BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di
seluruh dunia dan sampai saat ini masih merupakan masalah dalam kesehatan
masyarakat terutama di negara berkembang. Di Amerika Serikat osteoporosis menyerang 20-25 juta
penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-menopause dan lebih dari 50% penduduk di
atas umur 75-80 tahun.
Sekitar 80%
persen penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang
mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen
setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis.
Penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria
tetap memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita,
penyakit osteoporosis pada pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki
tidak mengalami menopause, sehingga osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah
usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun waktu
1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5 juta
akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015.
Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun
untuk wanita sebanyak 18-36%, sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70
tahun untuk wanita 53,6%, pria 38%. Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang
di seluruh dunia kemungkinan terjadi di Asia pada 2050. (Yayasan Osteoporosis
Internasional) Mereka yang terserang rata-rata berusia di atas 50 tahun.
(Yayasan Osteoporosis Internasional) Satu dari tiga perempuan dan satu dari
lima pria di Indonesia terserang osteoporosis atau keretakan tulang. (Yayasan
Osteoporosis Internasional) Dua dari lima orang Indonesia memiliki risiko
terkena penyakit osteoporosis. (depkes, 2006).
BAB II
KONSEP DASAR
2.1 Epidemologi
Wanita lebih sering mengalami
osteoporosis dan lebih ekstensif lebih dari pria karena masa puncak masa tulang
juga lebih rendah dan efek kehilangan estrogen selama menopause. wanita
afrika/amerika memiliki masa tulang lebih besar dari pada wanita kaukasia lebih
tidak rentang terhadap osteoporosis. Wanita kaukasia tidak gemuk dan
berkerangka kecil mempunyai resiko tinggi osteoporosis.lebih setengah dari
semua wanita diatas usia 45 tahun memperlihatkan bukti pada sinar x adanya
osteoporosis.
Identifikasi awal wanita usia belasan
dan dewasa muda yang mempunyai resiko tinggi dan pendidikan untuk meningkatkan
asupan kalsium, berpartisipasi dalam latihan pembebanan berat badan teratur,
dan mengubah gaya hidup misalnya mengurang penggunaan cafein,sigaret dan
alcohol akan menurunkan resiko menurukan osteporsis, faraktur tulang dan
kecacatan yang diakibatkan pada usia lanjut.
Prevelensi osteoporosis pada wanita 75
tahun adalah 90%. Rata – rata wanita usia 75 telah kehilangan 25% tulang
kortikalnya dan 40% trabekularnya.dengan bertambahnya usia populasi ini isendensi
fraktur 1,3jt pertahun,nyeri , dan kecacatan yang berkaitan dengan nyeri
meningkat.
2.2 Osteoporosis
2.2.1 Defenisi
Osteoporosis
Osteoporosis
berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous
berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang
yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya
rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan
kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang (Tandra,
2009).
Menurut WHO pada International
Consensus Development Conference, di Roma, Itali, 1992 Osteoporosis adalah
penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai
perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang
pada akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang dengan resiko
terjadinya patah tulang (Suryati, 2006).
Menurut National
Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah kelainan kerangka,
ditandai dengan kekuatan tulang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh
meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan
gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas tulang (Junaidi,
2007)
Osteoporosis adalah kelainan dimana
terjadi penurunan masa tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang
homeostasis normal, kecepatan resoprsi tulang lebih besar dari kecepatan
pembentukan tulang, mengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara
progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah. Tulang menjadi mudah fraktur
dengan stress yang tidak akan menimbulkan pada tulang normal. Osteoporosis
sering mengakibatkan fraktur konversi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur
daerah koulum femoris dan daerah tronkanter, dan patah tulang coles pada
pergelangan tangan. fraktur kompresi ganda fertebra mengakibatkan deformitas
skeletal.
Osteoporosis merupakan
penyakit skeletal sistemik yang ditandai dengan massa tulang yang rendah dan
kerusakan mikroarsitektur jaringan tulang, yang mengakibatkan meningkatnya
fragilitas tulang sehingga tulang cenderung untuk mengalami fraktur spontan
atau akibat trauma minimal. (Consensus Development Conference, 1993).
Osteoporosis
yang biasa kita kenal dengan pengeroposan tulang adalah berkurangnya kepadatan
tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang
terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosft, sehingga tulang menjadi
keras dan padat. Untuk mempertahankan kepadatan tulang, tubuh memerlukan
persediaan kalsium dan mineral lainnya yang memadai, dan harus menghasilkan
hormon dalam jumlah yang mencukupi (hormon paratoroid, hormon pertumbuhan,
kalsitonin, estrogen pada wanita dan testosterone pada pria) Juga persediaan
vitamin D yang adekuat, yang diperlukan untuk menyerap kalsium dari makanan dan
memasukkan kedalam tulang.
Secara
progresif, tulang meningkatkan kepadatannya sampai tercapai kepadatan maksimal
(sekitar usia 30 tahun). Setelah itu kepadatan tulang akan berkurang secara
perlahan. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka
tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis.(www.medicastore.com).
2.2.2
Faktor Resiko
a.
Faktor
resiko yang tidak dapat diubah
- Usia
Lebih sering terjadi pada lansia
- Jenis Kelamin
Wanita 3 kali lebih sering terjadi dibandingkan pria.
Perbedaan ini mungkin disebabkan
oleh faktor hormonal dan rangka tulang yang lebih kecil.
- Ras
Kulit putih mempunyai resiko paling tinggi.
- Keturunan/Riwayat keluarga
Sejarah keluarga juga memengaruhi penyakit ini. Pada
keluarga yang mempunyai riwayat osteoporosis,anak-anak yang dilahirkannya
cenderung mempunyai penyakit yang sama.
- Bentuk tubuh
Adanya kerangka tubuh yang lemah dan skoliosis vertebra
menyebabkan penyakit ini. Keadaan ini terutama terjadi pada wanita antara usia
50-60 tahun dengan densitas tulang yang
rendah dan diatas usia 70 tahun dengan BMI (body mass index) [berat
badan dibagi kuadrat tinggi badan] yang rendah
b.
Faktor
resiko yang dapat diubah
a.
Merokok
b.
Defisiensi vitamin dan gizi (antara
lain protein)
kandungan
garam pada makanana, perokok berat, peminum alkohol dan kopi yang berat. Nikotin dalam rokok menyebabkan
melemahnya daya serap sel terhadap kalsium
dari darah ke tulang. Oleh karena itu, proses pembentukan tulang oleh osteoblas
menjadi melemah. Dampak konsumsi alkohol pada osteoporosis berhubungan dengan
jumlah alhkohol yang dikonsumsi. Konsumsi alkohol yang berlebihan akan
menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang.
Mengonsumsi kopi lebih dari 3 cangkir per hari menyebabkan tubuh selalu ingin
berkemih. Keadaan tersebut menyebabkan kalsium banyak terbuang bersama air
kencing karena berkurangnya daya serap kalsium itu tadi. Kekurangan protein dan
kalsium pada masa kanak-kanak dan remaja menyebabkan tidak tercapainya massa
tulang yang maksimal pada waktu dewasa.
c.
Gaya
hidup
Aktivitas
fisik yang kurang dan imobilisasi dengan penurunan penyanga berat badan merupakan stimulus penting bagi
resorpsi tulang. Beban fisik yang terintegrasi merupakan
penentu dari puncak massa tulang.
d.
Gangguan Makan
e.
Menopause dini (Menopouse yang
terjadi pada usia 46 tahun) dan hormonal, yaitu kadar estrogen plasma yang
kurang. Disini kadar estrogen menurun. Dengan menurunnya kadar estrogen,
resorpsi tulang menjadi lebih cepat sehingga akan
terjadi penurunan masa tulang yang banyak. Bila tidak segera diintervensi, akan
cepat terjadi osteoporosis.
2.2.3 Hormon
Dialam Tulang
1.
Estrogen
Penyebab osteoporosis yang paling penting
adalah penurunan kadar strogen yang terjadi pada wanita saat menopouse. Ovarium
wanita mulai membuat estrogen saat pubertas, dan hormon ini membantu membatasi
jumlah reabsorpsi tulang hingga menopouse. Estrogen mengurangi aktivitas sel
osteoklas yang melakukan resorps tulang yang beberapa ahli percaya bahwa
estrogen bahkan dapat mematikan sel osteoklas. Oleh karena itu, penurunan kadar
estrogen yang terjadi saat menopouse akan meningkatkan kecepatan reapsopsi
tulang sehingga pengeroposan tulang terjadi lebih cepat.
2.
Testosteron
Seperti yang telah kita ketahui,
osteoporosis dapat dialami oleh pria seperti halnya wanita, dan kadar hormon
juga dapat berperan pada pria. Pria memiliki estrogen meskipun dalam jumlah
yang jauh lebih sedikit daripada wanita. Yang lebih penting pada pria adalah
peran hormon pria yaitu testosteron yang dibuat dalam testis. Bila jumlah
testosteron yang dihasilkan abnormal rendah, maka pria tersebut dianggap
mengalami, hipogonadisme. Hal ini merupakan salah satu penyebab utama
osteoporosis pada pria. Terdapat sejumlah alasan mengapa testosteron yang
dibuat terlalu sedikit.
·
Testis
tidak tumbuh dengan semestinya, sehingga hormon yang dihasilkan sangat sedikit.
·
Peradangan
atau cidera testis dapat mengganggu proses testosteron.
·
Alkohol
menurunkan kadar testosteron, sehingga konsumsi alkohol secara berlebihan dapat
meningkatkan resiko osteoporosis.
·
Pria
usia pertengahan atau lanjut usia menghasilkan lebih sedikit testosteron di
bandingkan pria yang lebih muda
3.
Hormon
paratiroid
Hormon
paratiroid yang di hasilkan oleh kelenjar paratiroid di leher, mengendalikan
pergerakan kalsium dan fosfat di antara tulang dan darah. Kalsium dan fosfat di
butuhkan untuk kekuatan kompresi (tekanan di dalam tulang) sehingga hormon
paratiroid dapat mempengaruhi kekuatan tulang dengan meningkatkan atau menurunkan
kadar zat-zat gizi di dalam tulang. Bila kadar vitamin D menurun maka hal ini
memicu peningkatan kadar hormon paratiroid. Hal ini memungkinkan kadar kalsium
darah di pertahankan walaupun terdapat pengeluaran kalsium dari tulang. Bila
kadar hormon paratiroid terlalu tinggi (di sebabkan oleh hiperparatiroidisme,
di mana kelenjar paratiroid terlalu aktif atau vitamin D yang ada sangat
sedikit juga menyebabkan peningkatan kadar hormon paratiroid) maka hal ini
dapat menyebabkan kerapuhan tulang.
4.
Kalsitonin
Kalsitonin
yang diproduksi kelenjar tiroid adalah hormone yang menonaktifkan sel yang
merusak tulang sehingga hilangnya massa tulang yang terhambat, kalsitonin
mencegah hilangnya massa tulang belakang namun kurang efektif di bagian tulang
lain seperti tulang pinggul. Penelitian menunjukkan bahwa kalsitonin mengurangi
resiko patah tulang, namun tidak semua ahli yakin. Ketika kalsium dalam darah
tinggi kalsitonin menurunkan kalsium dan fosfat dalam darah dengan menghambat
resorpsi tulang dalam pemecahan penghancuran matrik ekstraseluler tulang. Kalsitonin
di produksi oleh sel C kelenjat tiroid, juga memiliki pengaruh pada kadar
kalsium plasma. Dalam jangka pendek kalsitonin menunrunkan perpindahan kalsium
dari cairan tulang ke dalam plasma. Dalam jangka panjang kalsitonin menurunkan
rearsorpsi tulang menurunkan kadar fosfat serta menurunkan konsentrasi kalsium
plasma.
5.
Kalsitriol
Vitamin
D tidak aktif, sementara kalsitiriol menurunkan bentuk vitamin D yang aktif.
Kalsitriol terbukti mencegah hilangnya
massa tubuh dan mengurangi resiko patah tulang belakang. Vitamin D dianggap
sebagai Pro-Hormon dalam pengertian yang sama seperti yodium merupakan
pro-hormon untuk tiroksin. Vitamin D merupakan pro-hormon steroid, bentuk
aktifnya tampak sebagai suatu hormon. Prohormon vitamin D melalui berbagai
perubahan metabolic di dalam tubuh akan diubah menjadi hormon kalsitriol. Kalstriol
meningkat konsentrasi fosfat dan kalsium plasma dengan meningkatnya absorpsi
kalsium dalam fosfat dari saluran gastrointerstinal dan juga meningkatkan
rearbsorpsi tulang dan meningkatkan pengaruh hormon paratiroid di nevron untuk
mendukung rearbsorpsi kalsium di tubulus ginjal.
2.2.4 Klasifikasi
1.
Osteoporosis
primer, keadaan umum/biasa terjadi dan bukan keadaan patologis (alami)
- Tipe 1 adalah tipe yang timbul pada wanita pascamenopause pada usia rata-rata 55-65 tahun.
- Tipe 2 terjadi pada orang lanjut usia, baik pria maupun wanita. Terjadi pada usia > 65 th, terjadi pada laki-laki dan perempuan tetapi 2 X lebih sering pada wanita.
2.
Osteoporosis
sekunder, terjadi karena penyakit dan obat-obatan.
Osteoporosis
sekunder terutama disebabkan oleh penyakit penyakit tulang erosif dan akibat
obat-obatan yang toksik untuk tulang
(misalnya glukokortikoid). Jenis ini ditemukan pada kurang lebih 2-3 juta
klien.
3.
Osteoporosis
idiopatik, idiopatik= belum diketahui penyebabnya dan ditemukan pada:
·
Usia
kanak-kanak (juvenil)
·
Usia
remaja (adolesen)
·
Wanita
pra-menopouse
·
Pria
usia pertengahan
2.2.5 Etiologi
Kadar hormon tiroid dan paratiroid yang
berlebihan dapat mengakibatkan hilangnya kalsium dalam jumlah yang lebih
banyak. Obat-obat golongan steroid pun dapat mengakibatkan hilangnya kalsium
dari tulang. Proses pembentukan dan penimbunan sel-sel tulang sampai tercapai
kepadatan maksimal berjalan paling efisien sampai umur kita mencapai 30 tahun.
Semakin tua usia kita, semakin sedikit jaringan tulang yang dibuat. Padahal, di
usia tersebut, jaringan tulang yang hilang semakin banyak. Penelitian
memperlihatkan bahwa sesudah usia mencapai 40 tahun, kita semua akan kehilangan
tulang sebesar setengah persen setiap tahunnya. Pada wanita dalam masa
pascamenopause, keseimbangan kalsium menjadi negatif dengan tingkat 2 kali
lipat dibanding sebelum menopause.
Faktor
hormonal menjadi sebab mengapa wanita dalam masa pascamenopause mempunyai
resiko lebih besar untuk menderita osteoporosis. Pada masa menopause, terjadi
penurunan kadar hormon estrogen. Estrogen memang merupakan salah satu faktor
terpenting dalam mencegah hilangnya kalsium tulang. Selain itu, estrogen juga
merangsang aktivitas osteoblas serta menghambat kerja hormon paratiroid dalam
merangsang osteoklas. Estrogen memperlambat atau bahkan menghambat hilangnya
massa tulang dengan meningkatkan penyerapan kalsium dari saluran cerna. Dengan
demikian, kadar kalsium darah yang normal dapat dipertahankan. Semakin tinggi
kadar kalsium di dalam darah, semakin kecil kemungkinan hilangnya kalsium dari
tulang (untuk menggantikan kalsium darah).
Penurunan
kadar estrogen yang terjadi pada masa pascamenopause membawa dampak pada
percepatan hilangnya jaringan tulang. Resiko osteoporosis lebih meningkat lagi
pada mereka yang mengalami menopause dini (pada usia kurang dari 45 tahun).
Pada pria, hormon testosteron melakukan fungsi yang serupa dalam hal membantu
penyerapan kalsium. Bedanya, pria tidak pernah mencapai usia tertentu dimana
testis berhenti memproduksi testosteron. Dengan demikian, pria tidak begitu
mudah/ beresiko kecil mengalami osteoporosis dibanding wanita.
Selain
estrogen, berbagai faktor yang lain juga dapat mempengaruhi derajat kecepatan
hilangnya massa tulang. Salah satu hal yang utama adalah kandungan kalsium di
dalam makanan kita. Masalahnya, semakin usia kita bertambah, kemampuan tubuh
untuk menyerap kalsium dari makanan juga berkurang.
Beberapa klasifikasi etiologi dari
Osteoporosis:
1.
Faktor genetik
Perbedaan
genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang
mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang
kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pacia
bangsa kulit putuh Kaukasia.
Jadi seseorang yang
mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun/tahan terhadap
fraktur karena osteoporosis.
2.
Faktor mekanis
Beban mekanis
berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetik. Bertambahnya
beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan mengakibatkan
berkurangnya massa tulang.
Kedua hal
tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik Beban mekanik yang berat
akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar. Sebagai
contoh adalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi
baik pada otot maupun tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya,
sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya akan dijumpai pada pasien
yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu yang lama, poliomielitis atau
pada penerbangan luar angkasa.
Walaupun demikian belum diketahui dengan pasti berapa
besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa
tulang di sampihg faktor genetik.
3.
Faktor makanan dan hormon
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon
dengan nutrisi yang cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan
mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian
makanan yang berlebih (misainya kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa
pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang melebihi
kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan
genetiknya.
4.
Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan
penting dalam proses penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya
usia, terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang
sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan masukan
kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan keseimbangan
kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan
absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari keadaan
ini jelas, bahwa pada wanita masa menopause ada hubungan yang erat antara
masukan kalsium dengan keseimbangan kalsium dalam tubuhnya.
Pada
wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat
masukan serta absorbsinya kurang serta eksresi melalui urin yang bertambah.
Hasil akhir kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause adalah
pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari.
5.
Protein
Protein juga
merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang.
Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang
mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan
secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut
mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium
melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium
melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan
mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang negatif.
6.
Estrogen.
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam
tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini
disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari makanan dan
juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.
7.
Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak
cenderung akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai
masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan
massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi
kalsium melalui urin maupun tinja.
8.
Alkohol
Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan
masalah yang sering ditemukan.I ndividu
dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah,
disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum
diketahui dengan pasti.
2.2.6 Manifestasi
Klinis
1.
Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang
nyata.
2.
Rasa
sakit oleh karena adanya fraktur pada anggota gerak
3.
Nyeri
timbul mendadak.
4.
Sakit hebat dan terlokalisasi pada
vertebra yg terserang. Bagian-bagian
tubuh yang sering fraktur adalah pergelangan tangan, panggul dan vertebra.
5.
Nyeri berkurang pada saat istirahat di
tempat tidur.
6.
Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan
akan bertambah jika melakukan aktivitas atau karena suatu pergerakan yang salah.
7.
Deformitas vertebra thorakalis menyebabkan penurunan tinggi
badan, Hal ini terjadi oleh karena adanya
kompresi fraktur yang asimtomatis pada vertebra.
Tulang
Lainnya bisa patah, yang sering kali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau
karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang
panggul. Selain itu, yang juga sering terjadi karena adalah patah tulang lengan
di daerah persambungannya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles,
Pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung mengalami secara perlahan.
2.2.7 Komplikasi
- Fraktur pangkal paha, pergelangan tangan, kolumna vertebralis dan panggul.
- Hospitalisasi, penempatan di nursing home dan penurunan kemampuan untuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dapat terjadi setelah fraktur osteoporosis.
2.2.8 Pemeriksaan
Diagnostik
1.
Pemeriksaan radiologik
Dilakukan untuk menilai densitas massa tulang
sangat tidak sensitif. Gambaran radiologik yang khas pada osteoporosis adalah
penipisan korteks dan daerah trabekuler yang lebih lusen. Hal ini akan tampak
pada tulang-tulang vertebra yang memberikan gambaran picture-frame vertebra.
2.
Pemeriksaan densitas massa tulang
(Densitometri)
Densitometri tulang merupakan pemeriksaan yang
akurat dan untuk menilai densitas massa tulang, seseorang dikatakan menderita
osteoporosis apabila nilai BMD ( Bone Mineral Density ) berada dibawah -2,5 dan
dikatakan mengalami osteopenia (mulai menurunnya kepadatan tulang) bila nilai
BMD berada antara -2,5 dan -1 dan normal apabila nilai BMD berada diatas nilai
-1.
Beberapa metode
yang digunakan untuk menilai densitas massa tulang:
- Single-Photon Absortiometry (SPA)
Pada SPA digunakan unsur radioisotop
I yang mempunyai energi photon rendah guna menghasilkan berkas radiasi
kolimasi tinggi. SPA digunakan hanya untuk
bagian tulang yang mempunyai jaringan
lunak yang tidak tebal seperti distal radius dan kalkaneus.
- Dual-Photon Absorptiometry (DPA)
Metode ini mempunyai cara yang sama
dengan SPA. Perbedaannya berupa sumber energi yang mempunyai photon dengan 2
tingkat energi yang berbeda guna mengatasi tulang dan jaringan lunak yang cukup
tebal sehingga dapat dipakai untuk evaluasi bagian-bagian tubuh dan tulang yang
mempunyai struktur geometri komplek seperti pada
daerah leher femur dan vetrebrata.
- Quantitative Computer Tomography (QCT)
Merupakan densitometri yang paling
ideal karena mengukur densitas tulang secara volimetrik.
3.
Sonodensitometri
Sebuah metode yang digunakan untuk menilai densitas
perifer dengan menggunakan gelombang suara dan tanpa adanya resiko radiasi.
4.
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dalam menilai densitas tulang trabekula
melalui dua langkah yaitu pertama T2 sumsum tulang dapat digunakan untuk
menilai densitas serta kualitas jaringan tulang trabekula dan yang kedua untuk
menilai arsitektur trabekula.
5.
Biopsi tulang dan Histomorfometri
Merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk
memeriksa kelainan metabolisme tulang.
6.
Radiologis
Gejala radiologis
yang khas adalah densitas atau masa tulang yang menurun yang dapat dilihat pada
vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya merupakan lokasi yang
paling berat. Penipisa korteks dan hilangnya trabekula transfersal merupakan
kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya korpus vertebra menyebabkan penonjolan yang
menggelembung dari nukleus pulposus ke dalam ruang intervertebral dan
menyebabkan deformitas bikonkaf.
7.
CT-Scan
CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara
kuantitatif yang mempunyai nilai penting dalam diagnostik dan
terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110 mg/cm3 baisanya tidak
menimbulkan fraktur vetebra atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah
65 mg/cm3 ada pada hampir semua klien yang mengalami fraktur.
8.
Pemeriksaan
Laboratorium
a.
Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak
menunjukkan kelainan yang nyata.
b.
Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar
HPT meningkat) dan Ct (terapi ekstrogen merangsang pembentukkan Ct)
c.
Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi
Ca menurun.
d.
Eksresi fosfat dan hidroksipolin
terganggu sehingga meningkat kadarnya.
2.2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bertujuan untuk
meningkatkan kepadatan tulang. Semua wanita, terutama yang menderita
osteoporosis, harus mengkonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang
mencukupi.Wanita pascamenopause yang menderita osteoporosis juga bisa
mendapatkan estrogen (biasanya bersama dengan progesteron) atau alendronat,
yang bisa memperlambat atau menghentikan penyakitnya. Bifosfonat juga digunakan
untuk mengobati osteoporosis.
1.
Terapi
hormon pengganti bagi osteoporosis
Terapi hormon pengganti di pakai
untuk pengobatan dengan estrogen dengan progesteron di buat oleh indung telur
dan jumlahnya menurun selama menupause. Estrogen yang di gunakan dalam THP
adalah estrogen alami sedangkan yang dipakai untuk kontrasepsi adalah sintetik
dan lebih kuat. Karena progesteron alami sulit di berikan lewat oral (terurai
dalam saluran pencernaan) dan mempunyai efek samping, bentuk sintesis yang di
bentuk di gunakan dalam THP. Jika THP gabungan di berikan progesteron biasa di
berikan selama 10-14 hari dari siklus 28 hari dan estrogen selama 21-28 hari
2.
Terapi
non-hormonal bagi osteoporosis
a.
Bisfosfonat
Golongan obat sintesis untuk terapi
osteoporosis. Efek utamanya untuk menonaktifkan sel-sel penghancur tulang
sehingga penurunan masa tulang dapat di cegah
b.
Etidronat
Adalah preparat bisfosfonat pertama
yang di gunakan untuk mengatasi osteoporosis. Preparat ini diberikan dalam
siklus 90 hari bersama kalsium dalam bentuk didronel PMO.
c.
Alendronat
Alendronat jarang menimbulkan efek
samping,namun bisa timbul diare,rasa sakit dan kembung pada perut dan gangguan
pada tenggorokan atau esofagus.tablet alendronat harus diminum dengan benar
sesuai ketentuan untuk menekan risiko gangguan tenggorokan.
d.
Vitamin
D
Vitamin D sangat penting untuk
kesehatan tulang.vitamin D meningkatkan penyerapan kalsium oleh usus sehingga
cukup tersedia kalsium untuk tulang.terdapat dua bentuk vitamin D dengan efek
yang sama atau serupa yaitu D3 yang dibuat dalam kulit saat terkena sinar
matahari dan vitamin D2 yang dioeroleh dari makanan.vitamin D bisa diberikan
peroral atau suntikan.dalam bentuk tablet dosis yang dianjurkan adalah 800
international units perhari.
e.
Kalsitriol
Kalsitriol terbukti mencegah
hilangnya massa tulang dan mengurangi resiko patah tulang belakang,diberikan
dalam bentuk tablet dengan dosis 0,25 mg perhari.daya kerjanya yang kuat
mungkin menyebabkan tingginya kadar kalsium dalam darah dan urin.
2.2.10
Pencegahan
Ada beberapa langkah pencegahan :
·
Mengkonsumsi
kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif, terutama sebelum tercapainya
kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun).
·
Konsumsi
vitamin D (lewat makanan kaya vitamin D)
·
Olah
raga beban (misalnya berjalan dan menaiki tangga) akan meningkatkan kepadatan
tulang.
·
Estrogen
membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan sering diminum
bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih estrogen paling efektif dimulai
dalam 4-6 tahun setelah menopause; tetapi jika baru dimulai lebih dari 6 tahun
setelah menopause, masih bisa memperlambat kerapuhan tulang dan mengurangi
resiko patah tulang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Osteoporosis
merupakan penyakit skeletal sistemik yang ditandai dengan massa tulang yang
rendah dan kerusakan mikroarsitektur jaringan tulang, yang mengakibatkan meningkatnya
fragilitas tulang sehingga tulang cenderung untuk mengalami fraktur spontan
atau akibat trauma minimal.
Osteoporosis
dapat diceah yaitu denan cara
mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif, konsumsi vitamin D
(lewat makanan kaya vitamin D), olah raga beban (misalnya berjalan dan menaiki
tangga) akan meningkatkan kepadatan tulangdan terapi sulih esterogen.
3.2 Saran
Lebih baik mencegah dari pada
mengobati, maka dari itu sebelum terjadi Osteoporosis hendaklah kita rajin
berolah raga dan menkonsumsi makanan yang mengandung Vitamin D dan Kalsium.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin,
Arif.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien
dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.EGC, 2008
Syaifuddin.
ANATOMI FISIOLOGI untuk Mahasiswa
Keperawatan. Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2006
http://journals.lww.com/smajournalonline/Pages/collectiondetails.aspx?TopicalCollectionId=5
http://www.scribd.com/doc/16799605/Osteoporosis
Googlesbook.sistemmuskuloskeletal
http://marhenyantoz.wordpress.com/2011/03/27/osteoporosis/
www.mediastore.com
Judul: Epidemiologi Osteoporosis
Ditulis Oleh OMG SHOP
Silahkan tinggalkan komentar dan sarannya demi kemajuan blog ini kedepan...., Terima kasih
thank you for sharing :)
BalasHapusTips Health
numpang copas y buat tgs aku,,,,
BalasHapusmakasih..
terima kasih gan infonya,
BalasHapussangat bermanfaat untuk kesehatan kita,,,
Tips Kesehatan dan Kecantikan