi dan prevalensinya meningkat karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan serta perilaku hidup masyarakat.Terlebih dalam kondisi sosial ekonomi yang kurang mendukung, tentu saja kejadian kasus penyakit menular ini memerlukan penanganan yang lebih vital, profesional dan berkualitas (MDG, keenam). Manusia sangat erat hubungannya dengan lingkungan, karena lingkungan merupakan daya dukung manusia untuk kelangsungan hidupnya.
Dalam perkembangan ilmu epidemiologi menggambarkan secara spesifik bahwa lingkungan sejak lama mempengaruhi terjadinya suatu penyakit atau wabah. Demam Berdarah Dengue dan Chikungunya misalnya, yang ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang vektor penular penyakitnya sama yang cara penanggulangan telah dikenal oleh masyarakat secara luas (Depkes RI, 2007). Penyakit ini ditandai oleh gejala flu, sakit tulang belakang, sakit pada persendian, arthtritis pada sendi-sendi di tangan dan tungkai. Penderita mengeluh tidak dapat bangun atau berjalan.Pada penderita ada yang sembuh dalam beberapa hari, dan ada pula yang sakit sampai berbulan-bulan.
Penyakit Chikungunya tidak menyebabkan kematian, akan tetapi dapat mengganggu aktivitas manusia. Penyakit Chikungunya ini dapat juga menyatu dengan penyakit Demam Berdarah ataupun dengan penyakit Demam Kuning yang mematikan (Sembel, 2008). Pada tahun 1960-an virus chikungunya merupakan suatu penyakit yang biasa menyerang bagian Tenggara Asia. Thaikruea et.al. (1997) melaporkan bahwa virus Chikungunya pertama-tama didiagnosis di Thailand pada 1960. Sesudah terjadi ledakan di India, Srilanka, Burma dan Thailand akhirnya menghilang di daerah-daerah tersebut. Namun, pada tahun 1982-1985 terjadi ledakan-ledakan lokal dan kasus-kasus sporadik di Burma, Thailand, dan Filiphina (Sembel, 2008). Penyakit chikungunya merupakan penyakit re-emerging yaitu penyakit yang keberadaannya sudah ada sejak lama tetapi sekarang muncul kembali. Sejak tahun 1779 di Batavia (Jakarta), telah dilaporkan penyakit yang memiliki gejala mirip Chikungunya yang dikenal dengan nama penyakit Knuckle Fever, di Kairo (1779) Knee Trouble, di Calcuta, Madras dan Gujarat (1824) Scarletina Rhematica. Setelah hampir 20 tahun tidak ada kejadian maka pada tahun 2001 mulai dilaporkan adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) chikungunya di Indonesia yaitu di Aceh, Sumatera Selatan,Jawa Barat.
Pada tahun 2002 banyak daerah melaporkan terjadinya KLB Chikungunya seperti Palembang, Semarang, Jawa Barat dan Sulawesi Utara.Pada awalnya terjadi kebingungan untuk membedakan DEN (Dengue) dengan Chik (Chikungunya), tetapi sejak dapat dilakukan isolasi virus maka kedua penyakit ini dapat dibedakan, demikian juga gejala klinisnya yaitu Chikungunya lebih dominan pada nyeri di sendi-sendi.Demam Chikungunya banyak dijumpai di daerah tropis dan sering menyebabkan epidemi dalam interval tertentu (10-20 tahun). Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya demam Chikungunya antara lain  rendahnya status kekebalan kelompok masyarakat, kepadatan populasi nyamuk penular karena banyak tempat perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan seperti saat ini (Depkes, 2009).
Demam Chikungunya sering rancu dengan penyakit demam dengue, demam berdarah dengue, dan campak, tetapi gejala nyeri sendi merupakan gejala yang penting pada demam Chikungunya. Serangan demam Chikungunya dalam bentuk KLB (kejadian luar biasa) sudah sering terjadi, terutama karena penyebarannya oleh nyamuk. Untuk mencegah serangan demam Chikungunya, maka rumah, asrama, hotel, sekolah, pasar, terminal dan tempat-tempat lainnya, harus terbebas dari media berkembang biaknya nyamuk, termasuk 200 meter sekitarnya.
Tak ada cara lain untuk mencegah demam chikungunya kecuali mencegah gigitan nyamuk serta memberantas tempat perindukan nyamuk dengan tiga M (menutup,menguras dan mengubur barang bekas yang bisa menampung air) atau menaburkan bubuk abate pada penampungan air sebagaimana mencegah demam berdarah.Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Penyakit ini pertama dideskripsikan pada tahun 1955 oleh Marion Robinsoni dan W.H.R Lumsden diikuti oleh kejadian KLB tahun 1952 di Makonde, Plateau, daerah sepanjang Tanganyika and Mozambique.seperti halnya penyakit malaria dan DBD, penyakit infeksi ini kebanyakan menjadi endemic di Negara India, khususnya India bagian tengah dan selatan (Kamath at all, 2006).Sebagai masyarakat Indonesia kita dituntut unuk lebih memperhatikan kesehatan dan kebersihan lingkungan disekitar kita, agar tidak lagi terjadi kejadian luar biasa (KLB).

1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
            Agar mahasiswa mengethui Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit DBD dan Chikungunya.

1.2.2 Tujuan Khusus
1.      Diketahuinya pengertian epidemiologi
2.      Diketahuinya epidemiologi penyakit DBD dan Chikungunya
3.      Diketahui etiologi penyakit DBD dan Chikungunya
4.      Diketahuinya cara penularan  penyakit DBD dan Chikungunya
5.      Diketahuinya gejala klinis dan tanda-tanda Penyakit DBD  dan Chikungunya
6.      Diketahuinya program pemberantasan  penyakit DBD dan Chikungunya.
1.3. Manfaat Penulisan
Menambah pengetahuan mahasiswa Fakultas Kesehatan masyarakat sehingga nantinya dapat diterapkan dimasyarakat


BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Adapun keimpulan dari makalah ini adalah:
  • Demam berdarah (DBD) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
  • Berdasarkan klasifikasinya menurut WHO, DBD terdiri atas 4 tingkatan atau derajad.
  • Nyamuk Aedes aegypti adalah vektor pembawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Penyebab utama penyakit demam berdarah adalah virus dengue, yang merupakan virus dari famili
  • Beberapa provinsi yang mengalami peningkatan kasus dibandingakan tahun 2008 adalah Jambi, Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat dan Papua. 
  • Jenis carier penyakit DBD adalah Healthy Carier, dimana tidak menular melalui kontak manusia secara langsung pada manusia yang masih sehat tanpa gejala klinis.
  • Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, Aedes albopictus betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari penderita demam berdarah lain.
  • Infeksi virus dengue dapat bermanifestasi pada beberapa luaran, meliputi demam biasa, demam berdarah (klasik), demam berdarah dengue (hemoragik), dan sindrom syok dengue.
  • Chikungunya berasal dari bahasa Swahili berdasarkan gejala pada penderita, yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung, mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). Nyeri sendi ini menurut lembar data keselamatan (MSDS) Kantor Keamanan Laboratorium Kanada, terutama terjadi pada lutut, pergelangan kaki serta persendian tangan dan kaki. Chikungunya merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty
  • Kegiatan Pokok Program Pengendalian DBD yang  Berdasarkan 4 Kegiatan  Pokok RPJMN :
1.         Penyuluhan
2.         Kemitraan/Jejaring Kerja
3.         Pemberdayaan/Peningkatan Peran Serta Masyarakat
4.         Penemuan dan Tatalaksana Kasus
5.         Pengendalian Vektor
6.         Surveilans Epidemiologi
7.         SKD (Sistim Kewaspadaan Dini) dan Penaggulangan KLB (Kejadian Luar Biasa)


3.2  Saran
Setiap individu sebaiknya mengerti dan memahami bahaya dari penyakit DBD  dan Chikungunya tersebut, sehingga setiap individu tersebut bisa lebih merasa khawatir dan mampu menjaga diri dan lingkungannya dari kemungkinan terserangnya demam berdarah.


   























 

Terima Kasih Anda Telah Membaca Tulisan Ini
Judul: epidemiologi DBD
Ditulis Oleh OMG SHOP
Silahkan tinggalkan komentar dan sarannya demi kemajuan blog ini kedepan...., Terima kasih

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Scary Pumpkin 3