BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang, dengan angka kematian
penyakit menular cukup tinggi dan prevalensinya meningkat karena dipengaruhi
oleh faktor lingkungan serta perilaku hidup masyarakat.Terlebih dalam kondisi
sosial ekonomi yang kurang mendukung, tentu saja kejadian kasus penyakit
menular ini memerlukan penanganan yang lebih vital, profesional dan berkualitas
(MDG, keenam). Manusia sangat erat hubungannya dengan lingkungan, karena
lingkungan merupakan daya dukung manusia untuk kelangsungan hidupnya.
Dalam perkembangan
ilmu epidemiologi menggambarkan secara spesifik bahwa lingkungan sejak lama
mempengaruhi terjadinya suatu penyakit atau wabah. Demam Berdarah Dengue dan
Chikungunya misalnya, yang ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus, yang vektor penular penyakitnya sama yang cara
penanggulangan telah dikenal oleh masyarakat secara luas (Depkes RI, 2007).
Penyakit ini ditandai oleh gejala flu, sakit tulang belakang, sakit pada persendian,
arthtritis pada sendi-sendi di tangan dan tungkai. Penderita mengeluh
tidak dapat bangun atau berjalan.Pada penderita ada yang sembuh dalam beberapa
hari, dan ada pula yang sakit sampai berbulan-bulan.
Penyakit
Chikungunya tidak menyebabkan kematian, akan tetapi dapat mengganggu aktivitas
manusia. Penyakit Chikungunya ini dapat juga menyatu dengan penyakit Demam
Berdarah ataupun dengan penyakit Demam Kuning yang mematikan (Sembel, 2008). Pada
tahun 1960-an virus chikungunya merupakan suatu penyakit yang biasa menyerang
bagian Tenggara Asia. Thaikruea et.al. (1997) melaporkan bahwa virus
Chikungunya pertama-tama didiagnosis di Thailand pada 1960. Sesudah terjadi
ledakan di India, Srilanka, Burma dan Thailand akhirnya menghilang di
daerah-daerah tersebut. Namun, pada tahun 1982-1985 terjadi ledakan-ledakan
lokal dan kasus-kasus sporadik di Burma, Thailand, dan Filiphina (Sembel,
2008). Penyakit chikungunya merupakan penyakit re-emerging yaitu
penyakit yang keberadaannya sudah ada sejak lama tetapi sekarang muncul
kembali. Sejak tahun 1779 di Batavia (Jakarta), telah dilaporkan penyakit yang
memiliki gejala mirip Chikungunya yang dikenal dengan nama penyakit Knuckle
Fever, di Kairo (1779) Knee Trouble, di Calcuta, Madras dan Gujarat
(1824) Scarletina Rhematica. Setelah hampir 20 tahun tidak ada kejadian
maka pada tahun 2001 mulai dilaporkan adanya Kejadian Luar Biasa (KLB)
chikungunya di Indonesia yaitu di Aceh, Sumatera Selatan,Jawa Barat.
Pada tahun 2002
banyak daerah melaporkan terjadinya KLB Chikungunya seperti Palembang,
Semarang, Jawa Barat dan Sulawesi Utara.Pada awalnya terjadi kebingungan untuk
membedakan DEN (Dengue) dengan Chik (Chikungunya), tetapi sejak dapat dilakukan
isolasi virus maka kedua penyakit ini dapat dibedakan, demikian juga gejala
klinisnya yaitu Chikungunya lebih dominan pada nyeri di sendi-sendi.Demam
Chikungunya banyak dijumpai di daerah tropis dan sering menyebabkan epidemi
dalam interval tertentu (10-20 tahun). Beberapa faktor yang mempengaruhi
munculnya demam Chikungunya antara lain rendahnya status kekebalan
kelompok masyarakat, kepadatan populasi nyamuk penular karena banyak tempat
perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan seperti saat ini
(Depkes, 2009).
Demam Chikungunya
sering rancu dengan penyakit demam dengue, demam berdarah dengue, dan
campak, tetapi gejala nyeri sendi merupakan gejala yang penting pada demam
Chikungunya. Serangan demam Chikungunya dalam bentuk KLB (kejadian luar biasa)
sudah sering terjadi, terutama karena penyebarannya oleh nyamuk. Untuk mencegah
serangan demam Chikungunya, maka rumah, asrama, hotel, sekolah, pasar, terminal
dan tempat-tempat lainnya, harus terbebas dari media berkembang biaknya nyamuk,
termasuk 200 meter sekitarnya.
Tak ada cara lain
untuk mencegah demam chikungunya kecuali mencegah gigitan nyamuk serta
memberantas tempat perindukan nyamuk dengan tiga M (menutup,menguras dan
mengubur barang bekas yang bisa menampung air) atau menaburkan bubuk abate pada
penampungan air sebagaimana mencegah demam berdarah.Chikungunya adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk.
Penyakit ini pertama dideskripsikan pada tahun 1955 oleh Marion Robinsoni dan
W.H.R Lumsden diikuti oleh kejadian KLB tahun 1952 di Makonde, Plateau, daerah
sepanjang Tanganyika and Mozambique.seperti halnya penyakit malaria dan DBD,
penyakit infeksi ini kebanyakan menjadi endemic di Negara India, khususnya
India bagian tengah dan selatan (Kamath at all, 2006).Sebagai masyarakat
Indonesia kita dituntut unuk lebih memperhatikan kesehatan dan kebersihan
lingkungan disekitar kita, agar tidak lagi terjadi kejadian luar biasa (KLB).
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar
mahasiswa mengethui Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit DBD dan
Chikungunya.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.
Diketahuinya pengertian epidemiologi
2.
Diketahuinya epidemiologi penyakit DBD dan
Chikungunya
3.
Diketahui etiologi penyakit DBD dan Chikungunya
4.
Diketahuinya cara penularan penyakit DBD dan Chikungunya
5.
Diketahuinya gejala klinis dan tanda-tanda Penyakit
DBD dan Chikungunya
6.
Diketahuinya program pemberantasan penyakit DBD dan Chikungunya.
1.3. Manfaat Penulisan
Menambah pengetahuan mahasiswa
Fakultas Kesehatan masyarakat sehingga nantinya dapat diterapkan dimasyarakat
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun keimpulan dari makalah ini adalah:
- Demam berdarah (DBD) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
- Berdasarkan klasifikasinya menurut WHO, DBD terdiri atas 4 tingkatan atau derajad.
- Nyamuk Aedes aegypti adalah vektor pembawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Penyebab utama penyakit demam berdarah adalah virus dengue, yang merupakan virus dari famili
- Beberapa provinsi yang mengalami peningkatan kasus dibandingakan tahun 2008 adalah Jambi, Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat dan Papua.
- Jenis carier penyakit DBD adalah Healthy Carier, dimana tidak menular melalui kontak manusia secara langsung pada manusia yang masih sehat tanpa gejala klinis.
- Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, Aedes albopictus betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari penderita demam berdarah lain.
- Infeksi virus dengue dapat bermanifestasi pada beberapa luaran, meliputi demam biasa, demam berdarah (klasik), demam berdarah dengue (hemoragik), dan sindrom syok dengue.
- Chikungunya berasal dari bahasa Swahili berdasarkan gejala pada penderita, yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung, mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). Nyeri sendi ini menurut lembar data keselamatan (MSDS) Kantor Keamanan Laboratorium Kanada, terutama terjadi pada lutut, pergelangan kaki serta persendian tangan dan kaki. Chikungunya merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty
- Kegiatan Pokok Program Pengendalian DBD yang Berdasarkan 4 Kegiatan Pokok RPJMN :
1.
Penyuluhan
2.
Kemitraan/Jejaring
Kerja
3.
Pemberdayaan/Peningkatan
Peran Serta Masyarakat
4.
Penemuan
dan Tatalaksana Kasus
5.
Pengendalian
Vektor
6.
Surveilans
Epidemiologi
7.
SKD
(Sistim Kewaspadaan Dini) dan Penaggulangan KLB (Kejadian Luar Biasa)
3.2
Saran
Setiap
individu sebaiknya mengerti dan memahami bahaya dari penyakit DBD dan Chikungunya tersebut, sehingga setiap
individu tersebut bisa lebih merasa khawatir dan mampu menjaga diri dan
lingkungannya dari kemungkinan terserangnya demam berdarah.
Judul: epidemiologi DBD
Ditulis Oleh OMG SHOP
Silahkan tinggalkan komentar dan sarannya demi kemajuan blog ini kedepan...., Terima kasih
Tidak ada komentar :
Posting Komentar