Selasa, 02 Desember 2014

Epidemiologi Kusta



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    LATAR BELAKANG
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesehatan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat , bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan lingkungan yang sehat. Upaya perbaikan dalam bidang kesehatan masyarakat salah satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.
Program pemberantasan penyakit menular  bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit, menurunkan angka kesakitan dan angka kematian sehingga tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.  Paradigma sehat menjadi orientasi baru dalam pembangunan kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Perumusan visi Indonesia sehat 2010, melalui empat strategi pembangunan kesehatan merupakan wujud dari perubahan paradigm yang kita anut. Paradigma sehat adalah upaya pembangunan kesehatan berorientasi kepada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan penduduk sehat dan bukan hanya penyembuhan orang sakit. Kebijaksanaan pembangunan akan lebih ditekankan pada upaya promotif dan preventif dengan meningkatkan, memelihara dan melindungi agar menjadi lebih sehat dan produktif serta tidak jatuh sakit. Sedangkan, yang sakit dapat pula segera disembuhkan agar menjadi sehat.
Indonesia merupakan Negara yang sedang berkembang, dimana pelayanan kesehatan masyarakatnya belum memadai sehubungan dengan adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997. Permasalahan utama yang dihadapi masih didominasi oleh penyakit infeksi yang sebagian besarnya adalah penyakit menular yang berbasis lingkungan. Scabies ditemukan disemua Negara dengan prevalensi yang bervariasi. Dibeberapa Negara yang sedang berkembang prevalensi scabies sekitar 6 % - 27 % dari populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja. Berdasarkan departemen kesehatan republic Indonesia, prevalensi penyakit scabies dalam masyarakat diseluruh Indonesia pada tahun 1996 adalah 4,6 % - 12,95 % dan scabies menduduki urutan peringkat ketiga dari 12 penyakit kulit. Sedangkan untuk penyakit kusta Dinkes Provinsi Jatim dari 33 provinsi yang ada diIndonesia, terdapat empat propinsi yang masih memiliki angka kasus Kusta lebih dari 1000 kasus. Diantaranya Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah dan juga Sulawesi Selatan. DiIndonesia, jumlah penderita baru tahun 2008 adalah 17.243 dan 29% darinya berasal dariJawa Timur.
1.2    TUJUAN

1.2.1   Untuk mengetahui defenisi penyakit kusta
1.2.2  Untuk mengetahui epidemiologi penyakit kusta
1.2.3  Untuk mengetahui  hubungan host, agent, dan environment
1.2.4  Untuk mengetahui mekanisme perjalanan alamiah penyakit kusta
1.2.5  Untuk mengetahui tanda – tanda penyakit kusta
1.2.6  Untuk mengetahui prinsip pencegahan penyakit kusta
1.2.7  Untuk mengetahui konsep terapi medik penyakit kusta
1.2.8  Untuk mengetahui Ketegori kusta menurut Tim Kesehatan di lapangan

















BAB II
ISI
2.1  Pengertian Penyakit Kusta
Kusta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (mikobakterium leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya. (Depkes RI, 1998)
Kusta merupakan penyakit kronik yang disebabkan oleh infeksi mikobakterium leprae. (Mansjoer Arif, 2000)
Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang di sebabkan oleh mycobacterium lepra yang interseluler obligat, yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem endotelial, mata, otot, tulang, dan testis ( djuanda, 4.1997 )
            Penyakit kusta adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae. Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran pernapasan atas dan lesi  pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar. Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak, dan mata.
2.2  Epidemiologi Penyakit
Cara-cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih merupakan tanda tanya. Yang diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita, yakni selaput lendir hidung. Tetapi ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta adalah:
1)      Melalui sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidung penderita yang sudah mengering, diluar masih dapat hidup 2–7 x 24 jam.
2)      Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15 tahun, keduanya harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan berulang-ulang.
Klinis ternyata kontak lama dan berulang-ulang ini bukanlah merupakan faktor yng penting. Banyak hal-hal yang tidak dapat di terangkan mengenai penularan ini sesuai dengan hukum-hukum penularan seperti halnya penyakit-penyaki terinfeksi lainnya.
Menurut Cocrane (1959), terlalu sedikit orang yang tertular penyakit kusta secara kontak kulit dengan kasus-kasus lepra terbuka.
Menurut Ress (1975) dapat ditarik kesimpulan bahwa penularan dan perkembangan penyakit kusta hanya tergantung dari dua hal yakni jumlah atau keganasan Mycrobacterium Leprae dan daya tahan tubuh penderita. Disamping itu faktor-faktor yang berperan dalam penularan ini adalah :
a.       Usia                         : Anak-anak lebih peka dari pada orang dewasa
b.      Jenis kelamin          : Laki-laki lebih banyak dijangkiti
c.       Ras                          : Bangsa Asia dan Afrika lebih banyak dijangkiti
d.      Kesadaran social  : Umumnya    negara-negara    endemis    kusta adalah    negara dengan tingkat sosial ekonomi rendah
e.       Lingkungan                         : Fisik, biologi, sosial, yang kurang sehat

2.3    Hubunagn host, agent, environment
a.  Host
              Hanya manusia satu-satunya sampai saat ini di anggap sebagai sumber penularan walaupun kuman kusta dapat hidup pada Armadillo, simpanse dan pada telapak kaki tikus yang mempunyai kelenjar Thymus . Tempat masuk kuman kusta ke dalam tubuh host sampai saat ini belum dapat di pastikan. Di perkirakan cara masuknya adalah melalui saluran pernafasan bagian atas dan melalui kontak kulit yang tidak utuh.
Sebagian besar manusia kebal terhadap penyakit kusta (95%). Dari hasil penilitian direktorat jenderal pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan dari 100 orang terpapar: 95 orang tidak menjadi sakit, 3 orang menjadi sembuh sendiri tanpa     di obati, 2 orang menjadi sakit, hal ini belum lagi memperhitungkan pengaruh pengobatann.
b. Agent
Penyebab penyakit kusta adalah mycobacterium leprae yang pertama kali di temukan oleh gerhard amaeur hansen pada tahun 1873. Mycobacterium lepraehidup intraseluler dan mempunyai afinitas yang besar pada sel saraf dan sel dari system retikulo endothelial.
Waktu pembelahan sangat lama, yaitu 2-3 minggu. Di luar tubuh manusia (dalam kondisi tropis) kuman kusta dapat bertahan sampai  9 hari. Pertumbuhan optimal dari kuman kusta adalah pada suhu 270-30 derajat C.
c.Environment
            Faktor lingkungan sangat besar  hubungannya dengan kejadian penyakit kusta,  misalnya  kurang menjaga kebersihan , karena bakteri ini masuk melalui mukosa kulit. Akibat kontak angsung maupun tidak langsung. Dan bakteri ini dapat hidup pada suhu 270C.
2.4  Mekanisme Riwayat Alamiah Penyakit
Setelah membuahi kutu betina maka si pejantan mati. Kutu betina yang sudah dibuahi akan membuat liang terowongan di kulit, kemudian bertelur sekitar 40-50 butir telur, dan akan menetas setelah sekitar 3-5 hari. Hasil penetasan (larva) kutu tersebut keluar ke permukaan kulit dan tumbuh menjadi kutu dewasa dalam waktu sekitar 16-17 hari. (referensi lain menyebutkan 10-14 hari)..Pergerakan Sarcoptes scabiei dan telur di dalam terowongan menyebabkan peradangan lokal. Reaksi alergi ini menyebabkan ruam sangat intens.
Orang-orang yang belum pernah terkena kudis mengembangkan respon alergi dalam waktu enam minggu. Mereka yang telah memiliki kudis sebelumnya akan mendapatkan ruam dalam beberapa hari. Rata-rata hanya ada beberapa tungau betina yang menginfeksi  per orang. Semacam ini infeksi dapat berbahaya dan korban bahkan mungkin tidak menyadari hal itu. Kudis menyebar dengan mudah melalui kontak lansung kulit-ke-kulit atau secara tidak langsung melalui bekas duduk, sprei (alas) tempat tidur serta sprei. Tungau juga bisa merangkak jarak jauh. Jika Anda menggaruk daerah yang terinfeksi, mereka masuk ke dalam kuku Anda. Kemudian jika Anda menyentuh benda-benda umum seperti laptop, tungau bisa drop di sana dan menulari orang lain.
Tanda-tanda seseorang terinfeksi : Rasa gatal terutama waktu malam hari, tonjolan kulit (lesi) berwarna putih keabu-abuan sepanjang sekitar 1 cm, kadang disertai nanah karena infeksi kuman akibat garukan.

2.5  Tanda-tanda penyakit kusta
Tanda-tanda penyakit kusta bermacam-macam, tergantung dari tingkat atau tipe dari penyakit tersebut. Di dalam tulisan ini hanya akan disajikan tanda-tanda secara umum tidak terlampau mendetail, agar dikenal oleh masyarakat awam, yaitu:
a.       Adanya bercak tipis seperti panu pada badan/tubuh manusia.
b.      Pada bercak putih ini pertamanya hanya sedikit, tetapi lama-lama semakin
melebar dan banyak.
c.       Adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris, medianus, aulicularis magnus seryta peroneus. Kelenjar keringat kurang kerja sehingga kulit menjadi tipis dan mengkilat.
d.      Adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yarig tersebar pada kulit.
e.       Alis rambut rontok
f.       Muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka singa)
2.6   Prinsip pencegahan  penyakit kusta
1)      Pencegahan primer yang dapat dilakukan adalah :
a.       Penyuluhan kesehatan
      Pencegahan primer dilakukan pada kelompok orang sehat yang belum terkena penyakit kusta dan memiliki resiko tertular karena berada disekitar atau dekat dengan penderita seperti keluarga penderita dan tetangga penderita, yaitu dengan memberikan penyuluhan tentang kusta. Penyuluhan yang diberikan petugas kesehatan tentang penyakit kusta adalah proses peningkatan pengetahuan, kemauan dan kemampuan masyarakat yang belum menderita sakit sehingga dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya dari penyakit kusta. Sasaran penyuluhan penyakit kusta adalah keluarga penderita, tetangga penderita dan masyarakat (Depkes RI, 2006)
b.      Pemberian imunisasi
      Sampai saat ini belum  ditemukan upaya pencegahan primer penyakit kusta seperti pemberian imunisasi (Saisohar,1994). Dari hasil penelitian di Malawi tahun 1996 didapatkan bahwa pemberian vaksinasi BCG satu kali dapat memberikan perlindungan terhadap kusta sebesar 50%, sedangkan pemberian dua kali dapat memberikan perlindungan terhadap kusta sebanyak 80%, namun demikian penemuan ini belum menjadi kebijakan program di Indonesia karena penelitian beberapa negara memberikan hasil berbeda  pemberian vaksinasi BCG tersebut (Depkes RI, 2006).

2)      Pencegahan sekunder 
a)      Pengobatan pada penderita kusta
Pengobatan pada penderita kusta untuk memutuskan mata rantai penularan, menyembuhkan penyakit penderita, mencegah terjadinya cacat atau mencegah bertambahnya cacat yang sudah ada sebelum pengobatan. Pemberian Multi drug therapy pada penderita kusta terutama pada tipe Multibaciler karena tipe tersebut merupakan sumber kuman menularkan kepada orang lain (Depkes RI, 2006).
3)      Pencegahan tertier
a.       Pencegahan cacat kusta
Pencegahan tersier dilakukan untuk pencegahan cacat kusta pada penderita. Upaya pencegahan cacat terdiri atas (Depkes RI, 2006) :
Upaya pencegahan cacat primer meliputi penemuan dini penderita sebelum cacat, pengobatan secara teratur dan penangan reaksi untuk mencegah terjadinya kerusakan fungsi saraf.
Upaya pencegahan cacat sekunder meliputi perawatan diri sendiri untuk mencegah luka dan perawatan mata, tangan, atau kaki yang sudah mengalami gangguan fungsi saraf.
b.      Rehabilitasi kusta
Rehabilitasi merupakan proses pemulihan untuk memperoleh fungsi penyesuaian diri secara maksimal atas usaha untuk mempersiapkan penderita cacat secara fisik, mental, sosial dan kekaryaan untuk suatu kehidupan yang penuh sesuai dengan kemampuan yang ada padanya. Tujuan rehabilitasi adalah penyandang cacat secara umum dapat dikondisikan sehingga memperoleh kesetaraan, kesempatan dan integrasi sosial dalam masyarakat yang akhirnya mempunyai kualitas hidup yang lebih baik (Depkes RI, 2006). Rehabilitasi terhadap penderita kusta meliputi :
Ø  Latihan fisioterapi pada otot yang mengalami kelumpuhan untuk mencegah terjadinya kontraktur.
Ø  Bedah rekonstruksi untuk koreksi otot yang mengalami kelumpuhan agar tidak mendapat tekanan yang berlebihan.
Ø  Bedah plastik untuk mengurangi perluasan infeksi.
Ø  Terapi okupsi (kegiatan hidup sehari-hari) dilakukan bila gerakan normal terbatas pada tangan.
Ø  Konseling dilakukan untuk mengurangi depresi pada penderita cacat.

2.7    Konsep Terapi Medik
Tujuan utama program pemberantasan kusta adalah penyembuhan pasien kusta dan mencegah timbulnya cacat serta memutuskan mata rantai penularan dari pasien kusta terutama tipe yang menular kepada orang lain untuk menurunkan insiden penyakit. Program Multi Drug Therapy (MDT) dengan kombinasi rifampisin, klofazimin, dan DDS dimulai tahun 1981. Program ini bertujuan untuk mengatasi resistensi dapson yang semakin meningkat, mengurangi ketidaktaatan pasien, menurunkan angka putus obat, dan mengeliminasi persistensi kuman kusta dalam jaringan.


Rejimen pengobatan MDT di Indonesia sesuai rekomendasi WHO 1995 sebagai berikut:
  Tipe PB ( PAUSE BASILER)
Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa :
Rifampisin 600mg/bln diminum didepan petugas DDS tablet 100 mg/hari diminum di rumah. Pengobatan 6 dosis diselesaikan dalam 6-9 bulan dan setelah selesai minum 6 dosis dinyatakan RFT (Release From Treatment) meskipun secara klinis lesinya masih aktif. Menurut WHO(1995) tidak lagi dinyatakan RFT tetapi menggunakan istilah Completion Of Treatment Cure dan pasien tidak lagi dalam pengawasan.

             Tipe MB ( MULTI BASILER)
 Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa:
Rifampisin 600mg/bln diminum didepan petugas. Klofazimin 300mg/bln diminum didepan petugas dilanjutkan dengan klofazimin 50 mg /hari diminum di rumah. DDS 100 mg/hari diminum dirumah, Pengobatan 24 dosis diselesaikan dalam waktu maksimal 36 bulan sesudah selesai minum 24 dosis dinyatakan RFT meskipun secara klinis lesinya masih aktif dan pemeriksaan bakteri positif. Menurut WHO (1998) pengobatan MB diberikan untuk 12 dosis yang diselesaikan dalam 12-18 bulan dan pasien langsung dinyatakan RFT.

Dosis untuk anak
Klofazimin:
Umur, dibawah 10 tahun: /blnHarian 50mg/2kali/minggu, Umur 11-14 tahun, Bulanan 100mg/bln, Harian 50mg/3kali/minggu,DDS:1-2mg /Kg BB,Rifampisin:10-15mg/Kg BB

Pengobatan MDT terbaru
Metode ROM adalah pengobatan MDT terbaru. Menurut WHO(1998), pasien kusta tipe PB dengan lesi hanya 1 cukup diberikan dosis tunggal rifampisin 600 mg, ofloksasim 400mg dan minosiklin 100 mg dan pasien langsung dinyatakan RFT, sedangkan untuk tipe PB dengan 2-5 lesi diberikan 6 dosis dalam 6 bulan. Untuk tipe MB diberikan sebagai obat alternatif dan dianjurkan digunakan sebanyak 24 dosis dalam 24 jam.

Putus obat
            Pada pasien kusta tipe PB yang tidak minum obat sebanyak 4 dosis dari yang seharusnya maka dinyatakan DO, sedangkan pasien kusta tipe MB dinyatakan DO bila tidak minum obat 12 dosis dari yang seharusnya.

2.8   KATEGORI KUSTA MENURUT TIM KESEHATAN DILAPANGAN
Untuk para petugas kesehatan di lapangan, bentuk klinis penyakit kusta cukup dibedakan atas dua jenis yaitu:
1. Kusta bentuk kering (tipe tuberkuloid)
Merupakan bentuk yang tidak menular.Kelainan kulit berupa bercak keputihan sebesar uang logam atau lebih, jumlahnya biasanya hanya beberapa, sering di pipi, punggung, pantat, paha atau lengan. Bercak tampak kering, perasaan kulit hilang sama sekali, kadang-kadang tepinya meninggi. Pada tipe ini lebih sering didapatkan kelainan urat saraf tepi pada, sering gejala kulit tak begitu menonjol tetapi gangguan saraf lebih jelas.
Komplikasi saraf serta kecacatan relatif lebih sering terjadi dan timbul lebih awal dari pada bentuk basah. Pemeriksaan bakteriologis sering kali negatif, berarti tidak ditemukan adanya kuman penyebab. Bentuk ini merupakan yang paling banyak didapatkan di indonesia dan terjadi pada orang yang daya tahan tubuhnya terhadap kuman kusta cukup tinggi.

2. Kusta bentuk basah (tipe lepromatosa)
Merupakan bentuk menular karena banyak kuman dapat ditemukan baik di selaput lendir hidung, kulit maupun organ tubuh lain. Jumlahnya lebih sedikit dibandingkan kusta bentuk kering dan terjadi pada orang yang daya tahan tubuhnya rendah dalam menghadapi kuman kusta. Kelainan kulit bisa berupa bercak kamarahan, bisa kecil-kecil dan tersebar diseluruh badan ataupun sebagai penebalan kulit yang luas (infiltrat) yang tampak mengkilap dan berminyak. Bila juga sebagai benjolan-benjolan merah sebesar biji jagung yang sebesar di badan, muka dan daun telinga. Sering disertai rontoknya alis mata, menebalnya cuping telinga dan kadang-kadang terjadi hidung pelana karena rusaknya tulang rawan hidung. Kecacatan pada bentuk ini umumnya terjadi pada fase lanjut dari perjalanan penyakit. Pada bentuk yang parah bisa terjadi ”muka singa” (facies leonina).





















BAB III
PENUTUP
3.1   KESIMPULAN
1.      Kusta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman micobakterium leprae.
2.      Kusta dibagi dalam 2 bentuk,yaitu :
o   kusta bentuk kering (tipe tuberkuloid)
o   kusta bentuk basah (tipe lepromatosa)

3.      Micobakterium leprae merupakan basil tahan asam (BTA) bersifat obligat intraseluller, menyerang saraf perifer, kulit dan organ lain seperti mukosa saluran napas bagian atas, hati, sumsum tulang kecuali susunan saraf pusat

4.      Micobakterium leprae masuk kedalam tubuh manusia, jika orang tersebut memiliki respon imunitas yang tinggi maka kusta akan lebih mengarah pada tuberkuloid, namun jika respon imunitas dari tubuh orang tersebut rendah maka kusta akan lebih mengarah pada lepromatosa.

5.      Manifestasi klinik dari penderita kusta adalah adanya lesi kulit yang khas dan kehilangan sensibilitas.

6.      Penularan penyakit kusta sampai saat ini hanya diketahui melalui pintu keluar kuman kusta yaitu: melalui sekret hidung dan kontak langsung dengan kulit penderita. Selain itu ada faktor-faktor lain yang berperan dalam penularan ini diantaranya: usia, jenis kelamin, ras, kesadaran sosial dan lingkungan.

7.      Untuk pencegahan penyakit kusta terbagi dalam 3 tahapan yaitu : pencegahan secara primer, sekunder dan tersier.

8.      Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien kusta yang perlu dilakukan adalah melakukan pengkajian, pemeriksaan fisik, menentukan diagnosa keperawatan, kemudian memberikan tindakan perawatan yang komprehensip


3.2  Saran

a.      Untuk menanggulangi penyebaran penyakit kusta, hendaknya pemerintah mengadakan suatu program pemberantasan kusta yang mempunyai tujuan sebagai  penyembuhan pasien kusta dan mencegah timbulnya cacat serta memutuskan mata rantai penularan dari pasien kusta terutama tipe yang menular kepada orang lain untuk menurunkan insiden penyakit.

b.      Hendaknya masyarakat yang tinggal didaerah yang endemi akan kusta diberikan penyuluhan tentang, cara menghindari, mencegah, dan mengetahui gejala dini pada kusta untuk mempermudah pengobatanya.

c.      Karena di dunia kasus penderita kusta juga masih tergolong tinggi maka perlu diadakanya penelitian tentang penanggulangan penyakit kusta yang efektif














DAFTAR ISI
1.      Ditjen PPM dan PLP, Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit Kusta, Jakarta,
1996.
2.      Kosasih, A, Bagian Penyakit Kulit dan Kelamin, Kusta, FK-UI, 1988.
3.      Ngatimin Rusli HM, Leprophobia, Majalah Kesehatan Masyarakat, Tahun XXI,
Nomor 5, 1993.
4.      Ditjen PPM dan PLP, Buku Pegangan Kader dalam Pemberantasan Penyakit Kusta,
Jakarta, 1990.
5.      Depkes RI, Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta, 1982.

Terima Kasih Anda Telah Membaca Tulisan Ini
Judul: Epidemiologi Kusta
Ditulis Oleh OMG SHOP
Silahkan tinggalkan komentar dan sarannya demi kemajuan blog ini kedepan...., Terima kasih

1 komentar :

  1. Terima kasih makalahnya mas , sangat bermanfaat sekali ..
    oya untuk artkel yang membahas mengenai artikel rehabilitas kusta mungkin bisa juga berkunjung di website http://www.tanyadok.com/kesehatan/rehabilitasi-untuk-penderita-kusta

    BalasHapus

Scary Pumpkin 3