MAKALAH
PENYAKIT
FLU BURUNG DAN FLU BABI
Dosen
Mata Kuliah :
dr.
Fauziah Elytha, MSc
Disusun
oleh :
KELOMPOK
4
Apriani Anita No.BP 1311216009
Sri Rahma Yuli No.BP
1311216029
Dwi Sarwenda No.BP 1311216045
universitas andalas PADANG
fakultas kesehatan masyarakat
2014
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Flu
atau Influenza sebenarnya bukanlah penyakit asing dan relatif mudah disembuhkan. Namun
keadaan menjadi berbeda jika jenisnya adalah flu burung atau flu babi. Kedua
jenis flu bersifat ganas, menyebabkan wabah di beberapa negara. Penyakit ini
juga sudah menjadi pandemi karena area penyebaran sangat luas antar negara,
bahkan terjadi antar benua.
Penyakit
flu burung adalah penyakit yang disebabkan oleh oleh virus Influenza A dari
family Orthomyxoviridae dengan sub tipe H5N1. Penyakit ini umumnya terdapat
pada unggas muda dan dapat ditularkan pada manusia yang bisa menimbulkan gejala
ringan sampai berat dan fatal, yaitu kematian. Penyakit flu burung juga disebut
High Pathogenic Avian Influenza (HPAI) dengan angka kematian 100%. Penyebaran
flu burung di kawasan Asia, khususnya Asia Tenggara, pada pertengahan tahun
2003 merupakan kejadian terbesar dan terluas dalam sejarah dunia.
Di
Negara-negara Asia telah terbukti penularan flu burung ke orang sebagaimana
dilaporkan di Hongkong, China, Thailand, Vietnam, Colombia, dan Indonesia, yang
telah memakan korban kematian lebih dari 90 orang meninggal dunia. Di Indonesia
sampai Maret 2006, 20 orang meninggal karena flu burung. Sementara itu,
penyebaran penyakit ini pada unggas sampai dengan Desember 2005 telah tersebar
di 23 provinsi dan 151 kabupaten/ kota.
Flu babi,
adalah penyakit influenza yang disebabkan oleh virus
influenza A subtipe H1N1 yang dapat ditularkan melalui binatang, terutama babi,
dan ada kemungkinan penularan antar manusia. Flu
babi saat ini diketahui disebabkan oleh beberapa subtipe influenzavirus A.
Angka kesakitan cenderung tinggi dan angka kematian rendah (1-4%). WHO secara resmi menyatakan wabah ini sebagai
pandemi pada 11 Juni 2009, namun menekankan bahwa pernyataan ini adalah karena
penyebaran global virus ini, bukan karena tingkat bahayanya.
WHO
menyatakan pandemi ini berdampak tidak terlalu parah di negara-negara yang
relatif maju, namun dianjurkan untuk mengantisipasi masalah yang lebih berat
saat virus menyebar ke daerah dengan sumber daya terbatas, perawatan kesehatan
yang buruk, dan bermasalah medis Laju kematian kasus (case fatality rate atau
CFR) galur pandemik ini diperkirakan 0,4 % (selang 0,3%-1,5%). Di Indonesi,
hingga 13 Juli 2009, sudah terdapat 86 kasus flu babi positif di indonesia
terdiri dari 52 laki-laki 34 perempuan.
1.2
Tujuan
1.
Mengetahui Defenisi penyakit
2.
Mengetahui Epidemiologi penyakit
3.
Mengetahui Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit
4.
Mengetahui Hubungan penjamu-bibit penyakit-lingkungan
5.
Mengetahui Perjalanan penyakit
6.
Mengetahui Pencegahan penyakit
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Flu Burung
2.1.1 Pengertian Flu Burung
Penyakit flu burung adalah penyakit
yang disebabkan oleh oleh virus Influenza A dari family Orthomyxoviridae dengan
sub tipe H5N1. Penyakit ini umumnya terdapat pada unggas muda serta dapat
menimbulkan gejala ringan sampai berat dan fatal, yaitu kematian. Penyakit flu
burung juga disebut High Pathogenic Avian Influenza (HPAI) dengan angka
kematian 100%.
2.1.2 Epidemiologi Penyakit
1. Penyebaran
Global
Pada akhir tahun
1800 dan awal 1900 telah terjadi penyebaran virus avian influenza di Eropa
melalui suatu acara pameran unggas. Dengan kejadian tersebut, Eropa dinyatakan
sebagai daerah enzootic untuk avian influenza yang berlangsung lama sampai
tahun 1930. Di Negara-negara Asia telah terbukti penularan flu burung ke orang
sebagaimana dilaporkan di Hongkong, China, Thailand, Vietnam, Colombia, dan
Indonesia, yang telah memakan korban kematian lebih dari 90 orang meninggal
dunia. Di Indonesia sampai Maret 2006, 20 orang meninggal karena flu burung.
Sementara itu, penyebaran penyakit ini pada unggas sampai dengan Desember 2005
telah tersebar di 23 provinsi dan 151 kabupaten/ kota.
2. Penyebaran
di Kawasan Asia
Penyebaran
flu burung yang disebabkan oleh virus HPAI di kawasan Asia, khususnya Asia
Tenggara, pada pertengahan tahun 2003 merupakan kejadian terbesar dan terluas
dalam sejarah dunia. Secara berturut-turut sesuai urutan pelaporan Sembilan
Negara itu adalah : Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja,
Republik Demokratik Laos, Indonesia, Cina dan Malaysia. Pada Oktober 2005, H5N1
juga telah dikukuhkan sebagai penyebab wabah unggas di Turki dan Rumania. Di
Turki sampai dengan Januari 2006 diberitakan 32 orang tersangka tertular virus
flu burung subtipe H5N1, dua orang remaja meninggal diantaranya.
3. Penyebaran
Di Indonesia
Penyakit
flu burung pertama kali di duga berada di Indonesia pada pertengahan tahun 2003
yang diawali dengan kematian sejumlah besar unggas di Kabupaten Pekalongan
Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Penyebaran selanjutnya terjadi pada bulan
September 2003 yang meluas ke Provinsi Lampung dan Sumatera Selatan. Pada bulan
Oktober 2003, dilaporkan terjadi di Provinsi JawaTimur dan Kalimantan Tengah.
Pada bulan November 2003, penyakit ini meluas lebih lanjut ke Provinsi Bali dan
pada bulan Desember 2003 ke Provinsi Kalimantan Timur. Selanjutnya 2004,
perluasan wabah terjadi di Kalimantan yaitu di Provinsi Kalimantan Barat dan
Kalimantan Selatan. Pada tahun 2005, jumlah provinsi yang terserang wabah flu
burung makin bertambah lagi berturut-turut ke Sulawesi Selatan,Sumatera Utara,
dan Aceh. Korban kematian unggas meningkat mencapai 6,27 juta ekor, dan sampai
Oktober 2005 menurun menjadi 539.984 ekor. Namun daerah penyebaran penyakit
meluas dari 9 Provinsi 53 kabupaten tahun 2003, menjadi 26 Provinsi 172
Kabupaten tahun 2006.
2.1.3 Faktor Mempengaruhi Timbulnya
Penyakit
Virus penyebab penyakit ini adalah
tipe A yang biasanya terdapat pada unggas, manusia, babi, kuda, dan
kadang-kadang mamalia yang lain, misalnya cerpelai,anjing laut, dan ikan paus.
Tetapi virus influenza tipe B dan C hanya ditemukan pada manusia. Penyakit flu
burung yang disebut pula Avian Influenza
disebabkan oleh virus Influenza A. Virus ini merupakan Virus RNA dan
mempunyai aktivitas haemaglutinin (HA) dan Neuraminidase (NA). Pembagian
subtype virus berdasarkan permukaan antigen, permukaan haemaglutinin (HA) dan
Neuraminidase (NA) yang dimilikinya. Saat ini, 15 jenis HA telah dikenali,
mulai H1 sampai H15 dan 9 jenis NA, mulai N1 sampai N9. Diantara 15 subtipe HA,
hanya H5 dan H7 yang bersifat ganas pada unggas.
Meskipun diberi nama flu burung,
namun penyakit tidak hanya menyerang burung maupun unggas saja. Flu burung
dapat menyerang:
-
Berbagai macam unggas termasuk berbagai
jenis ayam, burung laut, kalkun, burung-burung liar seperti pelican, merak,
wallet, itik dan sebangsanya. Demikian pula burung liar yang kini sudah menjadi
burung peliharaan seperti burung parkit, kakaktua, nuri dan beo.
-
Babi, kuda, macan, ikan paus, cerpelai,
dan diduga berbagai jenis mamalia yang lain diduga dapat pula tertular flu
burung.
Unggas
yang menderita flu burung dapat mengeluarkan virus berjumlah besar dalam
kotoran (feses) maupun sekreta yang dikeluarkannya. Virus flu burung mampu
bertahan hidup dalam air sampai 4 hari pada suhu 220C dan lebih dari
30 hari pada 00C. Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas yang
sakit, dapat bertahan lebih lama, namun akan mati pada pemanasan 600C
selama 30 menit atau 900C selama 1 menit. Virus mempunyai masa
inkubasi (jarak antara masuknya virus hingga terlihat gejala pada penderita)
yang pendek, yaitu antara beberapa jam sampai 3 hari, tergantung pada jumlah
virus yang masuk, rute kontak, dan spesies unggas yang terserang.
2.1.4
Gejala Klinis
Penyakit
flu burung dapat dikenali antara lain, dari gejalanya secara klinis, yang
secara menciri ditandai oleh depresi, gangguan pernafasan, kematian yang cepat
dalam jumlah yang tinggi. Sore hari peternak menjumpai sebagian besar ayamnya
masih terlihat sehat, tetapi pagi harinya telah mati. Karena kejadiannya sangat
mendadak, maka oleh peternak dugaan awal biasanya dikira akibat keracunan dalam
pakan atau air minum. Masa inkubasi bervariasi antara 2- 21 hari. Kematian
dapat terjadi antara 12 jam dari tanda awal, dan sering terjadi 48 jam atau
dapat sampai 1 minggu.
Virus
flu burung dapat menimbulkan gejala yang bervariasi pada unggas ternak, seperti
ayam dan kalkun, mulai gangguan pernafasan ringan yang bersifat tidak pathogen
sampai penyakit fatal yang bersifat pathogen.
Virus flu burung yang ganas (HPAI) ditandai oleh proses penyakit yang
cepat dan disertai tingkat kematian tinggi. Kejadian penyakit kemungkinan
berlangsung sangat cepat dan unggas mati mendadak tanpa didahului gejala
tertentu, kemudian morbiditas dan mortalitas mencapai 100
Gejala
penyakit flu burng pada manusia mirip dengan influenza yang biasa terjadi pada
manusia, antara lain seseorang akan mengalami Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) dengan gejala terjadinya demam 380C atau lebih, batuk, pilek,
sakit tenggorokan, badan lemas, pegal linu, nyeri otot, pusing, peradangan
selaput mata (mata memerah), kadang-kadang disertai mencret dan muntah. Keadaan
diatas berlanjut menjadi gejala sesak nafas yang jarang terjadi pada seseorang
yang terserang flu manusia biasa. Dugaan penyakit flu burung dapat mengarah
pada yang bersangkutan apabila dalam seminggu terakhir mengunjungi peternakan
yang sedang terjangkit penyakit flu burung, kontak dengan unggas yang dicurigai
menderita flu burung, maupun bekerja pada suatu laboratorium yang sedang
memproses specimen manusia atau hewan yang dicurigai menderita flu burung.
Namun
demikian seseorang yang menunjukkan gejala ISPA hendaknya meningkatkan
kewaspadaan apabila sebelumnya telah mengalami kontak dengan unggas terutama
dengan burung peliharaan seperti merpati, kakaktua, perkutut, maupun
burung-burung liar seperti itik, angsa dan pelikan karena seringkali virus flu
burung bersifat tidak pathogen pada hewan-hewan tersebut. Kasus flu burung pada
manusia terbagi menjadi 4 macam kasus, yakni:
1. Kasus
Observasi
Mengalami demam 380C
atau lebih disertai salah satu keadaan berikut:
-
Batuk
-
Radang tenggorokan
-
Sesak nafas
2. Kasus
Suspek atau Possible
Mengalami Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) seperti demam lebih dari 380C, batuk,
sakit tenggorokan, pilek, serta dengan salah satu keadaan :
-
Seminggu terakhir mengunjungi peternakan
yang terjangkit wabah flu burung
-
Kontak dengan penderita influenza subtype
A (H5N1)
-
Merupakan petugas laboratorium yang
memeriksa sampel orang atau hewan yang diduga menderita flu burung A (H5N1)
3. Kasus
Probable
Kasus suspek yang
disertai salah satu kejadian berikut:
-
Dalam waktu singkat, terjadi pneumonia
gagal pernafasan atau meninggal
-
Tes laboratorium mengarah ke virus
influenza subtype A (H5N1) positif (H1 test atau IFA menggunakan antibody
monoklonal)
-
Tidak ada bukti penyebab lain
4. Kasus
Confirm
Merupakan kasus suspek
atau probable dan didukung oleh salah satu hasil pemeriksaan laboratorium:
-
Kultur virus influenza subtype A (H5N1)
positif
-
PCR influenza (H5) positif
-
Terjadi peningkatan titer antibody H5
sebesar empat kali
2.1.5
Penularan Flu Burung
1 Cara Penularan
Penyakit
flu burung yang disebabkan virus flu burung subtype H5N1 dapat cepat menyebar
di antara populasi unggas dari satu kandang ke kandang yang lain dan dari satu
peternakan ke peternakan lain. Penularan penyakit dapat terjadi secara langsung
maupun tidak langsung.
Penularan
secara langsung adalah penularan dengan cara kontak langsung antara hewan
penderita flu burung dengan hewan lain yang peka maupun manusia. Namun
demikian, sejumlah penelitian masih terus dilakukan karena virus influenza A
mempunyai potensi melakukan mutasi, sehingga menghasilkan virus baru yang
sifatnya berbeda dengan virus sebelumnya. Potensi lainnya adalah virus
melakukan “persilangan” dengan virus lain, sehingga menghasilkan virus baru
dengan kombinasi sifat keduanya. Hewan yang terinfeksi mengeluarkan virus dari
saluran pernafasan, mata, dan kotoran.
Penularan
secara tidak langsung dapat terjadi melalui udara yang tercemar material atau
debu yang mengandung virus Avian Influenza, makanan, minuman, alat atau
perlengkapan peternakan, kandang, kurungan ayam, pakaian,kendaraan, peti telur
yang tercemar virus flu burung, dan semua barang yang telah pernah mengalami
kontak dengan penderita. Oleh karena itu, alat-alat yang telah berhubungan
dengan penderita flu buurng harus didesinfeksi. Kita harus tahu bahwa virus flu
burung tidak bertahan lam di udara, tetapi setelah di udara akan menempel pada
benda-benda disekitarnya. Dengan demikian, penularan diduga tidak langsung dari
udara, tetapi virus flu burung dibawa lewat udara dan menempel pada
benda-benda, lalu baru menular jika virus mengalami kontak dengan hospes yang
peka.
2. Orang yang beresiko Tinggi
Tertular
-
Orang yang bekerja di laboratorium untuk
memeriksa spesimen (sampel) hewan yang diduga menderita penyakit flu burung
atau melakukan peenlitian tentang flu burung
-
Pekerja peternakan unggas seperti anak
kandang, dokter hewan, mantra hewan, maupun petugas kesehatan hewan lain yang
sering melakukan kontak dengan unggas
-
Pekerja Rumah Potong Unggas (RPU)
terutama yang berhubungan langsung dengan unggas yang dipotong
-
Pekerja kebun binatang yang langsung
menangani binatang terutama unggas
-
Pemilik unggas dan keluarga atau
pegawainya yang bertugas mengurus unggas atau siapa pun yang sering melakukan
kontak langsung dengan unggas
-
Penjual unggas dan orang yang bekerja di
pasar burung
-
Tukang masak yang bertugas mengolah
unggas yang masih mentah
-
Orang yang bekerja menangani produk yang
dikeluarkan dari peternakan seperti orang yang mengolah kotoran unggas, bulu
dan darah untuk dijadikan pupuk, maupun pegawai perkebunan yang menggunakan
pupuk dari produk sisa peternakan unggas
-
Orang yang tinggal dekat peternakan atau
kompleks pemukiman padat unggas dengan sistem peternakan atau pemeliharaan yang
tidak benar, terutama jika dalam situasi wabah flu burung
-
Semua orang yang pernah melakukan kontak
langsung dengan unggas
2.1.6
Pencegahan Flu Burung Pada Hewan
Pencegahan flu burung pada hewan dapat
dilakukan dengan 3 jalan, yakni dengan peningkatan biosekuriti, pemberian
vaksinasi, dan depopulasi serta stamping out.
a. Biosekuriti
Adalah cara menangani
ternak secara higienis, cara meliputi semua tindakan yang merupakan pertahanan
pertama untuk mengendalikan wabah dengan mencegah semua kemungkinan kontak atau
penularan dengan peternakan yang tertular dan penyebaran penyakit. Tindakan
meliputi :
-
Melakukan pengawasan lalu lintas dan
tindakan karantina atau isolasi local peternakan tertular dan lokasi
penampungan unggas yang tertular serta membatasi secara ketat lalu lintas
kontaminan yang meliputi hewan atau unggas, produk unggas dan alas kandang.
-
Membatasi lalu lintas orang atau pekerja
dan kendaraan yang keluar masuk lokasi peternakan
-
Para pekerja dan semua orang yang ada di
lokasi peternakan harus dalam keadaan sehat
-
Untuk keamanan petugas maupun unggas,
para pekerja dan semua orang yang ada di lokasi peternakan atau penampungan
unggas tertular harus menggunakan pakaian pelindung, kacamata, masker, sepatu
pelindung, dan harus melakukan tindakan desinfeksi serta sanitasi
-
Mencegah kontak antara unggas dengan
burung liar atau burung air, tikus, lalat dan hewan lainnya.
-
Dekontaminasi dan desinfeksi adalah
tindakan untuk mensucihamakan secara tepat dan cermat terhadap pakan, air minum
dan semua peralatan, pakaian pekerja kandang, alas kaki, kendaraan dan bahan
lain yang tercemar termasuk bangunan kandang yang bersentuhan dengan unggas,
kandang atau tempat penampungan unggas.
b. Vaksinasi
Merupakan
program pengebalan dengan memasukkan virus flu burung yang sudah dilemahkan
atau dimatikan. Tujuannya adalah merangsang tubuh membentuk antibody untuk
melawan virus flu burung apabila suatu saat menyerang. Banyak peternak takut
melakukan vaksinasi pada unggasnya karena alasan takut unggasnya mati. Hal ini
kurang benar karena vaksin yang beredar saat ini adalah vaksin inaktif yang
berasal dari virus flu burung yang sudah dimatikan dan tingkat keamanannya
lebih baik. Tahun 2006, telah dibuat vaksin rekombinan inaktif yang dibuat dari
virus H5N1 lokal dengan metode reverse genetic.
Vaksin
flu burung memang cukup aman untuk hewan sehat, tetapi jika sudah terlanjur
sakit sebaiknya jangan divaksin karena keamanannya tidak bisa dijamin. Pemilik
sebaiknya melakukan program vaksinasi secara rutin dan tidak usah menunggu ada
ayam yang sakit baru divaksin karena antibody untuk melawan flu burung tidak
langsung timbul seketika. Pada umumnya, unggas akan membentuk antibody 2 minggu
setelah divaksin.
c. Depopulasi
dan Stamping Out
Tindakan ini merupakan cara mencegah
meluasnya penyakit flu burung dengan memutus mata rantai penyebaran virus flu
burung.
Depopoulasi (pemusnahan selektif) adalah
suatu tindakan mengurangi populasi unggas yang menjadi sumber penularan
penyakit. Tindakan ini dilanjutkan dengan prosedur disposal, yaitu prosedur
melakukan pembakaran dan penguburan terhadap bangkai unggas, telur, kotoran
(feses), bulu, alas kandang, pupuk, dan pakan ternak yang tercemar serta bahan
dan peralatan lain yang tercemar, tetapi tidak dapat didesinfeksi secara
efektif.
Stamping Out merupakan tindakan
pemusnahan secara menyeluruh, yaitu memusnahkan seluruh unggas yang sakit
maupun sehat pada peternakan tertular dan semua unggas yang berada dalam radius
1 km dari peternakan tertular.
2.1.7 Kebijakan Pemerintah
Melalui
keputusan Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan tertanggal 4 Februari
2004, pemerintah telah menetapkan strategi untuk melakukan pencegahan,
pengendalian, dan pemberantasan flu burung ( Avian Influenza). Prinsip tersebut
meliputi 5 hal yakni : mencegah kontak antara hewanyang peka dengan virus flu
burung, menghentikan produksi virus flu burung oleh unggas tertular,
meningkatkan resistensi hewan dengan cara vaksinasi, menghilangkan sumber
penularan virus, dan meningkatkan kesadarn masyarakat. Dalam melaksanakan
prinsip dasar, pemerintah melakukan 9 tindakan yang merupakan satu kesatuan
satu sama lainnya, sehingga kesembilannya harus dilaksanakan secara
bersama-sama tanpa terpisah-pisah untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Berikut
adalah kesembilan tindakan :
1) Pelaksanaan
Biosekuriti Secara Ketat
Tindakan biosekuriti
meliputi :
-
Melakukan pengawasan lalu lintas dan
tindakan karantina atau isolasi local peternakan tertular dan lokasi
penampungan unggas yang tertular serta membatasi secara ketat lalu lintas
kontaminan yang meliputi hewan atau unggas, produk unggas dan alas kandang.
-
Membatasi lalu lintas orang atau pekerja
dan kendaraan yang keluar masuk lokasi peternakan
-
Para pekerja dan semua orang yang ada di
lokasi peternakan harus dalam keadaan sehat
-
Untuk keamanan petugas maupun unggas,
para pekerja dan semua orang yang ada di lokasi peternakan atau penampungan
unggas tertular harus menggunakan pakaian pelindung, kacamata, masker, sepatu
pelindung, dan harus melakukan tindakan desinfeksi serta sanitasi
-
Mencegah kontak antara unggas dengan
burung liar atau burung air, tikus, lalat dan hewan lainnya.
-
Dekontaminasi atau desinfeksi
2) Tindakan
Pemusnahan Selektif Unggas (Depopulasi) di Daerah Tertular
Depopulasi atau
pemusnahan selektif merupakan tindakan untuk mengurangi populasi unggas yang
menjadi sumber penularan penyakit. Tindakan depopulasi dilakukan terhadap semua
peternakan yang tertular flu burung dan ditetapkan melalui diagnosis secara
klinis dan patologi anatomis oleh dokter hewan. Tindakan dilakukan di
peternakan tertular pada semua unggas hidup yang sakit maupun unggas sehat yang
sekandang dengan menyembelihnya sesuai prosedur pemotongan unggas yang berlaku.
Tindakan ini dilanjutkan dengan prosedur
disposal, yaitu prosedur melakukan pembakaran dan penguburan terhadap bangkai
unggas, telur, kotoran (feses), bulu, alas kandang, pupuk, dan pakan ternak
yang tercemar serta bahan dan peralatan lain yang tercemar, tetapi tidak dapat
didesinfeksi secara efektif. Pembakaran hendaknya dilakukan dalam lubang yang
telah dipersiapkan untuk penguburan atau menggunakan incinerator untuk mencegah
polusi. Lubang penguburan sebaiknya mempunyai kedalaman minimal 1,5 meter.
3) Pengebalan
( Vaksinasi)
Vaksin yang
dipergunakan adalah vaksin inaktif produksi dalam negeri atau impor yang strain
virusnya homolog dengan subtype virus isolate local (strain H5) dan telah mendapatkan
rekomendasi ( nomor registrasi) dari pemerintah. Tindakan vaksinasi hanya boleh
dilakukan di daerah tertular secara missal terhadap seluruh unggas sehat
terancam (100%) dengan cara penyuntikan saru per satu dan apabila perlu,
dilakukan boster (penyuntikan ulang). Dosis vaksin sebagai berikut :
-
Ayam petelur : umur 4-7 hari sebanyak
0,2 ml dibawah kulit pada pangkal leher, umur 4-7 minggu sebanyak 0,5 ml
dibawah kulit pada pangkal leher, umur 12 minggu sebanyak 0,5 ml di bawah kulit
pada pangkal leher atau otot dada. Pelaksanaan vaksinasi, depopulasi, serta
stamping out diulang 0,5 ml pada otot dada setiap 3-4 bulan.
-
Ayam pedaging : dilaksanakan pada umur
4-7 hari dengan dosis 0,2 ml di bawah kulit pada pangkal leher
-
Program vaksinasi pada unggas lain
disesuaikan dengan petunjuk yang tercantum pada etiket masing-masing produsen
vaksin.
4) Pengendalian
Lalu Lintas
Pengaturan
ketat terhadap pengeluaran dan pemasukan unggas hidup, telur, produk unggas,
daging unggas serta hasil olahannya, serta limbah peternakan harus memenuhi
syarat sebagai berikut :
a. Dari
daerah tertular ke daerah bebas atau terancam DILARANG mengeluarkan anak unggas
umur sehari kecuali anak unggas umur sehari bibit induk dari peternakan
pembibitan yang tidak terjadi kasus flu burung sekurang-kurangnya 30 hari
terakhir
b. Dari
daerah tertular ke daerah tertular lain diizinkan mengeluarkan anak unggas umur
sehari parent stock dan atau final stock dari peternakan pembibitan yang tidak
terjadi kasus flu burung sekurang-kurangnya 30 hari terakhir
c. Unggas
dewasa DILARANG di keluarkan dari daerah tertular ke daerah bebas atau
terancam, sedangkan dari daerah tertular ke daerah tertular lainnya diizinkan
mengeluarkan unggas dewasa yang telah mendapatkan tindakan vaksinasi,
depopulasi, serta stamping out minimal 21 hari sebelum tanggal pengeluaran
d. Dari
daerah tertular ke daerah bebas atau terancam maupun daerah tertular lainnya
diizinkan mengeluarkan telur konsumsi maupun telur tetas dari peternakan yang
bebas atau tidak pernah terjadi kasus flu burung sekurang-kurangnya 30 hari
terakhir
e. Dari
daerah tertular ke daerah bebas atau terancam maupun ke daerah tertular lainnya
diizinkan mengeluarkan karkas dan daging unggas yang tidak tertular maupun
tidak terjangkit kasus flu burung setidak-tidaknya 14 hari
f. Dari
daerah tertular ke daerah bebas atau terncam maupun daerah tertular lainnya
diizinkan mengeluarkan pakan ternak sepanjang pakan berasal dari lokasi
industry pakan ternak dan diangkut langsung ke tempat tujuan.
g. Dari
daerah tertular ke daerah bebas atau terncam maupun daerah tertular lainnya
DILARANG mengeluarkan semua jenis limbah
5) Surveilans
dan Penelusuran
Dilakukan pada semua unggas yang rentan
(beresiko tinggi) terhadap penyakit dan sumber penyakit flu burung. Surveilans
bertujuan menetapkan sumber infeksi di daerah yang baru tertular, menetapkan
sumber penyebaran atau perluasan penyakit di daerah tertular, memantau
epidemiologi dan dinamika penyakit untuk mengetahui perkembangan pengendalian
dan pemberantasan penyakit.
Penelusuran dilaksanakan bersama dengan
surveilan, dilakukan untuk menentukan sumber infeksi dan menahan secara efektif
penyebaran penyakit. Penelusuran dilakukan paling cepat 14 hari sebelum
timbulnya gejala penyakit sampai tindakan karantina mulai diberlakukan.\
6) Peningkatan
Kesadaran Masyarakat
Program sosialisasi
atau kampanye tentang penyakit flu burung kepada masyarakat dan peternak
mengingat dampak kerugian yang ditimbulkan akibat flu burung, baik secara
ekonomis maupun kesehatan masyarakat. Sosialisasi dapat diwujudkan sebagai program
pendidikan kepada masyarakat melalui seminar dan pelatihan dengan bekerjasama
dengan industry perunggasan dan asosiasi bidang peternakan.
7) Pengisian
Kembali (Restocking) Unggas
Pengisian kembali
unggas ke dalam kandang dapat dilakukan paling cepat 1 bulan setelah
pengosongan kandang dilakukan dan semua tindakan desinfeksi dan disposal
selesai dilaksanakan sesuai prosedur
8) Pemusnahan
Unggas Secara Menyeluruh ( Stamping Out)
Tindakan
dapat dilaksanakan apabila dalam kondisi;
-
Kejadian penyakit masih dapat
dilokalisasi dan tidak berpotensi menyebar secara cepat ke peternakan atau
daerah lain
-
Batasan jumlah unggas yang akan
dimusnahkan masih dianggap ekonomis oleh peternak
-
Peningkatan boisekuriti dan pembatasan
lalu lintas secara ketat harus diberlakukan terhadap peternakan tertular
-
Pelaksanaan surveilans dan penelusuran
untuk mengidentifikasi sumber penularan oleh BPPV Regional di wilayah tersebut.
9) Monitoring,
Pelaporan, dan Evaluasi
Kegiatan
monitoring bertujuan mengetahui keberhasilan suatu kegiatan dan dampak serta
permasalahan yang timbul saat kegiatan dilaksankan agar dalam perkembangan
lebih lanjut dapat disempurnakan kekurangannya.
Pelaporan
meliputi laporan situasi penyakit dan perkembangan pelaksanaan pengendalian dan pemberantasan
penyakit, produsen, serta nama vaksin yang digunakan dan pendistribusiannya.
Evaluasi
pelaksanaan, pencegahan, pengendalin dan pemberantasan flu burung bertujuan
mengetahui pencapaian target kegiatan, dampak keberhasilan, dan permasalahan
yang timbul di lapangan. Hal- hal yang di evaluasi antara lain penyediaan dan
distribusi sarana seperti vaksin, obat, maupun peralatan. Evaluasi dilaksanakan
pada akhir kegiatan oleh pemerintah pusat dan daerah diakhir tahun anggaran.
2.2 Flu
Babi
2.2.1 Pengertian
Flu Babi
Flu babi, adalah penyakit influenza yang disebabkan oleh virus influenza A subtipe H1N1 yang dapat
ditularkan melalui binatang, terutama babi, dan ada kemungkinan penularan antar
manusia. Secara umum penyakit ini mirip dengan influenza, gejala klinisnya sama.
Dari tiga genus Orthomyxoviridae yang endemik pada
manusia, dua diantaranya juga endemik pada babi, Influenzavirus A (umum
terjadi) atau influenzavirus C (jarang terjadi). Influenzavirus B tidak pernah
dilaporkan pada babi. Pada influenzavirus A dan influenzavirus C, strain
endemik pada babi dan manusia sangat berbeda.
2.2.2 Gejala dan
Definisi Kasus
Saat
terkena penyakit ini, secara umum gejalanya sangat mirip dengan influenza,
dengan tanda-tanda klinis :
-
Demam, batuk, pilek, lesu, letih, nyeri tenggorokan
-
Nafas cepat atau sesak nafas
-
Mungkin disertai mual, muntah, dan diare
Cara
penularannya melalui droplet atau percikan ludah, bersin, dan dapat juga
melalui kontak langsung mereka yang terinfeksi. Masa inkubasi virus ini 3
sampai 5 hari, meski ada pula yang menyebutkan 2-3 hari.
Definisi
kasus yang digunakan adalah :
1.
Suspek
Seseorang
dengan gejala infeksi pernafasan akut ( demam ≥ 380C ) mulai dari
gejala ringan Influenza Like Illnes
(ILI) sampai dengan Penumonia, ditambah salah satu keadaan berikut :
-
Dalam 7 hari sebelum sakit kontak dengan
kasus konfirmasi swine influenza (H1N1)
-
Dalam 7 hari sebelum sakit pernah
berkunjung ke area yang terdapat satu atau lebih kasus konfirmasi H1N1
2.
Probabel
Seseorang
dengan gejala suspek disertai dengan hasil pemeriksaan laboratorium positif
terhadap Influenza A tetapi tidak dapat diketahui subtipenya dengan menggunakan
reagen influenza musiman atau seseorang yang meninggal karena infeksi saluran
pernafasan akut yang tidak diketahui penyebabnya dan berhubungan secara
epidemiologi ( kontak dalam 7 hari sebelum onset/ serangan) dengan kasus
probable atau konfirmasi.
3.
Konfirmasi
Seseorang
dengan gejala-gejala suspek atau probable dan sudah dikonfirmasi laboratorium
swine influenza (H1N1) dengan pemeriksaan satu atau lebih tes dibawah ini :
-
Real Time RT PCR ( petunjuk bahwa
seseorang terinfeksi)
-
Kultur virus
-
Peningkatan 4 kali antibodi spesifik
H1N1 dengan netralisasi tes.
2.2.3 Epidemiologi
1. Agent
a. Virus Influenza Tipe A (H1N1)
Badan Kesehatan
Dunia, WHO, membenarkan bahwa setidaknya sejumlah kasus adalah versi H1N1
influenza tipe A yang tidak pernah ada sebelumnya H1N1 adalah virus yang
menyebabkan flu musiman pada manusia secara rutin. Namun versi paling baru H1N1
ini berbeda: virus ini memuat materi genetik yang khas ditemukan dalam virus
yang menulari manusia, unggas dan babi. Virus flu memiliki kemampuan bertukar
komponen genetik satu sama lain, dan besar kemungkinan versi baru H1N1
merupakan hasil perpaduan dari berbagai versi virus yang berbeda yang terjadi
di satu binatang sumber.
b. Influenza Klasifikasi
Virus influenza A disub- Klasifikasikan berdasarkan
antigenisitas dari hemagglutinins mereka (HA) dan neuraminidase (NA) molekul . Saat ini ada 16 subtipe HA (H1
H16) dan 9 subtipe NA (N1-N9)
c. Variabilitas antigenik Influenza A Virus
Virus influenza telah menunjukkan variasi dalam sifat antigenik ditandai selama bertahun-tahun, kebanyakan terjadi pada protein HA dan NA. Mekanisme untuk memproduksi keragaman termasuk antigenic drift - perubahan antigenik kecil dalam protein HA dan NA yang terjadi setiap tahun tetapi tidak menyebabkan perubahan dalam subtipe virus dan antigenic shift- yang melibatkan banyak perubahan dramatis dalam HAantigenik dan / atau sifat protein NA yang mengarah keperubahan dalam subtipe, misalnya, dari H1N1 H3N2.
Virus influenza telah menunjukkan variasi dalam sifat antigenik ditandai selama bertahun-tahun, kebanyakan terjadi pada protein HA dan NA. Mekanisme untuk memproduksi keragaman termasuk antigenic drift - perubahan antigenik kecil dalam protein HA dan NA yang terjadi setiap tahun tetapi tidak menyebabkan perubahan dalam subtipe virus dan antigenic shift- yang melibatkan banyak perubahan dramatis dalam HAantigenik dan / atau sifat protein NA yang mengarah keperubahan dalam subtipe, misalnya, dari H1N1 H3N2.
2. Host
Host (Penjamu) dari penyakit flu babi adalah manusia, babi, ataupun hewan
lainnya. Sub tipe H1N1 mempunyai kesanggupan menulari antara spesies terutama
babi, bebek, kalkun dan manusia.
3. Environment
Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan penularan flu babi antara lain
lingkungan fisik seperti musim. Penyakit ini cenderung mewabah di musim semi dan musim dingin tetapi
siklusnya adalah sepanjang tahun .Ada banyak jenis flu babi dan seperti flu pada
manusia penyakit ini secara konstan berubah
2.2.4
Penyebab
Flu
babi saat ini diketahui disebabkan oleh beberapa subtipe influenzavirus A.
Angka kesakitan cenderung tinggi dan angka kematian rendah (1-4%). Virus ini
menyebar pada babi melalui aerosol, kontak langsung dan tidak langsung, dan
babi karier asimptomatik. Wabah pada babi terjadi setiap tahun, dengan
peningkatan insidensi pada musim gugur dan musim dingin di daerah bersuhu
hangat. Beberapa negara memberikan vaksin flu babi pada sekelompok babi secara
teratur. Sebagian besar virus flu babi merupakan subtipe H1N1, namun subtipe
lain juga beredar pada babi (antara lain, H1N2, H3N1, H3N2, dan H2N3).
Babi
juga dapat terinfeksi dengan virus flu burung (avian
influenza) dan virus flu musiman manusia, sama seperti halnya terinfeksi
virus flu babi. Virus babi H3N2 diperkirakan awalnya ditularkan pada babi oleh
manusia. Terkadang babi dapat terinfeksi dengan lebih dari 1 jenis virus pada 1
waktu, yang menyebabkan gen dari virus tersebut bercampur. Ini mengakibatkan
sebuah virus influenza yang mengandung gen dari sejumlah sumber, disebut virus
“reassortant”. Walaupun virus flu babi normalnya spesifik pada spesies tertentu
dan hanya menginfeksi babi, virus tersebut terkadang melewati “barrier spesies”
menyebabkan penyakit pada manusia.
2.2.5
Transmisi/ Penularan
Penyebaran virus influensa dari babi ke babi dapat melalui kontak moncong
babi, melalui udara atau droplet. Faktor cuaca dan stres akan mempercepat penularan. Virus tidak akan tahan lama di udara terbuka. Penyakit bisa saja bertahan
lama pada babi breeder atau babi anakan. Kekebalan maternal dapat terlihat
sampai 4 bulan tetapi mungkin tidak dapat mencegah infeksi, kekebalan tersebut
dapat menghalangi timbulnya kekebalan aktif. Transmisi
inter spesies dapat terjadi, sub tipe H1N1 mempunyai kesanggupan menulari
antara spesies terutama babi, bebek, kalkun dan manusia, demikian juga sub tipe
H3N2 yang merupakan sub tipe lain dari influensa A. H1N1, H1N2 dan H3N2
merupakan ke 3 subtipe virus influenza yang umum ditemukan pada babi yang
mewabah di Amerika Utara, tetapi pernah juga sub tipe H4N6 diisolasi dari babi
yang terkena pneumonia di Canada.
Rute utama penularan
adalah melalui kontak langsung antara hewan yang terinfeksi dan tidak
terinfeksi.
Ini kontak dekat sangat umum selama transportasi hewan.. Pertanian
intensif juga dapat meningkatkan resiko penularan, karena babi yang dibesarkan
dalam jarak yang sangat dekat satu sama lain. Para transfer langsung dari virus
mungkin terjadi baik oleh babi menyentuh hidung, atau melalui lendir
kering. Transmisi udara melalui aerosol yang dihasilkan oleh babi batuk
atau bersin juga merupakan sarana penting infeksi. Virus ini biasanya menyebar
dengan cepat melalui kawanan, menginfeksi semua babi hanya dalam beberapa hari.
Manusia dapat terkena penyakit
influenza secara klinis dan menularkannya pada babi. Kasus infeksi sudah
dilaporkan pada pekerja di kandang babi di Eropa dan di Amerika. Beberapa kasus infeksi juga terbukti disebabkan oleh sero tipe asal
manusia. Penyakit pada manusia umumnya terjadi pada kondisi musim dingin.
Transmisi kepada babi yang dikandangkan atau hampir diruangan terbuka dapat
melalui udara seperti pada kejadian di Perancis dan beberapa wabah penyakit di
Inggris. Babi sebagai karier penyakit klasik di Denmark, Jepang, Italy dan
kemungkinan Inggris telah dilaporkan.
WHO menyatakan pandemi ini berdampak
tidak terlalu parah di negara-negara yang relatif maju, namun dianjurkan untuk
mengantisipasi masalah yang lebih berat saat virus menyebar ke daerah dengan
sumber daya terbatas, perawatan kesehatan yang buruk, dan bermasalah medis Laju
kematian kasus (case fatality rate atau CFR) galur pandemik ini diperkirakan
0,4 % (selang 0,3%-1,5%). Di Indonesi, hingga 13 Juli 2009, sudah terdapat 86
kasus flu babi positif di indonesia terdiri dari 52 laki-laki 34 perempuan
2.2.6
Orang Beresiko Tinggi Bila Terinfeksi Virus Flu Babi
Menurut Center
for disease control and preventions
(CDC and Prevention) Amerika
Serikat, kelompok orang yang dianggap mempunyai risiko tinggi untuk mendapat
komplikasi infeksi virus influenza H1N1 adalah sama dengan kelompok
orang yang mempunyai risiko
tinggi untuk mendapat komplikasi jika diinfeksi oleh influenza musiman.
Kelompok tersebut adalah:
-
Anak berumur di bawah 5 tahun dan yang
mempunyai risiko paling tinggi adalah anak yang berumur kurang
dari 2 tahun
-
Orang
dewasa yang berumur lebih dari 65 tahun
-
Orang
yang menderita:
a. Penyakit paru kronis (termasuk asma), penyakit
kardiovaskuler (kecuali hipertensi), penyakit neurologis,
penyakit ginjal, hepar, hematologis (termasuk
penyakit sel sickle), neuromuskuler, penyakit
metabolik (termasuk diabetes)
b. Penyakit imunosupresif, termasuk yang disebabkan
oleh obat dan HIV.
c. Ibu hamil
d. Orang yang berumur kurang dari 19 tahun yang
mendapat pengobatan aspirin jangka panjang
e. Orang yang bekerja di rumah perawatan dan fasilitas
perawatan penyakit kronis
2.2.7 Riwayat Alamiah Penyakit
a. Masa Inkubasi dan Klinis
Masa
inkubasi virus H1N1 3 sampai 5 hari meski ada pula yang menyebutkan 2-3 hari. Gejala klinis yang tampak, antara lain suhu tubuh mencapai 41
derajat celcius sampai 41,5 derajat celcius, gangguan pernafasan berupa batuk,
bersin, susah bernafas, radang hidung, leleran hidung berlebih dan pneumonia. Babi tertular biasanya malas bergerak, saling bertumpuk, demam (sampai 41,5oC),
rhinitis, leleran hidung, bersin, radang selaput mata (konjungtivitis) dan
kehilangan berat badan, batuk hebat sampai punggung membusur, frekuensi nafas
tinggi, sudah bernafas, dan pernafasan abdominal. Beberapa berkembang menjadi
bronkopenumonia dan akhirnya mati. Tingkat kefatalan kasus kurang dari 1%
b.
Masa Laten dan
Periode Infeksi
Masa laten
virus H1N1 adalah 3-5 hari. Periode Infeksi pasien positif flu babi adalah
sehari sebelum munculnya gejala sampai dengan 7 hari setelah muncul gejala
2.2.8 Pencegahan
Penyakit Flu Babi
-
Cuci tangan
secara teratur dengan air dan sabun sebelum menyentuh makanan, sebelum dan
sesudah makan, sebelum dan sesudah memegang bayi, dan setelah memegang
sesuatu yang kotor
-
Hindari kontak
langsung dengan penderita flu babi agar tidak tertular.
-
Lakukan pola
hidup sehat sepeti makan makanan gizi seimbang, tidur cukup, dan olahraga.
-
Tidak ada bukti
flu babi menular lewat konsumsi daging binatang yang terjangkit. Namun, daging
itu harus dimasak matang, suhu 70C akan membunuh virus itu
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Penyakit
flu burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Influenza A sub tipe
H5N1. Sedangkan penyakit flu babi disebabkan oleh virus Influenza A sub tipe H1N1.
Kedua penyakit ini menyebabkan wabah di beberapa negara, serta sudah menjadi
pandemik karea penyebaran sangat
luas antar negara, bahkan terjadi antar benua.
Penyakit
burung ini umumnya terdapat pada unggas muda dan dapat ditularkan pada manusia
yang bisa menimbulkan gejala ringan sampai berat dan fatal, yaitu kematian.
Penyakit flu burung juga disebut High Pathogenic Avian Influenza (HPAI) dengan
angka kematian 100%. Sedangkan flu burung, WHO menyatakan pandeminya berdampak
tidak terlalu parah di negara-negara yang relatif maju, namun dianjurkan untuk
mengantisipasi masalah yang lebih berat saat virus menyebar ke daerah dengan
sumber daya terbatas, perawatan kesehatan yang buruk
3.2
Saran
1.
Perlu adanya penyuluhan/promosi kepada masyarakat tentang penyakit flu burung dan
flu babi agar masyarakat agar tetap waspada terhadap kedua penyakit ini
2.
Diharapkan selalu menjaga perilaku hidup bersih dan sehat, menutup hidung dan
mulut apabila bersin, mencuci tangan pakai sabun setelah beraktivitas, untuk
mencegah tertular penyakit ini
3.
Segera memeriksakan kesehatan apabila mengalami gejala flu adalah tahap awal
menghindari flu babi
DAFTAR PUSTAKA
http://artikelkedokteran1.blogspot.com/2009/05/flu-babi-h1n1.html
http://epidemiologiunsri.blogspot.com/2011/11/swine-influenza-flu-babi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Wabah_flu_babi_2009
Judul: PENYAKIT FLU BURUNG DAN FLU BABI
Ditulis Oleh OMG SHOP
Silahkan tinggalkan komentar dan sarannya demi kemajuan blog ini kedepan...., Terima kasih
Tidak ada komentar :
Posting Komentar