BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit polio atau
yang dalam istilah kedokteran disebut dengan poliomielitis adalah penyakit
lumpuh yang disebabkan oleh virus polio. Virus polio ini termasuk dalam
kelompok enteroviorus, famili Picornavirus. Jenis virus ini sangat tahan
terhadap alkohol dan lisol, namun peka terhadap formaldehide dan larutan klor.
Virus ini bisa mati dalam suhu yang tinggi namun bisa bertahan hidup selam
bertahun - tahun dalam keadaan beku. Penyakit polio ini termasuk penyakit yang menular.
Penyakit ini menyerang pada setiap orang tanpa mengenal usia, namun 50%
kasusnya terjadi pada anak berusia antara 3 - 5 tahun.
Virus polio dapat melumpuhkan bahkan membunuh. Virus ini
menular melalui air dan kotoran manusia. Sifatnya sangat menular dan selalu
menyerang anak balita. Dua puluh tahun silam, polio melumpuhkan 1.000 anak tiap
harinya di seluruh penjuru dunia. Tapi pada 1988 muncul Gerakan Pemberantasan
Polio Global. Lalu pada 2004, hanya 1.266 kasus polio yang dilaporkan muncul di
seluruh dunia. Umumnya kasus tersebut hanya terjadi di enam Negara. Kurang dari
setahun ini, anggapan dunia bebas polio sudah berakhir.
Pada awal Maret tahun 2005, Indonesia muncul kasus polio
pertama selama satu dasa warsa. Artinya, reputasi sebagai negeri bebas polio
yang disandang selama 10 tahun pun hilang ketika seorang anak berusia 20 bulan
di Jawa Barat terjangkit penyakit ini. (Lebih lanjut baca "Polio:
cerita dari Jawa Barat) Menurut analisa, virus tersebut dibawa dari
sebelah utara Nigeria. Sejak itu polio menyebar ke beberapa daerah di Indonesia
dan menyerang anak-anak yang tidak diimunisasi. Polio bisa mengakibatkan
kelumpuhan dan kematian. Virusnya cenderung menyebar dan menular dengan cepat
apalagi di tempat-tempat yang kebersihannya buruk.
Indonesia sekarang mewakili satu per lima dari seluruh
penderita polio secara global tahun ini. Kalau tidak dihentikan segera, virus
ini akan segera tersebar ke seluruh pelosok negeri dan bahkan ke Negara-negara
tetangga terutama daerah yang angka cakupan imunisasinya masih rendah.
Indonesia merupakan Negara ke-16 yang dijangkiti kembali
virus tersebut. Banyak pihak khawatir tingginya kasus polio di Indonesia akan
menjadikan Indonesia menjadi pengekspor virus ke Negara-negara lain, khususnya
di Asia Timur. Wabah polio yang baru saja terjadi di Indonesia dapat dipandang
sebagai sebuah krisis kesehatan dengan implikasi global.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan
Umum
Ø Untuk
mengidentifikasi program penanggulangan penyakit Poliomielitis
1.2.2 Tujuan
Khusus
Ø Untuk mengetahui Definisi Penyakit Poliomielitis
Ø Untuk
mengetahui Manifestasi Klinis
Ø Untuk mengetahui Etiologi Poliomielitis
Ø Untuk mengetahui Epidemiologi Poliomielitis
Ø Untuk mengetahui Faktor yang mempengaruhi timbulnya Penyakit
Poliomielitis
Ø Untuk mengetahui Perjalanan Penyakit Poliomielitis
Ø Untuk mengetahui Pencegahan Penyakit Poliomielitis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi
Penyakit Poliomielitis
Poliomielitis
merupakan penyakit yang disebabkan virus polio yang tergolong dalam Picornavirus (Suatu mikro organisme berukuran
kecil, namun menyebabkan kelumpuhan). Penyakit polio
disebabkan oleh infeksi virus yang berasal dari genus enterovirus dan famili
picorna viridae. Virus ini menular melalui kotoran atau sekret tenggorokan orang yang
terinfeksi serta melalui benda benda yang terkontaminasi.
2.2
Manifestasi
Klinis
Gejala klinik
dapat berupa :
1.
Poliomielitis
Asimtomatis (silent infection): Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat
gejala karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat
gejala klinik sama sekali.
2.
Poliomielitis
Abortif: Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala
berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala,
nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen.
3.
Poliomielitis
Non Paralitik: Gejala klinik hampir sama dengan poliomyelitis abortif, hanya
nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari
kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau
masuk ke dalam fase kedua dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini ialah
adanya nyeri dan kaku otot belakang leher,dengan hipertonia, mungkin disebabkan
oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan kolumna posterior. Bila
anak berusaha duduk dari sikap tidur , maka ia akan menekuk dengan kedua lutut
keatas sedangkan kedua tangan menunjang kebelakang ke tempat tidur dan
terliahat kekakuan otot spinal oleh spasme. Kuduk kakau terlihat secara pasif
dengan kerning yang positif.”head drop” yaiutu bila tubuh penderita ditegakkan
kebelakang dengan menarik kedua ketiak akan menyebabkan kepala terjatuh ke belakang.
4.
Poliomielitis
Paralitik: Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai kelemahan satu
atau lebih kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul paralysis akut pada bayi
ditemukan paralysis fesika urinaria dan antonia usus.
Secara klinis
poliomielitis paralitik dapat dibedakan beberapa bentuk :
a.
Bentuk spinal
Dengan gejala
kelemahan otot leher, abdomen, tubuh, diagfrakma, toraks dan terbanyak
ektremitas bawah (tungkai bawah otot kuardrisep femoris, lengan otot
deltoisdeus), tidak terdapat gangguan sensibilitas.
b.
Bentuk bulber
Gangguan
motorik satu atau lebih saraf otak dengan atau tanpa gangguan pusat vital yakni
pernafasan dan sirkulasi
c.
Bentuk
bulbospinal
Didapatkan
gejala campuran antarabentuk spinal dan bentuk bulbar.
d.
Bentuk ensefalitik
Dapat disertai
gejala delirium, kesadaran yang menurun, tremor dan kadang-kadang kejang.
Adapun jenis-jenis polio dan gejalanya antara lain :
1.
Polio Non-Paralisis
Polio
non-paralisis menyebabkan demam, muntah, saki perut, lesu dan sensitif. Terjadi
kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh.
2.
Polio Paralisis Spinal
Strain
poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk
anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai.
Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu
penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling
sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus
ini akan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus dan diangkut seluruh
tubuh. Poliovirus menyerang saraf tulang belakang dan neuron motor yang
mengontrol gerak fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun,
pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini
biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang
otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat menyebar sepanjang
serabut saraf. Seiring dengan berkembang biaknya virus dalam sistem saraf
pusat, virus akan menghancurkan neuron motor. Neuron motor tidak memiliki
kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi
terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan
tungkai menjadi lemas kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP).
Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang
tubuh dan otot pada toraks (dada) dan abdomen (perut), disebut quadriplegia.
3.
Polio Bulbar
Polio jenis ini
disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut
terserang. Batang otak mengandung neuron motor yang mengatur pernapasan dan
saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol pergerakan
bola mata saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi,
kelenjar air mata, gusi, dan otot muka, saraf auditori yang mengatur
pendengaran, saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbgai
fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim
sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan
leher ( Wilson, 2001 ).
2.3
Etiologi
Poliomielitis
Penyebab polio adalah virus
polio.Virus polio merupakan RNA virus dan termasuk famili Picornavirus dari
genus Enterovirus. Virus polio adalah virus kecil dengan diameter 20-32 nm,
berbentuk spheris dengan struktur utamanya RNA yang terdiri dari 7.433
nukleotida, tahan pada pH 3-10, sehingga dapat tahan terhadap asam lambung dan
empedu. Virus tidak akan rusak dalam beberapa hari pada temperatur 20
– 80 C, tahan terhadap gliserol, eter, fenol 1% dan bermacam-macam
detergen, tetapi mati pada suhu 500 – 550 C selama 30
menit, bahan oksidator, formalin, klorin dan sinar ultraviolet. Selain itu,
penyakit ini mudah berjangkit di lingkungan dengan sanitasi yang buruk, melalui
peralatan makan, bahkan melalui ludah.
Secara serologi virus polio dibagi
menjadi 3 tipe, yaitu:
·
Tipe
I Brunhilde
·
Tipe
II Lansing dan
·
Tipe
III Leoninya
Tipe I yang paling sering menimbulkan epidemi yang luas dan
ganas, tipe II kadang-kadang menyebabkan wajah yang sporadic sedang tipe III
menyebabkan epidemic ringan. Di Negara tropis dan sub tropis kebanyakkan
disebabkan oleh tipe II dan III dan virus ini tidak menimbulkan imunitas
silang.
Penularan virus terjadi melalui
1. Secara langsung dari orang ke orang
2. Melalui tinja penderita
3. Melalui percikan ludah penderita
Virus masuk melalui mulut dan hidung,berkembang biak didalam
tenggorokan dan saluran pencernaan,lalu diserap dan disebarkan melalui system
pembuluh darah dan getah bening
Resiko terjadinya Polio:
a. Belum mendapatkan imunisasi
b. Berpergian kedaerah yang masih
sering ditemukan polio
c. Usia sangat muda dan usia lanjut
d. Stres atau kelehahan fisik yang luar
biasa(karena stress emosi dan fisik dapat melemahkan system kekebalan tubuh).
2.4
Epidemiologi
Penyakit Poliomielitis
Penyakit
ini tersebar diseluruh dunia. Manusia merupakan satu- satunya reservoir
penyakit poliomyelitis. Di negara yang mempunyai 4 misim, penyakit ini lebih
sering terjadi di musim panas, sedangkan di musim tropis musim tidak
berpengaruh. Penyebaran penyakit ini terutama melalui cara oral- fecal walaupun
penyebarannya melalui saluran nafas dapat juga terjadi.
Sebelum
tahun 1880 penyakit ini sering terjadi secara sporadic, dimana epidemic yang
pertama sekali dilaporkan dari Scandinavia dan Eropa Barat, kemudian Amerika
Serikat. Pada akhir tahun 1940-an dan awal tahun 1950-an epidemic Poliomielitis
secara teratur ditemukan di Amerika Serikat dengan 15.000 – 21.000 kasus
kelumpuhan setiap tahunnya. Pada tahun 1920, 90% kasus terjadi pada anak <5
tahun, sedangkan di awal tahun 1950-an, kejadian tertinggi adalah pada usia 5-9
tahun, bahkan belakangan ini lebih dari sepertiga kasus terjadi pada usia
>15 tahun.
Sejak
dipergunakannya vaksin pada tahun 1955 dan 1962, secara dramatis terjadi
penurunan jumlah kasus di negara maju. Di Amerika Serikat angka kejadian turun
dari 17.6 kasus Poliomielitis per 100.000 penduduk di tahun 1955 menjadi 0.4
kasus per 100.000 penduduk di tahun 1962. Sejak tahun 1972, kejadiaannya
<0.01 kasus per 100.000 penduduk atau 10 kasus per tahun.
2.5
Faktor
yang Mempengaruhi Timbulnya Penyakit Poliomielitis
Terjadinya wabah polio biasanya akibat:
· Sanitasi yang jelek
· Padatnya jumlah penduduk
· Tingginya pencemaran lingkungan oleh
tinja
· Pengadaan air bersih yang kurang
2.6
Perjalanan
Penyakit Poliomielitis
Bila
tertelan virus yang virulen, maka akan terjadi multiplikasi di orofaring dan
mukosa usus. Invasi sistemik terjadi melalui sistem limfatik dan kemudian
darah. Kira-kira 7-10 hari setelah tertelan virus, kemudian terjadi penyebaran,
termasuk ke susunan syaraf pusat. Penyebaran virus polio melalui syaraf belum
jelas diketahui. Penyakit yang ringan (minor illness) terjadi pada saat
viremia, yaitu kira-kira hari ketujuh , sedangkan major illness ditemukan bila
konsentrasi virus di susunan syaraf pusat mencapai puncaknya yaitu pada hari
ke-12 sampai 14.
Penularan dapat melalui:
a. Inhalasi
b. Makanan dan Minuman
c. Bermacam serangga seperti lipas dan
lalat.
Penyebaran dipercepat bila ada wabah
atau pada saat yang bersamaan dilakukan pula tindakan bedah seperti
tonsilektomi ,ekstraksi gigi dan penyuntikan.Walaupun penyakit ini merupakan
salah satu penyakit yang harus segera dilaporkan ,Namun data epidemiologi yang
sukar didapat.Dalam salah satu symposium imunisasi dijakarta(1979) dilaporkan
bahwa:
1. Jumlah anak berumur 0-4 tahun yang
tripel negative makin bertambah (10%)
2. Insiden polio berkisar 3,5-8/100.000
penduduk.
3. Paralytic rate pada golongan 0-14 tahun
dan setiap tahun bertambah dengan 9.000 kasus.
Mortalitas tinggi terutama pada poliomyelitis tipe paralitik
,disebabkan oleh komplikasi berupa kegagalan nafas ,sedangkan untuk tipe ringan
tidak dilaporkan adanya kematian.Walaupun kebanyakan poliomyelitis tidak jelas
/inapparent (90-95%);hanya 5-10% yang memberikan gejala poliomyelitis
2.7
Pencegahan
Penyakit Poliomielitis
· Jangan masuk ke daerah wabah
· Di daerah wabah sebaiknya dihindari
faktor – faktor predisposisi seperti tonsilektomi, suntik, dan lain – lain.
· Mengurangi aktifitas jasmani yang
berlebihan
· Imunisasi aktif
Imunisasi polio yang harus diberikan
sesuai rekomendasi WHO adalah sejak lahir sebanyak 4 kali dengan interval 6-8
minggu. Kemudian, diulang usia 1,5 tahun, dan 15 tahun. Upaya ketiga adalah
survailance accute flaccid paralysis atau penemuan penderita yang dicurigai
lumpuh layuh pada usia di bawah 15 tahun. Mereka harus diperiksa tinjanya untuk
memastikan karena polio atau bukan.Tindakan lain adalah melakukan mopping-up.
Yakni, pemberian vaksinasi massal di daerah yang ditemukan penderita polio
terhadap anak usia di bawah lima tahun tanpa melihat status imunisasi polio
sebelumnya.
2.8
Penanggulangan
Penyakit Poliomielitis
1. Memberi imunisasi polio pada semua anak sebanyak empat
kali sebelum usia satu tahun sebagai bagian imunisasi rutin untuk mencegah
tujuh penyakit utama anak (tuberkulosis/meningitis, polio, dipteri, pertusis,
tetanus, campak, hepatitis B).
2. Melalui Pekan Imunisasi Nasional semua anak di bawah usia lima
tahun diberi dua dosis vaksin polio dengan tenggang waktu satu bulan.
3. Sistem pengamatan dibuat
sedemikian rupa sehingga tak ada kasus polio yang tak teridentifikasi.
4. Mengirim tim untuk melakukan
imunisasi dari rumah ke rumah di wilayah virus polio dicurigai masih beredar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang dapat
mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanen, Jenis polio ada 3 yaitu
Polio Non-Paralisis, Polio Paralisis Spinal, Polio Bulbar.
2.
Gejala polio meliputi demam, lemas, sakit kepala, muntah, sulit buang air
besar, nyeri pada kaki/tangan, kadang disertai diare. Kemudian virus menyerang
dan merusakkan jaringan syaraf , sehingga menimbulkan kelumpuhan yang permanen.
3.
Terjadinya
wabah polio biasanya akibat:
· Sanitasi yang jelek
· Padatnya jumlah penduduk
· Tingginya pencemaran lingkungan oleh
tinja
· Pengadaan air ber`sih yang kurang
4.
Penularan
dapat melalui:
a. Inhalasi
b. Makanan dan Minuman
c. Bermacam serangga seperti lipas dan
lalat.
5.
Pencegahan Penyakit Poliomielitis
· Jangan masuk ke daerah wabah
· Di daerah wabah sebaiknya dihindari
faktor – faktor predisposisi seperti tonsilektomi, suntik, dan lain – lain.
· Mengurangi aktifitas jasmani yang
berlebihan
· Imunisasi aktif
3.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan kepada masyarakat agar
terhindar dari penginfeksian penyakit poliomeilitis yang disebabkan oleh virus yang disebut
dengan poliovirus ini adalah:
a. Jagalah sanitasi lingkungan anda, sanitasi lingkungan
merupakan hal yang sepele namun sangat penting. Apabila sanitasi lingkungan
kita tidak dijaga, maka dapat menimbulkan berbagai macam penyakit tidak hanya
penyakit poliomielitis.
b. Jagalah makanan ataupun minuman yang akan dikonsumsi karena
hal ini sangat penting dimana makanan atau minuman menjadi tempat perantara
penyebaran penyakit poliomielitis.
c. Untuk pencegahannya yaitu diberikan vaksin polio idealnya
pada anak-anak agar dapat diantisipasi penyakit poliomielitis ini.
Judul: epidemiologi poliomeningitis
Ditulis Oleh OMG SHOP
Silahkan tinggalkan komentar dan sarannya demi kemajuan blog ini kedepan...., Terima kasih
Tidak ada komentar :
Posting Komentar