Selasa, 02 Desember 2014

Program Penanggulangan Penyakit Menular Penanggulan Hepatitis



TUGAS PROGRAM PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR

PENANGGULAN HEPATITIS



Oleh:
Febri Susnanda                     1311216035
Shintia Tri Handayani          1311216025
Niko Perdana                                    1311216103
Seri Fauziah                           1311216003


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ANDALAS
2013/2014






BAB I
PENDAHULUAN
A.    Pendahuluan
Hepatitis adalah peradangan yang terjadi pada hati yang disebabkan oleh infeksi atau toksin termasuk alkohol. (Elizabeth J. Corwin. 2001)
Infeksi virus hepatitis merupakan seuatu masalah kesehatan yang cukup banyak di Indonesia. Dari berbagai penelitian yang ada, frekuensi pengidap hepatitis berkisar antara angka 3-20%. Dan ada juga penelitian yang menyebutkan angka yang bervariasi dari setiap daerah, tergantung tingkat endemitasnya.
Dengan frekuensi yang cukup besar, kita perlu mengetahui sebab- akibat dari penyakit tersebut dan yang paling penting adalah cara pencegahannya. Dalam makalah ini akan memberikan beberapa keterangan dari penyakit hepatitis, khususnya hepatitis A, B dan C.

B.     Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
Untuk menambah pengetahuan tentang cara penanggulangan penyakit menular Hepatitis.
2.      Tujuan Khusus
·         Untuk mengetahui definisi hepatitis
·         Untuk mengetahui epidemiologi penyakit hepatitis
·         Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit hepatitis.
·         Untuk mengetahui tentang perjalanan penyakit.
·         Untuk mengetahuipencegahan penyakit hepatitis.







BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Hepatitis
Berikut merupakan beberapa pengertian dari hepatitis.
1)    Hepatitis adalah istilah umum yang berarti radang hati. “Hepa” berarti kaitan dengan hati, sementara “itis” berarti radang (Seperti di atritis, dermatitis, dan pankreatitis) (James, 2005: 4).
2)    Hepatitis merupakan infeksi pada hati, baik disebabkan oleh virus atau tidak. Hepatitis yang disebabkan  oleh virus ada tiga tipe, yaitu tipe A, tipe B, dan tipe C. hepatitis yang tidak disebabkan oleh virus biasanya disebabkan oleh adanya zat-zat kimia atau obat, seperti karbon tetraklorida, jamur racun, dan vinyl klorida (Asep suryana abdurahmat, 2010: 153).
3)    Hepatitis adalah peradangan atau inflamasi pada hepar yang umumnya terjadi akibat infeksi virus, tetapi dapat pula disebabkan oleh zat-zat toksik. Hepatitis berkaitan dengan sejumlah hepatitis virus dan paling sering adalah hepatitis virus A, hepatitis virus B, serta hepatitis virus C (Sue hanclif,  2000: 105).
4)    Hepatitis adalah peradangan hati yang akut karena suatu infeksi atau keracunan (Clifford anderson, 2007:,243).
Dari beberapa pengetian hepatitis di atas pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu hepatitis merupakan peradangan pada hati yang disebabkan oleh virus maupun tidak disebabkan oleh virus.

B.     Etiologi Hepatitis
Menurut Price dan Wilson (2005: 485) Secara umum hepatitis disebabkan oleh virus. Beberapa virus yang telah ditemukan sebagai penyebabnya, berikut ini.
1)    Virus hepatitis A (HAV)
2)    Virus hepatitis B (HBV)
3)    Virus hepatitis C (HCV)
4)    Virus hepatitis D (HDV)
5)    Virus hepatitis E (HEV)
6)    Hepatitis F (HFV)
7)    Hepatitis G (HGV)
Namun dari beberapa virus penyebab hepatitis, penyebab yang paling dikenal adalah HAV (hepatitis A) dan HBV (hepatitis B). Kedua istilah tersebut lebih disukai daripada istilah lama yaitu hepatitis “infeksiosa” dan hepatitis “serum”, sebab kedua penyakit ini dapat ditularkan secara parental dan nonparental (Price dan Wilson, 2005: 243). Hepatitis pula dapat disebabkan oleh racun, yaitu suatu keadaan sebagai bentuk respons terhadap reaksi obat, infeksi stafilokokus, penyakit sistematik dan juga bersifat idiopatik (Sue hincliff, 2000: 205).

C.    GejalaHepatitis
Gejala demam merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang timbul karena diproduksinya senyawa kimia interleukin (suatu protein hormon) sebagai respon terhadap adanya infeksi mikroba atau adanya jaringan tubuh yang terluka. Meningkatnya suhu tubuh (demam) akan menyebabkan mikroba tertentu yang ada dalam tubuh kita menjadi mati. Hal ini dikarenakan ketidakmampuan mikroba tersebut dalam mentoleransi kenaikan suhu 20-30oC di atas ambang normal suhu optimumnya.
Pada kebanyakan orang terutama anak-anak apabila terinfeksi hepatitis B tidak menimbulkan gejala. Gejala baru timbul apabila seseorang telah terinfeksi selama 6 minggu. Gejala yang timbul dapat berupa kehilangan nafsu makan, mual, muntah-muntah, lemas, merasalelah, nyeri perut terutama di sekitar hati, urin berwarna gelap, kulit menjadi kuning, dan juga terlihat terutama pada mata, serta kadang - kadang pula disertai nyeri otot dan tulang - tulang. Gambaran klinis infeksi akut HVA dapat sangat beragam berupa bentuk yang asimtomatik atau simtomatik yang mungkin anikterik atau dengan ikterik dan biasanya pada anak lebih ringan serta singkat dibandingkan dengan dewasa.
Ø  Hepatitis Asimtopatik
Infeksi yang asimtomatik ini selanjutnya dapat dibagi menjadi sub-klinik atau tidak nyata (inapparent). Infeksi sub-klinik ditandai dengan adanya kelainan fungsi hati, yaitu peningkatan aminotransferase serum,sementara infeksi tak nyata hanya dapat diketahui dari pemeriksaan serologik.


Ø  Hepatitis simtopatik
Gejala dan perjalanan penyakit hepatitis virus secara klinis dapat dibedakan dalam 4 stadium yaitu masa inkubasi, pra-ikterik, ikterik, dan fase penyembuhan.

Hepatitis A
Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala, sedangkan pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri perut, mata kuning dan hilangnya nafsu makan. Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu. Orang yang terinfeksi hepatitis A akan kebal terhadap penyakit tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak berlanjut ke hepatitis kronik. Masa inkubasi 30 hari.

Hepatitis  B
Gejala mirip hepatitis A, mirip flu, yaitu hilangnya nafsu makan, mual, muntah, rasa lelah, mata kuning dan muntah serta demam. Penularan dapat melalui jarum suntik atau pisau yang terkontaminasi, transfusi darah dan gigitan manusia.
Pengobatan dengan interferon alfa-2b dan lamivudine, serta imunoglobulin yang mengandung antibodi terhadap hepatitis-B yang diberikan 14 hari setelah paparan. Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif sudah tersedia sejak beberapa tahun yang lalu. Yang merupakan risiko tertular hepatitis B adalah pecandu narkotika, orang yang mempunyai banyak pasangan seksual.

Hepatitis C
Hepatitis C sering dialami penduduk Indonesia, penyakit ini ditularkan melalui cairan tubuh. Virus Hepatitis B dan Hepatitis C dapat ditularkan melalui hubungan seksual, jarum suntik, dan transfusi darah. Virus biasanya dimulai dengan demam, pegal otot, mual, mata menjadi kuning, dan air seni berwarna kemerahan seperti air teh. Namun, tidak semua orang mengalami gejala seperti itu.
Gejala Hepatitis C biasanya lebih ringan dibandingkan dengan Hepatitis A atau B. Setelah terserang Hepatitis A pada umumnya penderita sembuh secara sempurna, tidak ada yang menjadi kronik.
Pada bayi dan anak kecil, umumnya tidak terdapat gejala yang jelas namun biasanya terdapat keluhan awal seperti tidak nafsu makan, mual, muntah, sakit kepala, lemah badan, nyeri sendi dan otot, dan memungkinkan nyeri perut kanan atas karena pembesaran hati. Gejala ini dapat terjadi pada 1-2 minggu pertama sebelum akhirnya muncul gejala hepatitis yang khas yaitu perubahan warna urine (menjadi berwarna gelap seperti air teh) dan feses seperti warna tanah atau dempul. Selain itu warna pada mata dan kulit menjadi kekuningan menyolok dan disertai rasa gatal pada kulit.

D.    TransmisiPenyakit Hepatitis
Transmisi Hepatitis A
HAV menularmelaluimakanan/minuman yang tercemarkotoran (tinja) dariseseorang yang terinfeksimasukkemulut orang lain. HAV terutamamenularmelaluimakananmentahatautidakcukupdimasak, yang ditanganiataudisiapkanolehseseorangdengan hepatitis A (walaupunmungkindiatidakmengetahuidirinyaterinfeksi).Minum air atauesbatu yang tercemardengankotoranadalahsumberinfeksilain, sertajugakerang-kerangan yang tidakcukupdimasak. HAV dapatmenularmelalui ‘rimming’ (hubunganseks oral-anal, atauantaramulutdandubur).HAV sangatjarangmenularmelaluihubungandarah-ke-darah.

Transmisi Hepatitis B
Ada duamacamcaratransmisi Hepatitis B, yaitutransmisivertikaldantransmisihorisontal.
a.       Transmisi vertical
Penularanterjadipadamasapersalinan (Perinatal).VHB ditularkandariibukepadabayinya yang disebutjugapenularan Maternal Neonatal.Penularancarainiterjadiakibatibu yang sedanghamilterserangpenyakit Hepatitis B akutatauibumemangpengidapkronis Hepatitis B (Dalimartha, 2004).
b.      Transmisi horizontal
Adalahpenularanataupenyebaran VHB dalammasyarakat.Penularanterjadiakibatkontakeratdenganpengidap Hepatitis B ataupenderita Hepatitis B akut.Misalnyapada orang yang tinggalserumahataumelakukanhubunganseksualdenganpenderita Hepatitis B (Dalimartha, 2004).
Cara transmisi paling utama di duniaialahdariibukepadabayinyasaat proses melahirkan. Kalaubayinyatidakdivaksinasisaatlahirbayiakanmenjadi carrier seumurhidupbahkannantinyabisamenderitagagalhatidankankerhati. Selainitupenularanjugadapatterjadilewatdarahketikaterjadikontakdengandarah yang terinfeksi virus Hepatitis B (Misnadiarly, 2007).

Transmisi Hepatitis C
Proses transmisinyamelaluikontakdarah (transfusi, jarumsuntik yang terkontaminasi, serangga yang menggigitpenderitalalumengigit orang lain disekitarnya).
Penggunanarkobasuntikan (IDU) yang memakaijarumsuntikdanalatsuntiklainsecarabergantianberisiko paling tinggiterkenainfeksi HCV. Antara 50 dan 90 persen IDU dengan HIV jugaterinfeksiHCV.Halinikarenakedua virus menulardenganmudahmelaluihubungandarah-ke-darah. HCV dapatmenyebardaridarah orang yang terinfeksi yang masukkedarah orang lain melaluicara yang berikut:
·         Memakaialatsuntik (jarumsuntik, semprit, dapur, kapas, air) secarabergantian;
·         Kecelakaanketusukjarum;
·         Luka terbukaatauselaputmukosa (misalnya di dalammulut, vagina, ataudubur); dan
·         Produkdarahatautransfusidarah yang tidakdiskrining.

E.     Riwayat Alamiah Penyakit Hepatitis
a.       MasaInkubasidanMasaKlinis
Masainkubasi virus hepatitis A adalah 15-49 hari, dengan rata-rata 28-30 hari.Padatahapinkubasiini, gejalainfeksi hepatitis A belumterlihat.Sedangkanpada Hepatitis B, masainkubasinya (saatterinfeksisampaitimbulgejala) sekitar 24-96 minggu (Misnadiarly, 2007).MenurutSudoyo (2006), masainkubasi VHB berkisardari 15–180 hari (rata-rata 60-90 hari).

b.      Masa Laten dan Masa Infeksi
Hepatitis A :Pada masa laten, virus ditemukan pada tinja orang yang terinfeksi, mencapai puncak 1-2 minggu sebelum timbulnya gejala dan berkurang cepat setelah gejala disfungsi hati muncul bersamaan dengan timbulnya sirkulasi antibodi HAV di dalam darah.
Pada tahap infeksi, infektivitas maksimum terjadi pada hari-hari terakhir dari separuh masa inkubasi dan terus berlanjut beberapa hari hingga muncul gejala ikterus.

F.     Gambaran Epidemiologi Umum Hepatitis
Hepatitis A merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati di dunia. Hepatitis A terjadi secara sporadis di seluruh dunia, dengan kecenderungan pengulangan siklus epidemi. Di dunia prevalensi infeksi virus hepatitis A sekitar 1.4 juta jiwa setiap tahun (WHO) dengan prevalensi tertinggi pada negara berkembang. Epidemi yang terkait dengan makanan atau air yang terkontaminasi dapat meletus eksplosif, seperti epidemi di Shanghai pada tahun 1988 yang mempengaruhi sekitar 300 000 orang.
Infeksi Hepatitis B ditemukan di seluruh dunia, dengan tingkat prevalensi yang berbeda-beda antar negara. Pembawa infeksi kronis merupakan reservoir utama, di beberapa negara, khususnya di negara-negara belahan timur, 5-15 dari semua orang membawa virus, meskipun sebagian besar tidak menunjukkan gejala. Pasien dengan infeksi HIV, 10% adalah pembawa kronis hepatitis B. Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa 1,5 juta orang terinfeksi hepatitis B, dan diperkirakan 300.000 kasus baru terjadi setiap tahunnya. Sekitar 300 orang ini mati dengan hepatitis fulminan akut, dan 5-10% dari pasien yang terinfeksi hepatitis B kronis menjadi pembawa virus. Sekitar 4000 orang mati per tahun karena sirosis hatiterkait hepatitis B dan 1000 karena karsinoma hepatoseluler. Sekitar 50% dariinfeksi di Amerika Serikat menular secara seksual (Wilson, 2001).
Sebelum skrining donor untuk anti-HCV (1992), HCV adalah penyebab paling umum pasca transfusi hepatitis di seluruh dunia, jumlahnya untuk sekitar 90% dari penyakit ini di Amerika Serikat. Studi yang dilakukan pada 1970 menunjukkan bahwa sekitar 7% dari penerima transfusi menderita hepatitis NANB, dan bahwa sampai 1% dari darah unit mungkin berisi virus. Pengenalan skrining anti-HCV telah mengurangi transmisi hingga hampir 100%.
Saat ini diAmerika Serikat, HCV menyumbang sekitar 20% dari kasus hepatitis virus akut, kurang dari 5% berhubungan dengan transfusi darah. Prevalensi anti-HCV tertinggi pada pengguna narkoba suntik dan penderita penyakit darah (hingga 98%), sangat bervariasi pada pasien hemodialisis (<10% -90%), prevalensi rendah pada heteroseksual dengan mitra seksual multipel, pria homoseksual, pekerjakesehatan dan kontak keluarga orang terinfeksi HCV (1% -5%), dan terendah didonor darah sukarela (0,3% -0,5%). Dalam populasi umum bervariasi (0,2%-18%). Daerah prevalensi tinggi meliputi negara-negara di belahan timur, Negara-negara Mediterania dan daerah-daerah tertentu di Afrika dan Eropa Timur (WHO, 2010).

G.    Gambaran Epidemiologi Hepatitis di Indonesia
Penyakit hepatitis A ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya. Secara global, virus hepatitis merupakan penyebab utama viremia yang persisten. Di Indonesia berdasarkan data yang berasal dari rumah sakit, hepatitis A masih merupakan bagian terbesar dari kasus-kasus hepatitis akut yang dirawat yaitu berkisar 39,8-68,3% (Sanitoso, 2007). Pada tahun 2002-2003 terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) hepatitis dengan 80% penderita berasal dari kalangan mahasiswa. Dari data penderita hepatitis pada mahasiswa menunjukkan 56% mahasiswa tersebut terbiasa makan di warung atau pedagang kuliner kaki lima dengan hygiene sanitasi yang tidak baik (Laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, 2003).
Pada tahun 2010, prevalensi penyakit infeksi virus hepatitis A mencapai angka 9.3% dari total penduduk 237.6 juta jiwa. Di sumsel tahun 2007 dengan jumlah penduduk 7.019.964 jiwa, prevalensi hepatitis A adalah 0.2-1.9%.
Di Indonesia, kurang lebih 10 persen (3,4-20,3%) dari populasi adalah pembawa virus hepatitis B (HBV). Prevalensi ini tidak menurun. Di Jakarta, hampir 9 persen pengguna narkoba suntikan (IDU) HBsAg+ (mempunyai infeksi HBV kronis, dan dapat menular pada orang lain). Namun di Asia-Pasifik, kebanyakan penularan terjadi dari ibu-ke-bayi, dan 90 persen anak yang terinfeksi tetap mempunyai infeksi kronis waktu menjadi dewasa. Penyakit hepatitis biasanya juga didapat karena seseorang telah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi, susu, atau air. Pada tahun 2001, ada lebih dari 10.000 kasus infeksi hepatitis akut  dilaporkan di AS (Anonim, 2010).
Ada empat serotipe HBV yang umum di Indonesia: adw di Sumatera, Java, Kalsel, Bali, Lombok, dan Maluku Utara; ayw di NTT/NTB lain dan Maluku; adr di Papua; ayr di Manado; dan campuran di Kalimantan, Sulawesi dan Sumbawa. Sementara genotipe B paling umum di Indonesia, tetapi juga ada C dan D. Dampak dari perbedaan serotipe dan genotipe tidak jelas.

H.    Faktor-faktor yang BerhubungandenganPenyakit Hepatitis
1.      Faktor Lingkungan
Ø  Jamban
Jenis jamban terdiri dari beraneka ragam sesuai selera dan kebutuhan yang diperlukan serta berdasarkan kemampuan perekonomian dan rancangan jamban yang baik adalah jamban berbentuk leher angsa, oleh karena pada bagian septik tank yang akan terhalang oleh air sehingga bau dan udara tidak mencemari kamar WC, juga bagian lantai harus kedap air dan terbuat dari semen atau keramik di rancang tidak licin begitu juga dinding jamban/WC terbuat tertutup, sehingga aman dari luar juga harus kedap air sehingga tidak menggangu estetika maupun kenyamanan untuk ke belakang.
Ø  Kebersihan Sanitasi Makanan dan Minuman.
Makanan yang baik untuk dikonsumsi mempunyai berbagai kriteria yang harus memenuhi persyaratan misalnya tidak mengandung kuman dan bakteri, tidak mengandung bahan berbahaya seperti : borax, formalin, zat pewarna dan lain-lain juga telah diolah dengan benar sehingga bentuk dan zat gizinya tidak rusak terutama dalam pengolahan dan penyimpanan kemudian tidak bertentangan dengan agama dan keyakinan masyarakat. Karena hal tersebut jika dilanggar akan membebani psikologis yang mengkonsumsi makanan tersebut.
Ø  Cara penanganan makanan yang baik.
Pemilihan bahan baku makanan juga sangat penting misalnya makanan tersebut harus bersih dan segar. Kemudian juga disimpan pada suatu tempat yang aman dan tertutup, disamping juga pengguanaan alat-alat dapur yang bersih selanjutnya mencuci sayuran atau makanan sebelum diolah dan tidak lupa juga menyimpan makanan yang telah matang di lemari atau ditutup dengan tutup saji sesuai alat penyajian
Ø  Kebersihan Air Minum
Air minum yang sehat mempunyai berbagai syarat seperti : jernih, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa dan bebas dari kuman, oleh karena air juga merupakan tempat pembiakan kuman tertentu. Oleh karena itu sangat penting di perhatikan sanitasi tentang air minum. Adapun aturan dalam menkonsumsi air minum misalnya : air minum dimasak sampai mendidih agar kuman-kumannya mati, kemudian minumlah minimal 6-8 gelas setiap hari dan bila minuman air dari kemasan harus diproses sesuai ketentuan pemerintah.
Ø  Sumber Mata Air
Sektor kesehatan bertanggung jawab dalam pembinaan teknis konstruksi sarana air bersih dan juga sektor yang lain yang terkait. Disamping itu juga sektor kesehatan punya peran sebagai penyuluh dan pembanding demi untuk pembinaan kualitas air yang baik. Adapun yang dimaksud dengan penyehatan air adalah pengamanan dan penetapan kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia, dalam kaitannya dengan hal tersebut selayaknya air bersih yang digunakan selain memenuhi syarat kualitas untuk kebutuhan kesehatan misalnya minum, mandi, cuci.
Dalam kejadian Hepatitis , faktor penjamu (Host), penyebab (Agent) dan lingkungan (Environment) yang mempunyai pengaruh sangat besar adalah :
·         Faktor penyebab (Agent) yaitu virus Hepatitis A.
·         Faktor penjamu (Host) yaitu perilaku (personal hygiene), immunisasi, status gizi, keturunan, umur dan jenis kelamin.
·         Faktor lingkungan (Environment) yaitu lingkungan fisik maupun lingkungan biologi, lingkungan fisik dapat berupa Mandi Cuci Kakus (MCK), pengolahan dan penyimpanan makanan dan minuman, sedangkan lingkungan biologi dapat berupa keberadaan lalat, keberadaan kecoa dan keberadaan tikus.
·         Faktor pelayanan kesehatan (Medical Care Service) juga mempengaruhi tinggi rendahnya derajat kesehatan.
2.      Faktor Resiko Hepatitis
·         Kualitas bakteriologis air
·         Jenis tempat atau sarana yang digunakan untuk buang air besar
·         Kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar
·         Kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih
·         Pemakai narkoba suntik
·         Pemakaian tatto
·         Riwayat hepatitis dalam keluarga
·         Transfusi darah
·         Janin yang dikandung oleh ibu yang menderita hepatitis.

I.       PencegahanPenyakit Hepatitis
Dalam hal mencegah hepatitis ini terbagi menjadi dua kategori pencegahan penyakit hepatitis ini. Yaitu pencegahan penyakit hepatitis secara umum dan juga pencegahan penyakit hepatitis secara khusus. Karena penyakit hepatitis ini adalah karena virus dan sebagian besar menular melalui darah atau pun cairan tubuh yang tercemar dengan virus hepatitis ini maka kita harus benar-benar waspada akan penularan penyakit hepatitis ini.
Yang termasuk kategori mencegah penularan penyakit hepatitis secara umum adalah sebagai berikut :
1.      Menghindari kontak seksual atau hubungan badan dengan penderita hepatitis B, termasuk dalam hal ini kontak dengan cairan tubuh seperti ludah dan juga sperma.
2.      Menghindari pemakaian alat suntik yang tidak steril ( dalam dunia kesehatan harus menggunakan alat suntik sekali pakai ), alat tatto, alat tindik, pemakaian narkoba yang menggunakan jenis alat suntik sebagai medianya, berganti-ganti pasangan.
3.      Pada ibu hamil untuk mengadakan skrining pada awal kehamilan serta juga setelah memasuki trimester ke III kehamilan.
Dan yang masuk dalam mencegah dan pencegahan penyakit hepatitis secara khusus adalah dengan melakukan imunisasi aktif. Imunisasi aktif hepatitis ini adalah bertujuan jalur transmisi penyebaran penyakit hepatitis ini melalui program imunisasi bayi baru lahir dan kelompok resiko tinggi tertular hepatitis.
Pencegahan Hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitis C
Hepatitis memiliki banyak tipe, untuk mencegah penyakit hepatitis agar tidak menjangkit dan berkembang semakin parah perlu dilakukan upaya pencegahan yang lebih signifikan. Setiap tipe hepatitis memiliki pencegahan tersendiri dengan cara yang berbeda dari setiap tipe hepatitis.
Berikut ini akan diberikan beberapa ulasan upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah penyakit hepatitis dengan beragam tipe, diantaranya :
1.      Upaya pencegahan untuk Hepatitis A (HAV)
Penyakit hepatitis dapat menghinggap siapa saja tidak memandang segi usia atau faktor ekonomi. Hepatitis dapat menyerang mulai dari balita, anak-anak hingga orang dewasa. Untuk hepatitis A bila menyerang anak-anak mulai dari 1-18 tahun dapat dilakukan vaksinasi dengan pemberian dosis vaksin 2 atau 3 tetes dosis vaksin sesuai dengan standar pengobatan. Sedangkan untuk orang dewasa dengan pemberian vaksinasi yang lebih besar dengan jangka waktu pemberian vaksin 6-12 bulan setelah dosis pertama vaksin.
Dengan pemberian vaksinasi ini merupakan upaya pencegahan yang efektif dapat bertahan 15-20 tahun atau lebih. Pemberian vaksin bertujuan mencegah sebelum terjadinya infeksi dari virus hepatitis A dan memberikan perlindungan terhadap virus sedini mungkin 2-4 minggu setelah vaksinasi.

Pemberian vaksinasi untuk hepatitis A, diberikan kepada :
·         Mereka yang menggunakan obat-obat terlarang (psikotropika/narkoba) dengan menggunakan jarum suntik.
·         Mereka yang bekerja sebagai pramusaji, terutama mereka yang memiliki makanan yang kurang mendapatkan perhatian akan keamanan dan kebersihan dari makanan itu sendiri.
·         Orang yang tinggal dalam satu pondok atau asrama yang setiap harinya berkontak langsung. Mungkin diantara penghuni pondok asrama memiliki riwayat penyakit hepatitis A.
·         Balita dan anak-anak yang mungkin tinggal dalam lingkungan yang memiliki tingkat resiko yang lebih tinggi akan hepatitis.
·         Seseorang yang suka melakukan oral seks/anal.
·         Seseorang yang teridentifikasi penyakit hati kronis.
Menjaga kebersihan terhadap diri pribadi dan lingkungan sekitar tempat tinggal merupakan upaya awal yang sangat penting sebagai proses pencegahan lebih dini sebelum terjangkit atau mengalami resiko yang lebih tinggi terhadap serangan penyakit hepatitis. Selalu menjaga kebersihan dengan mengawali langkah yang mudah salah satunya dengan cara membiasakan diri untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh sesuatu.
Namun bagi mereka yang suka berpergian ke luar negeri yang mungkin di negara tersebut memiliki sanitasi yang kurang baik sebagai pencegahan tak ada salahnya untuk melakukan vaksinasi minimal 2 bulan sebelum melakukan perjalanan ke luar negeri. Akan tetapi bagi mereka yang sudah teridentifikasi terkena virus hepatitis A (HAV), globulin imun (IG) harus diberikan sesegera mungkin dengan pemberian vaksin minimal 2 minggu setelah teridentifikasi virus hepatitis A.
2.      Upaya pencegahan untuk Hepatitis B (HBV)
Pemberian vaksinasi ini juga dinilai sangat optimal dan efektif bagi mereka yang teridentifikasi hepatitis B dan dapat membantu memberikan perlindungan kurang lebih selama 15 tahun. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit menuturkan bahwa semua bayi yang baru lahir dan mereka yang sudah berusia sampai dengan 18 tahun dan dewasa diwajibkan untuk diberikan vaksin sebagai upaya perlindungan dan pencegahan terhadap resiko infeksi divaksinasi. Dengan pemberian 3 suntikan pada jangka waktu 6-12 bulan wajib memberikan perlindungan penuh.
Semua anak, para remaja dan orang dewasa pun serta mereka yang aktif secara seksual perlu diberikan vaksinasi. Terutama bagi mereka yang bekerja langsung menangani darah atau produk darah seperti pendonor atau pekerja laboratoruim setiap harinya harus diberikan vaksin. Mereka yang menggunakan obat terlarang dengan menggunakan jarum suntik juga sangat dilarang untuk saling bergantian atau menggunakan jarum suntik yang sama, sedotan kokain atau jenis lainnya.


3.      Upaya pencegahan Hepatitis C (HCV)
Tidak ada vaksin untuk mencegah virus dari hepatitis C ini . Pemberian vaksin pada hepatitis A dan B tidak memberikan sistem imunitas atau kekebalan terhadap virus hepatitis C. Hanya saja upaya preventif untuk mencegah dan mengobati virus hepatitis C ini yang mungkin dapat dilakukan adalah sama halnya dengan pemberian vaksin yang sama seperti hepatitis B.
Dengantiadanyavaksinterhadap hepatitis C, caraterbaikuntukmencegahinfeksiadalahuntukmengurangirisikokitatersentuholehdarah orang lain. Hal inijugaberlakuuntuk orang yang sudahterinfeksi HCV, agar menghindaripenularanpada orang lain.
Cara terbaikuntukmenghindarifaktorrisikoterbesarterhadappenularan HCV adalahuntukmenghentikanpenggunaannarkobasuntikan – atautidakmulai.Namuninitidakrealistisuntuksemuanya.Jikakitatetapmenyuntiknarkoba, kitaselaluharusmemakaialatsuntikdanpelengkapbarudansucihama, termasukjarumsuntik, semprit (insul), dapur, kapas, dan air, setiap kali kitamenyuntik. Janganmemakaialattersebutbergantian.Bilakitaharusmembaginarkoba, membaginyawaktukering (masihberbentukserbuk), ataupakaisempritbarudansucihamauntukmembaginya. Janganmengisilarutannarkobapadasemprit orang lain, dantentukandaerahsuntikanadalahbersih. Menghindarihubungandengandarah orang lain.
Janganmemakaisikatgigi, alatcukur, pemotong kuku, ataualat lain yang mungkinterkenadarahsecarabergantian. Bilaingindilakukantatoatautindikanlain, pastikandilakukanolehahli yang dapatdipercaya, dandengancara yang bersih, termasukalat yang sucihama/sekalipakai.
Walaupun HCV tidakmenularsecaraefisienmelaluihubunganseks, sebaiknyakitamemakaikondomuntukmengurangirisikomenularkanatauditularkan HIV, HCV atauinfeksimenularseksual lain.





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
      Hepatitis adalah istilah umum yang berarti radang hati. “Hepa” berarti kaitan dengan hati, sementara “itis” berarti radang (Seperti di atritis, dermatitis, dan pankreatitis) jadi  Hepatitis adalah peradangan atau inflamasi pada hepar yang umumnya terjadi akibat infeksi virus, tetapi dapat pula disebabkan oleh zat-zat toksik. Hepatitis berkaitan dengan sejumlah hepatitis virus dan paling sering adalah hepatitis virus A, hepatitis virus B, serta hepatitis virus C.
      Etiologi hepatitis yaitu disebabkan oleh beberapa virus diantaranya virus hepatitis A, virus hepatitis B, dan virus hepatitis C. Hepatitis pula dapat disebabkan oleh racun, yaitu suatu keadaan sebagai bentuk respons terhadap reaksi obat, infeksi stafilokokus, penyakit sistematik dan juga bersifat idiopatik
      Patofisiologi hepatitis yaitu adanya pembengkakan atau edema hepar yang disebabkan oleh cedera dan  nekrosis mengakibatkan gagal hati fulminan dan kematian. Perubahan ini bersifat reversibel sempurna bila fase akut penyakit mereda.
      Gejala klinis hepatitis yaitu ditandai dengan mual-mual, lemah, lesu, anoreksia. Terjadi selama beberapa hari dan mulai berkurang pada beberapa minggu. Jika terjdi selama 4-7 hari maka sesaorang tersebut mengalami stadium parikterik. Setelah menegalami satidum parikterik pasien akan mengalami stadium ikterikI yaitu, berkurangnya rasa mual, muntah, dan lesu.
Pencegahan hepatitis terbagi menjadi dua kategori, yaitu pencegahan penyakit hepatitis secara umum dan juga pencegahan penyakit hepatitis secara khusus.

B.     Saran
1)    Adapun yang menjadisaranpenuliskepada teman-teman mahasiswa agar kiranyadapatmemahamisubstansidalampenulisanmakalahinisertamengimplementasikandalamkehidupanseharí-hari, karenamengingatbetapapentingnyamempelajari penyakit hepatitis.
2)     Penderita hepatitis sebaiknya memperhatikan pola makan yang sehat, menghindari mengkonsumsi minuman keras, serta menjaga sanitasi lingkungan sekitar.





























DAFTAR PUSTAKA
Abdurahmat, Asep S. 2010. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Gorontalo: UNG
Anderson, Clifford R. 2007. Petunjuk Modern kepada Kesehatan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Azis, Sriana. 2002. Kembali Sehat dengan Obat. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. akarta: Media Aesculapius.
Price & Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Jakarta: EGC.
James & Tim Horn. 2005.hepatitits virus dan HIV. Jakarta: Sprita


Terima Kasih Anda Telah Membaca Tulisan Ini
Judul: Program Penanggulangan Penyakit Menular Penanggulan Hepatitis
Ditulis Oleh OMG SHOP
Silahkan tinggalkan komentar dan sarannya demi kemajuan blog ini kedepan...., Terima kasih

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Scary Pumpkin 3